Niat hati mengajak Farah makan siang kadas di rerumputan berkat Kuntoro yang lebih dulu mengajak Farah makan siang dan mungkin membicarakan hal penting. Hal penting ini membuat Johnny ketar-ketir apakah ini menyangkut kasus hukum Yongki atau mengenai hati keduanya. Jika masalah Yongki ia akan suka rela membiarkannya, tapi jika masalah hati Johnny belum siap. Lelaki itu belum siap untuk kalah.
"Sat set lho Mazzeh. Kurang sat set diambil lho Mazzzeh." Johnny melirik tajam Lucas yang hari ini ikut meeting di kantor Farah. Ya ketika Johnny menelpon lelaki itu sudah berada di kantor Farah tanpa sepengetahuan wanita itu.
"Lo diem bisa nggak?" sarkas Johnny yang terganggu dengan jokes Lucas.
"Sebelum gue diem, gue kasih saran ya bos. Mending dibanding lo penasaran dan khawatir ditikung sana susul. Jadi cowok. Laki! Samperin kasih cincin ajak kawin." Johnny tak peduli dengan ucapan Lucas yang aneh. Lelaki itu memilih menuju mobilnya, tapi tak lama kemudian dia keluar lagi dari mobilnya dengan kacamata dan koran yang ia beli di lampu merah kemarin.
"Mau ke mana?" tanya Lucas yang ikut mengejar Johnny, tapi tak urung langsung meninggalkan si kaki panjang setelah melihat siapa yang akan dikunjungi oleh Johnny.
"Itu baru murid gue," katanya sebelum pergi dari sana.
Sementara itu, Johnny sedang memulai profesi baru sebagai seorang mata-mata amatir. Lelaki itu memakai kacamata hitam dan koran untuk menghalangi wajahnya dikenali oleh Farah ataupun Kuntoro yang tampak berbicara serius.
"Mereka ngomong apa sih?" gumamnya. Johnny sama sekali tak bisa mendengar satu patah katapun percakapan keduanya. Musik di cafe terlalu keras dan Farah juga berbicara pelan.
"Kenapa mereka ngomong pelan banget sih?" sesal Johnny, ia ingin tahu.
"Eh, eh itu tangan kenapa pegang-pegang?" Johnny hampir saja menyusul ke meja Farah, tapi tak urung dia membatalkannya. Ia tak bisa ke sana. Ia tak ingin dicap sebagai lelaki aneh yang cemburu pada orang yang bukan siapa-siapanya.
"Sial! Apa gue beli aja ya cafenya terus usir Kuntoro?" monolog Johnny yang sepertinya belum sadar jika Farah sedang berjalan ke arahnya.
"Tok tok." Farah mengetuk koran dengan efek suara dari mulutnya. Johnny yang tahu dia ketahuan langsung menurunkan koran dan melepas kacamatanya. Ia harus bersikap alami seolah tak sengaja bertemu Farah.
"Eh Farah, ngapain kamu di sini?" Johnny berusaha senatural mungkin untuk tak ketahuan.
"Janjian sama Bang Kun." Farah mengikuti permainan Johnny sekalipun ia tertawa dalam hati karena tingkah si duda seksi ini.
"Oh ya? Kun mana?" Johnny memeriksa seluruh cafe dan tak mendapati Kuntoro sepertinya pembicaraan antara johnny dengan pikirannya sendiri membuat ia kehilangan jejak Kuntoro.
"Balik kantor," jawab Farah kemudian duduk di depan Johnny.
"Oh." Johnny mati gaya, dia masih dalam node kikuk karena takut ketahuan.
"Ehm, kamu mau makan apa? Aku pesenin." Farah menggeleng ia sudah makan tadi.
"Udah makan."
"Pulang kerja jam berapa?" tanya Johnny lagi.
"Abis ini saya pulang. Saya ngajuin cuti. Saya harus nerusin kerjaan di cafenya Yongki sampai dia keluar." Farah membeberkan rencananya yang belum ia sampaikan kepada orang lain.
"Semoga Yongki cepet keluar. Persidangan kemarin kita unggul. Saya yakin sidang putusan nanti Yongki bisa keluar atau paling tidak hukumannya ringan. Kalaupun nggak kita bisa ajuin banding." Farah mengangguk, tapi kemudian gadis itu mengingat satu hal yang mengganjal. Sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Johnny, tapi ia tunda.
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."