Chapter kali ini bakal jawab beberapa pertanyaan kalian kenapa Farah ke psikiater. Mungkin ini nggak bakal menghibur kalian kayak biasanya (itupun kalo chapter sebelumnya menghibur). Ya selamat membaca.
-o0o-
Mengenal Farah beberapa bulan membuat Johnny heran dengan setiap tingkah Farah. Ia sudah sadar bahwa Farah adalah seseorang yang aneh dan sedikit unnormal sekaligus orang yang paling pintar berbohong.
Namun, kali ini gadis itu tampak tak ingin berbohong tentang suasana hatinya. Farah hanya diam menatap jalanan tanpa ada niatan mengganggu Johnny seperti yang biasa ia lakukan.
"What can i do, so you can feel better?" Farah tersenyum kecil kemudian menoleh kepada Johnny yang fokus melihat jalan.
"Nggak tau. Om ada ide?" tanya Farah entah ingin main tebak-tebakan dengan Johnny atau gadis itu memang tak tahu apa yang bisa membuatnya lebih baik.
"Makan. Kamu suka makan, 'kan?"
"Om! Nggak semua masalah bisa diselesaikan dengan makan. Om pikir makanan sepenting itu sampai bisa bikin mood saya balik? Nggak Om!" Tiba-tiba Farah ngegas dengan kekuatan penuh yang cukup membuat Johnny kaget, beruntung tak sampai membuat lelaki itu oleng.
"Kalo gitu, kamu nggak mau saya traktir bakso?"
"Mau lah!" Farah kembali ngegas, Johnny curiga Farah sekarang sedang dikendalikan motor Yamaha.
"Tadi katanya makanan nggak bakal bikin mood kamu balik." Farah mendelik dengan ucapan Johnny yang membalasnya.
"Tapi, tadi om maksa! Dan om nggak tau mau ngapain lagi. Jadi, saya mau. Takutnya kalo tawaran om buat beliin bakso saya tolak ntar om depresi, lagi. Saya yang susah." Johnny berdecak, melawan Farah sama saja seperti melawan ombak, tak akan membuatnya bisa menang.
"Terserah kamu. Kita makan di situ." Johnny menunjuk sebuah kedai bakso dan mie ayam.
"Oke." Johnny menjalankan mobilnya untuk parkir di depan kedai bakso yang ada di sana. Kemudian ketika mereka sampai Farah mendahului Johnny turun. Gadis itu bahkan langsung duduk tenang dengan tangan yang mengambil menu bakso mana yang akan ia masukkan ke dalam perut karetnya.
"Om! Lama deh. Sini!" Farah heboh dengan langkah Johnny yang begitu pelan baginya.
"Kamu pesen aja."
"Om nggak makan?" tanya Farah kali ini membuat Johnny menaikkan sebelah alisnya, tumben Farah menanyakan hal seperti itu? Biasanya gadis itu tak peduli ia makan atau tidak.
"Kenapa emang?" tanya Johnny.
"Kalo om makan, berarti kita pesen tiga." Johnny kembali mengerutkan dahinya, mereka ada dua orang kenapa harus pesan tiga?
"Kalo saya nggak makan?"
"Berarti pesen satu aja." Jawaban Farah membuat Johnny berpikir bahwa gadis itu memesankan dua porsi untuknya.
"Tapi, saya nggak bisa habisin dua porsi bakso." Farah mendekat ke arah Johnny kemudian berbisik pelan.
"Itu buat saya. Saya dua, Om satu." Perkara pemesanan makanan ini membuat Johnny bingung.
Jika ia dan Farah makan, maka mereka memesan tiga. Sementara jika Johnny tak makan maka Farah hanya akan memesan satu padahal jatah Farah adalah dua. Kenapa gadis itu tak memesan dua untuk dirinya sendiri?
"Kenapa kamu nggak pesen du—" Tangan Farah tergerak menutup mulut Johnny.
"Jangan kenceng-kenceng. Nanti semuanya tau saya rakus," bisik Farah yang membuat Johnny kembali bingung. Bukankah semua orang sudah tahu?
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."