40

771 188 27
                                    

Johnny tahu sejak awal bahwa Farah adalah seorang pembohong yang hebat, bertahun-tahun gadis itu menyembunyikan lukanya dengan senyuman. Meskipun pada akhirnya Johnny bisa mencium kebohongannya.

Namun, kali ini ia harus mengakui bahwa skill akting Farah setara dengan Reza Rahardian. Gadis itu menempel padanya bak pasangan yang sedang kasmaran terlebih ketika dia melihat Maria yang sudah datang lebih dulu.

"Ihsan, di ruangan konseling kan?" tanya Johnny.

"Iya." Ada ruangan konseling untuk masing-masing kelas. Memang sekolah mahal berbeda dengan sekolah Farah dulu.

"Farah, ayo." Johnny mengulurkan tangannya dan mau tak mau Farah menyambutnya.

"Ihsan ayo. Biar kita kayak anak TK." Farah ikut mengulurkan tangannya pada Ihsan dan di sambut Ihsan. Kini dia juga merasakan bagaimana rasanya digandeng mama. Walaupun hanya mama palsu.

Ketiganya kini melangkah masuk ke dalam sekolah Ihsan yang bisa dikatakan cukup lebar. Farah mengeratkan pegangannya pada Johnny karena telinganya menangkap ada yang bicara tentang kasusnya. Pasti sebagian orang sudah melihatnya.

"Tenang aja. Ada aku," bisik Johnny dan Farah tau ketika Johnny mengatakan itu Farah yakin semuanya akan baik-baik saja. Ia percaya pada Johnny.

"Itu ruangannya kalian duduk di sini aja nunggu dipanggil. Ihsan ke Arjun dulu." Ihsan cepat-cepat pergi setelah membaca pergerakan Maria yang ingin menghampirinya.

"Iya." Johnny menjawabnya.

"Jaga mama, Pa. Jangan sampai berantem sama Bu guru," gurau Ihsan sambil berlari ke arah Arjun dan Johnny menanggapinya dengan anggukan dan senyum.

"Ck, Yang, liat tuh anak kamu." Johnny sedikit kaget dengan akting Farah. Padahal dia yang meminta.

"Dia lebih mirip kamu." Johnny tak berbohong, dia memang merasa Ihsan mirip dengan Farah dibanding dia ataupun Maria.

"Dia mirip aku," kata Maria sebelum wanita itu memilih untuk duduk menjauh dari dua orang itu.

"Kenapa dah tuh janda kampret?" gumam Farah yang cukup untuk didengar Johnny.

"Udah biarin aja." Johnny mengajak Farah untuk duduk tenang karena kaki gadis itu sendiri belum sembuh benar dari kesleonya.

Nama demi nama dipanggil berdasarkan abjad dan kini giliran nama Ihsan yang dipanggil. Johnny secara spontan bangun dan membantu Farah untuk berjalan ke dalam untuk bertemu dengan Ibu guru.

Johnny dan Farah lebih lambat dibanding Maria hingga kini hanya ada satu kursi yang tersedia. Hal itu membuat Farah kesal bukan main.

"Aku ambil kursi di luar. Kamu duduk aja, kaki kamu—"

"Nggak perlu. Kamu duduk." Farah meminta Johnny untuk duduk.

"Tapi, kaki kamu masih sakit."

"Duduk aja." Johnny tak bisa menolak Farah, gadis itu terlihat sangat marah sekarang. Akhirnya Johnny duduk.

"Farah," lirih Johnny ketika Farah tiba-tiba duduk di atas pangkuan Johnny.

"Maaf, bu. Kursinya cuma dua, jadi saya duduk di sini."

"Tak apa. Saya akan mengambil kursi satu lagi untuk ibu." Farah mengangguk. Ia adalah tamu, jadi tak seharusnya ia yang mengambil kursi. Hal itulah yang membuat Farah melakukan ini semua. Ia ingin guru Ihsan menghargai Johnny.

"Berat ya?" bisik Farah.

"Nggak berat," kata Johnny kemudian sedikit mengangkat tubuh Farah untuk memperbaiki posisi duduk gadis itu agar lebih nyaman.

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang