23

915 229 52
                                    

Seorang gadis duduk meringkukbdi dalam lemari dengan tangan yang terus membekap mulutnya. Sebisa mungkin ia tak menimbulkan suara meskipun tubuhnya terus gemetar ketakutan dan ingin menangis.

"Farah." Suara barito itu kembali terdengar, tak begitu kencang tapi mampu membuat sistem kerja jantung Farah menjadi berlipat ganda, bahkan dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

"Ketemu!" Pintu lemari terbuka menampilkan wajah suami baru mamanya yang sejak Farah tinggal bersama selalu terlihat menginginkan Farah.

"Kamu mau kabur kemana?" tanya lelaki itu menghalangi Farah yang ingin keluar dari sana.

"Farah mohon, jangan Om!" Farah terus menangis memohon untuk dilepaskan, mungkin baru pertama kali ini dia memohon dengan begitu tulusnya.

"Setelah kita bermain-main." Hudi terus menarik Farah tak peduli teriakan dan juga  perlawanan dari Farah.

"Tolong! Tolong!" Farah melihat sekelebat bayangan yang ia yakini adalah Wenda yang baru pulang kuliah.

"Wenda tolong! Tolong!" Farah terus berteriak hingga tenggorokannya terasa sakit, tapi tak ada satu pun orang yang menolongnya.

Satu hal yang Farah tahu, hari itu dia adalah manusia kotor. Dan semua itu karena lelaki yang tengah melemparkan baju Farah.

"Pakai bajumu. Nggak ada gunanya kamu nangis. Ibunya nggak akan percaya sama anak yang pernah bunuh suaminya." Farah mengambil baju itu dan memakainya meskipun beberapa bagian telah koyak karena lelaki itu. Dalam benak Farah sekarang dia ingin membunuh lelaki jahanam itu, dan dia benar berusaha melakukannya.

Gadis itu mengambil vas dan memukul kepala ayah tirinya tak peduli serpihan keramik dari vas ikut melukai kulitnya.

"Farah!" Lelaki itu menatap Farah dengan nyalang, tangannya terus memegang kepalanya yang berdarah.

Sementara itu Farah berlari menjauh berusaha untuk keluar dari rumah terkutuk itu. Tuhan mungkin masih menyayangi Farah, tepat di depan dia melihat Kuntoro yang sepertinya ingin bertamu.

"BANG KUN! TOLONG!" Farah berlari sekuat tenaga meraih Kuntoro yang terlihat kebingungan dengan keadaan Farah: baju yang sudah koyak, kaki telanjang dan wajah yang terluka. Hal itu cukup membuat Kuntoro panik dan langsung mendekat ke arah Farah.

"Ada apa?"

"Bawa Farah pergi!" Sementara itu Farah terus melihat ke belakang untuk mengawasi apakah ia akan bisa bebas ketika Kun membawanya ke dalam mobil lelaki itu. Namun, satu hal yang Farah lihat adalah sesuatu yang membuatnya sakit.

Wenda terlihat mengamatinya dari jendela kamar gadis itu. Sejak tadi Wenda di rumah, tapi tak sedikitpun gadis itu tergerak untuk menolongnya. Mulai hari itu, bagi Farah, Wenda bukan lagi saudaranya.

"Farah," panggil Kuntoro lagi. Farah ingin pergi bersama Kuntoro, tapi kakinya seolah terpaku pada tanah. Dia semakin panik ketika sang ayah tiri yang kian mendekat.

Farah menangis, ia ingin pergi dia tak ingin lelaki itu kembali menyentuhnya.

"Jangan sentuh Farah!"

"Farah mohon! Jangan mendekat. Jangan sentuh Farah. Ampun Om, ampun!"

"Farah." Kun kembali memanggil Farah kali ini dengan teriak hingga gadis itu terbangun dari mimpi buruknya.

"Bang Kun?" lirih Farah dengan suara paraunya.

"Maaf aku teriak, kamu nggak apa-apa? Mau air?" tanya Kun dengan wajah panik yang begitu kental.

"Yes, please." Kun mengambil air dan memberikannya pada Farah setelah membantu gadis itu bangun dari tidurannya.

"Udah?" Farah mengangguk.

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang