Riasan yang digunakan Farah kali ini sedikit lebih bold dari biasanya. Bahkan pakaian yang melekat pada gadis Aquarius itu pun sedikit berbeda dari biasanya. Farah kali ini menggunakan warna merah yang mencolok mata, juga stilleto yang begitu lancip. Yongki bahkan mengatakan bahwa siapapun yang diinjak Farah kakinya akan berlubang dan memang itu tujuan Farah.
Farah memakai seragam perangnya, dia menunjukkan sisi berani lewat pakaian dan make up-nya untuk menemui mantan istri Johnny. Bahkan Maria sempat kaget ketika Farah muncul dan duduk di depannya tanpa ijin.
"Langsung aja, saya sibuk." Lagak Farah seperti manusia paling sibuk di dunia.
"Saya minta tolong sama kamu."
Farah tahu bahwa Maria itu manusia yang tak tahu diri tapi bukankah wanita di depannya itu kelewatan? Kemarin jelas-jelas Maria mengomentari mental state Farah sekarang bisa-bisanya dia minta tolong pada Farah.
"Saya bukan anak Pramuka yang rela menolong dan tabah." Farah langsung menolak bahkan menyebutkan salah satu dari dada darma Pramuka yang entah mengapa masih gadis itu ingat sampai saat ini.
"Dengerin dulu, permintaan ini bakal nguntungin kamu."
"Kalo keuntungan itu selain uang saya nggak mau dengar." Farah bukanlah uang, tapi dia suka uang.
"Saya bakal ngasih kamu duit kalo kamu bantu saya buat Ihsan pergi dari Johnny."
"Berapa banyak?" tanya Farah mengikuti alur yang ditawarkan oleh Maria.
"300 cukup?" Tentu jumlah yang dimaksud Maria adalah juta bukan 300 ribu apalagi perak.
"Lagi pula kalo nggak ada Ihsan di antara Johnny dan kamu, keluarga kalian akan bahagia. Kamu nggak perlu ngurus anak orang lain."
Jika Farah sejenis ibu Cinderella mungkin ia akan menyanggupi permintaan Maria. Tapi, Farah adalah jenis iblis Maleficent yang mau merawat anak orang.
"Let me ask you something."
"Apa?" tanya Maria.
"Apa maksud kamu bilang saya dan Om Johnny bakal hidup bahagia kalo nggak ada Ihsan?" tanya Farah dengan wajah seriusnya.
"Dengar Farah, sebelum kamu bersama Johnny, saya lebih dulu hidup bersama dia selama delapan tahun. Dia bukan suami yang baik. Dia pergi kerja dan ketika pulang yang dilihat bukan saya, istrinya, tapi anaknya. Ihsan. Selama ada Ihsan dia nggak akan ada waktu buat kamu." Penjelasan Maria memberi petunjuk pada Farah bahwa Maria iri pada Ihsan.
"Lalu? Kenapa kamu mau Ihsan? Bukannya harusnya kamu seneng kalo saya nggak bahagia bareng Johnny?" tanya Farah masih mencoba menahan kesabarannya.
"Calon suami saya nggak bisa punya anak. Saya butuh Ihsan untuk jadi anak kami." Farah hampir saja membanting meja karena ucapan Maria. Bagaimana bisa Maria melakukan itu pada Farah.
"Lo gila!" Katakan selamat tinggal pada kesabaran Farah. Gadis itu sudah benar-benar marah bahkan kini tak lagi menggunakan bahasa sopan.
"Apa yang salah? Ihsan anak saya sendiri."
"Lo yang salah! Lo ninggalin dia demi karier anjing lo dan saat lo butuh dia lo ngambil dia gitu aja. Sinting lo!" Tangan Farah dengan fasih menunjuk muka Maria bahkan ada terbesit keinginan untuk mencolok mata Maria.
"Coba kamu bayangin ada di posisi saya. Saya mencintai calon suami saya, tapi saya juga mau punya keturunan." Sampai saat ini Farah tak bisa bersimpati pada kisah Maria. Justru gadis itu makin membenci Maria.
"Lo nyuruh gue bayangin posisi lo? Lo pernah nggak bayangin ada di posisi Ihsan? Ditinggal dan dibenci ibu kandungnya. Lo lukain dia. Lo bilang bakal lebih baik kalo dia nggak lahir dan itu bikin dia trauma sama hari ulang tahun dia sendiri, goblok." Suara Farah ikut meninggi seiring dengan detak jantungnya yang dipenuhi amarah.
"Otak lo kosong! Harusnya gue bawa lo ke rumah makan Padang buat beli otak!"
"Saya tahu saya salah. Tapi, jika Ihsan ikut saya, saya akan menebusnya. Saya akan memperlakukannya dengan baik. Saya akan membesarkannya dengan cinta. Saya janji."
"Kalo lo tau lo salah kenapa lo lakuin itu selama 7 tahun? Lo lukain anak lo sendiri dan dengan seenaknya mau ngambil dia bahkan sampai sekarang lo nggak pernah minta maaf ke Ihsan? Nyokap macam apa lo? Anjing aja lebih baik dari lo!" Farah menghembuskan napas kasar, dia ingin pergi menghirup oksigen yang sama dengan Maria membuat paru-parunya terasa kotor.
"Terserah gimana kamu mau menghina saya. Saya akan menerimanya, tapi tolong bantu saya."
"Denger ya, Maria yang cuma punya follower tapi nggak punya otak. Walaupun gue ibu sambungnya sampai kapan pun gue nggak bakal ngasih Ihsan ke orang yang nggak bisa tulus ke Ihsan." Farah beranjak dari duduknya, segala bujuk rayu Maria tak berguna.
Namun, sebelum Farah benar-benar pergi, dia ingin mengatakan sesuatu pada Maria.
"Jangan pernah datang ke hidup Ihsan atau Johnny lagi. Lo nggak pantas buat mereka. Kalo lo mau punya anak silahkan cari anakonda. Itu lebih mirip sama lo." Setelah mengucapkan kalimat penutup Farah pergi dari sana.
***
Efek bertemu dengan Maria membuat Farah masih merasakan kesal. Dia masih tak habis pikir bagaimana bisa ada manusia seegois itu pada anak kandungnya.
Jika Ihsan tahu mungkin anak itu akan lebih terluka dari sekarang. Ibunya menginginkannya hanya karena ibunya tak bisa punya anak lagi. Sungguh menyedihkan.
"Mbak, Mbak Farah lagi mencoba menghayati lagunya sampai mukanya kelihatan sedih gitu?" tanya Jeno yang datang ke cafe Yongki untuk melakukan perform live music.
"Iya. Sana jauh-jauh. Aku mau galau dulu." Farah mencoba menggunakan aku kamu ketika bersama si trio kampret.
"Alah paling juga belum makan."
"Diem Manjun!"
"Arjun Mbak! Arjun!" Bukan kali pertama Farah memanggil Arjun dengan sebutan Manjun.
"Udah biarin aja, tadi abis ketemu Maria." Farah mengangkat kepalanya dan menatap Ihsan kaget. Bagaimana anak itu bisa tau? Tidak, itu tak lebih penting. Hal yang terpenting sekarang adalah apakah Ihsan mendengar ucapan ibu kandungnya atau tidak.
"Tadi Ihsan nggak sekolah terus papa ngajak makan siang di deket kantor Mbak Farah, tadi mau ngajak Mbak Farah tapi ternyata Mbak udah janjian sama Maria."
"You were there? Kamu denger semuanya?" tanya Farah panik.
"Nggak semuanya, papa nutup telinga aku. Tapi, aku denger intinya." Farah menatap Ihsan dengan wajah penuh rasa kasihan. Dia pernah di posisi dimana tak diharapkan oleh ibu kandungnya dan yang Farah ingat tentang hal itu hanyalah rasa sakit.
"Kalian tau nggak kalo Mbak Farah bilang ke Maria gini, kalo lo nyari anak silahkan cari anakonda. Lucu banget kan?" Entah kenapa Jeno, Arjun ataupun Farah tak bisa membawa diri mereka tertawa pada ucapan Ihsan.
"Liatinya jangan gitu. Ihsan nggak apa-apa Mbak." Farah tak mengatakan apa pun, dia lebih memilih memeluk anak yang kini sudah melebihi tingginya.
"Mbak, jangan peluk-peluk. Nanti aku dikira brondongnya Mbak Farah."
"It's okay to be sad. Kamu nggak harus selalu kuat. Kamu bisa nangis sesuka kamu. Ada Mbak, ada Papa kamu."
"Ada kita juga San." Arjun menimpali. Kemudian ikut memeluk punggung Ihsan diikuti Jeno.
Saat itulah Ihsan meruntuhkan bentengnya. Anak yang selama ini sok kuat dan mengatakan semuanya baik-baik saja kini menangis dalam pelukan Farah, orang aneh yang memintanya menjadi anaknya di toilet.
***
Ihsan beruntung punya Farah dan Papanya yang bisa jadi support sistemnya. Tapi, nggak semua orang bisa seberuntung itu atau mungkin orang itu sendiri yang memilih untuk sendiri.
Kalian tipe yang mana?
Butuh support sistem
Atau
Kamu cuma punya diri kamu sendiri?
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."