Mulut Farah tak henti bersenandung bahagia setelah mendapat asupan nutrisi dari Kuntoro. Makanan adalah satu hal terindah yang terjadi di hidup Farah dan bayangan dia bisa menguasai kulkas Kuntoro yang penuh dengan makanan membuatnya semakin tak bisa membendung senyum gilanya.
"Kamu seseneng itu tinggal di rumah aku?" Farah mengangguk tak mengerti bahwa maksud Kuntoro merujuk kepada tinggal bersamanya, tapi Farah merujuk pafa kulkas milik Kuntoro. Bagi Farah, food is her life.
"Kamu perlu ijin Johnny nggak?" tanya Kuntoro yang kembali membawa nama Johnny.
"Sebenernya Farah bukan orang yang punya sopan santun sampai ijin nggak tinggal di sana sih, tapi karena Bang Kun yang minta oke Farah telpon Om Johnny."
Lagi-lagi Farah salah mengartikan ucapan Kun. Padahal Kun hanya bertanya tak menyuruh Farah melakukan itu semua, tapi karena Farah terlalu sering diperintah Kun untuk sopan. Jadi, gadis itu mengira bahwa ia disuruh untuk pamit.
"Eh kebeneran dia nelpon duluan. Emang pengertian banget Om Johnny." Farah tersenyum lebar sementara Kun hanya bisa menghela napas berat, bagaimana bisa ia kecolongan sampai Farah sudah sedekat itu dengan Johnny.
"Halo, Om John. Kebetulan tadi saya mau nelpon Om buat ngasih tau tentang perkara menginap. Saya mau—"
"Iya saya juga ingin mengatakan hal yang sama."
"Hah?" Kuntoro mencondongkan tubuhnya antusias. Ia pikir ketika Johnny menyatakan bahwa lelaki itu ingin mengatakan hal yang sama dengan Farah, lelaki itu ingin mengusir Farah. Namun, di dalan kisah dunia Farah, kesalahpahaman adalah hal yang paling sering terjadi, seperti hal itu. Johnny malah mengatakan sebaliknya.
"Kamu boleh tinggal di rumah saya."
"Apa?" Farah dan Kuntoro memekik hampir secara bersamaan karena kaget.
"Saya bilang kamu boleh tinggal di rumah saya. Sinyal kamu jelek ya." Lagi-lagi salah paham terjadi.
"Farah, sinyal kamu jelek ya? Kamu pasti pake ***?" Johnny dengan lancar menyebut nama provider yang ia anggap memiliki sinyal jelek.
"Farah, kamu mau kan tinggal sama saya?"
"Kenapa tiba-tiba Om minta saya tinggal di sana?" tanya Farah.
"Besok pagi saya harus balik ke Kalimantan buat cek cabang di sana. Dan mama Ihsan berencana buat ngambil Ihsan selama saya pergi dengan alasan nggak ada yang jaga Ihsan. Untuk itu saya mau kamu di rumah saya buat jaga Ihsan. Saya yakin kamu tahu bagaimana Ihsan ke mamanya kan?"
"Iya saya tau." Wajah Farah menunjukkan betapa kesalnya dia mengingat Maria.
"Jadi, kamu mau kan?" tanya Johnny lagi.
"Nggak mau!" Kuntoro tersenyum bahagia dengan jawaban Farah. Kini ia merasa dirinya lebih dipilih oleh Farah ketimbang Johnny.
"Kenapa? Bukannya tadi pagi kamu bilang mau tinggal di rumah saya?" Farah tampak sedang mengingat-ingat ucapannya itu dan bersyukur dia mengingatnya.
"Iya, tapi itu pagi. Sekarang beda. Saya mau tinggal di rumah Bang Kun."
"Kenapa? Kemarin kamu bilang nggak mau tinggal sama Kun karena ada stela rasa jeruk." Farah memeriksa ekspresi wajah Kun yang kini menatapnya dengan wajah penuh tanya.
"Itu beda, Stela udah nggak ada. Bang Kun juga mau beli PS 5 sama kulkasnya penuh."
"Di rumah saya ada PS5."
"Tapi, kulkas Om nggak penuh!" Farah masih mempermasalahkan kulkas Johnny yang tak begitu penuh isinya.
"Ya udah nanti saya jemput kamu, kamu boleh belanja makanan apa aja buat ngisi kulkas." Ucapan Johnny cukup membuat Farah tergiur, tapi Kun sendiri sedang harap-harap cemas dengan jawaban Farah nantinya. Apa gadis itu akan meninggalkannya demi makanan.
"Farah, gimana?"
"Kalo Om maksa, ya mau gimana lagi. Tapi, jangan lembur ya! Saya nggak mau nungguin!"
"Iya, saya jemput kamu jam setengah 5."
"Iyap. Udah dulu Om, saya mau makan." Farah mematikan panggilan kemudian tertuju pada Kun yang menatapnya dengan tatapan keruh.
"Nggak jadi?" tanya Kun.
"Iya, selamat Bang Kun, kulkasmu aman." Kun hanya bisa tertawa kering, bagaimana bisa ini semua tentang isi kulkas.
-o0o-
Farah keluar dari biliknya dengan wajah secerah mentari meski hari sudah senja. Namun, senyuman itu terhenti ketika melihat seseorang duduk di lobi kantornya. Ada Wenda di sana menunggunya dengan wajah yang tak bisa dikatakan baik-baik saja. Wajahnya memerah mungkin menahan marah.
"Sampai kapan lo mau jadi kayak anak kecil?" tembak Wenda begitu melihat adiknya.
"Lo ngomong sama gue?" tanya Farah.
"Farah, berhenti bersikap kayak gini. Lo nggak kasihan sama Yongki? Dia pengen hubungan kita jadi baik." Ucapan Wenda terdengar seperti sebuah lelucon bagi Farah.
"Wah, ini nih kenapa Yongki mikir lo baik. Cara lo ngomong itu kayak nggak punya dosa. Wah merinding gue." Tangan Farah memeluk dirinya sendiri seolah dia sedang kedinginan.
"Farah! Gue ngomong buat demi kebaikan kita bertiga."
"Wah, lo bener-bener kayak domba, baik dan polos, tapi kok lo nggak ikut disembelih pas kurban kemarin? Ah apa panitia kurban udah tau kalo lo serigala berbulu domba? Ah nggak mungkin sih, lo kan jago banget berpura-pura. Pasti lo sembunyi."
"Farah!" teriak Wenda, dia tak pernah bisa menahan emosi jika itu berhubungan dengan Farah. Farah sangat pandai memancing emosinya.
"Apa? Gue nggak tau ya lo kenapa tiba-tiba kayak gini?"
"Sebenernya salah gue ini apa? Kenapa lo nggak suka sama gue? Apa lo nggak bisa suka sama gue?" Farah tertawa kering.
"Lo tanya sama gue? Heh? Kalo lo ngajak baikan lo harusnya tau salah lo apa. Atau ... lo pura-pura lupa?" Farah mendekatkan wajahnya ke arah Wenda.
"Kalo lo lupa gue ingetin." Wajah Wenda menegang.
"Hari itu di rumah mama sama suami barunya, gue hampir hancur ... lo kemana?" Air muka Wenda hilang begitu saja.
"Sebagai kakak lo kemana? Lo cuma nyelametin diri lo sendiri ... ah nggak, gue yakin lo malah seneng pas bokap tiri lo hampir—"
"Gue nggak kayak gitu!"
"Lo menghindar kayal gimanapun faktanya kayak gitu! Lo cuma serigala berbulu domba!" Tangan Wenda terangkat hendak menampar Farah, tapi Johnny yang sedari tadi melihat pertengkaran itu menahannya.
"Jangan gunakan tangan. Gunakan kata-kata. Saya nggak suka kamu mukul Farah."
"Kalo saya yang mukul nggak apa-apa, 'kan Om?" tanya Farah, tapi sebelum mendapat jawaban, Farah sudah menampar Wenda lebih dulu.
"Udah, Om lepasin. Ayo pergi." Farah melepaskan tangan Johnny dari tangan Wenda.
Namun, gadis itu belum selesai. Farah tak akan puas hanya melakukan itu saja. Ada hal lain yang perlu ia lakukan sebelumnya.
"Ah iya, lo tadi tanya apa gue bisa suka sama lo? Jawabannya bisa. Jari tengah gue udah suka sama lo." Farah menunjukkan jari tengahnya kemudian menarik Johnny pergi begitu saja.
Di dunia ini Farah adalah manusia yang paling pendendam, dan dia akan mengingatnya bahkan setelah seribu tahun sekalipun.
-o0o-
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."