24

993 244 81
                                    

"Bang Kun," panggil Farah yang akhirnya tak bisa menunggu lama untuk tahu kabar dari Yohana tentang Yongki. Apa Yongki akan menyusul Johnny ke Kalimantan atau mungkin Yongki menggunakan cara instan seperti mengirim tenung atau bahkan mengirim bom ke kantor cabang Johnny.

Jangan salahkan Farah yang overthinking, salahkan Yongki yang memiliki gen gesrek seperti Farah. Farah ingat dulu Yongki mencampur obat perontok rambut ke shampo sepupunya karena sudah merusak tas Yongki yang merupakan hadiah Farah dari hasil malak papa mereka. Jadi, bukan tak mungkin jika Yongki tak melakukan hal lain yang tak kalah gila.

"Apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Kuntoro yang jujur ikut khawatir dengan sahabatnya yang bodoh itu.

"Susul Yongki ya, Farah khawatir. Takutnya dia berenang ke Kalimantan."

"Dia nggak mungkin berenang ke Kalimantan," kata Kuntoro mencoba menenangkan.

"Emang nggak mungkin, tapi Farah khawatir, takut kalo begonya kumat. Tolong bantu cari dia."

"Ada Yohana, Jati sama Ihsan. Kalo aku pergi kamu sendirian." Farah menggelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa. Bang Kun pergi aja. Farah udah nggak takut, barusan udah kenalan sama setan-setan di sini mereka baik kok." Tentu saja jawaban Farah akan selalu absurd, tapi itu cukup untuk membuat Kuntoro yakin bahwa Farah akan baik-baik saja.

"Oke kalo gitu aku pergi dulu."

"Kemana? Mau nyari Yongki kemana?" tanya Farah.

"Kalo dia nyamperin Johnny, bisa aja dia ke kantor Johnny kalo nggak ke rumahnya Johnny. Aku ke sana."

"Bang Kun tau dimana? Farah belum pernah ngasih tau lho. Kantor Om John—"

"Aku tau Farah. Semua tentang orang yang Deket sama kamu aku tahu. Tenang aja. Aku bakal handle Yongki."

Farah tak akan menggali kuburannya sendiri dengan bertanya bagaimana Kuntoro bisa tahu. Ia sudah cukup peka untuk tahu bahwa Kuntoro mencari tahu segalanya yang berhubungan dengan Farah karena lelaki itu menyukainya.

"Makasih. Hati-hati." Kuntoro tersenyum sekilas dan menyempatkan diri untuk menguak rambut Farah yang lepek karena keringat.

"Iya, kamu jangan aneh-aneh."

Farah hanya tersenyum, untuk hal yang satu itu dia tak bisa berjanji atau bahkan mengatakan iya. Hal itu  karena dia tak yakin tak melakukan sesuatu yang aneh, seperti meminum cairan infusnya agar cepat habis dan dia segera diijinkan pulang.

Sepeninggal Kuntoro, Farah mengambil ponselnya dan menghubungi Johnny. Berbeda dengan beberapa waktu lalu saat dia melakukan panggilan video Johnny malah memperlihatkan telinganya, kali ini Johnny memperlihatkan wajahnya yang tampak lelah.

"Helow, what's up Om? Kayaknya Om lagi capek idup, mau saya gofoodin jus Baygon?" Johnny tersenyum kecil dengan banyolan khas Farah.

Jika Johnny lihat, sudah ada rona merah di wajah Farah yang sempat pucat bak kapas beberapa jam lalu. Hal itu artinya gadis itu sudah kembali sehat.

"Buat kamu aja jus Baygon ya, kayaknya kamu yang lebih capek hidup ketimbang saya." Johnny menimpali candaan dari Farah.

"Nggak mau pahit, kalo tambahin sirup maple mau." Farah sepertinya melupakan alasan kenapa ia menelpon Johnny.

"Ya udah ntar saya beliin. Gimana keadaan kamu? Udah enakan?" tanya Johnny.

"Nggak enak, masa tadi makan siangnya bubur. Saya cuma sakit capek bukan sakit tipes. Ini katanya baru boleh pulang kalo infusnya abis, tapi ini nggak habis-habis." Farah menyorot cairan infusnya yang masih banyak.

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang