Mata gelap Kuntoro terus tertuju pada gadis yang duduk menunduk di antara Johnny dan Yohana. Ingin rasanya dia menghampiri gadis yang mengabaikannya selama dua hari penuh, tapi di sekitar Farah tak ada tempat kosong yang bisa ia tempati.
Ia ingin berbicara dengan Farah tentang apa yang ibunya katakan ketika Farah berada di sana. Ia ingin menjelaskan semuanya pada Farah. Hingga akhirnya satu ide terpikir di otaknya. Ia mengiri pesan singkat kepada Farah untuk meminta waktunya untuk berbicara dan sepertinya ia berhasil karena Farah menyetujui permintaannya. Sekarang dia bisa kembali berkonsentrasi menyaksikan persidangan temannya.
"Berapa kali Anda menusuk korban?" tanya jaksa penuntut pada Yongki.
"Tiga kali. Punggung, perut dan pinggang." Yongki menyebutkan dengan cepat.
"Kenapa kamu menusuknya?" tanya jaksa lagi.
Yongki terdiam sejenak, dan kediaman ini membuat Kuntoro berpikir bahwa Yongki ingin mengatakan sesuatu yang buruk. Apalagi Yongki pernah mengatakan bahwa ia tak ingin membawa Farah ke dalam masalah ini yang mana itu berarti fakta bahwa apa yang dilakukan oleh ayah tiri Yongki akan terus terkubur.
"Karena dia pantas mendapatkannya. Seorang bajingan seperti dia bahkan tak pantas untuk jadi makanan anjing."
Kuntoro melirik Farah yang mengepalkan tangan, tapi tak lama karena Johnny segera membuka kepalan itu dan menggantikannya dengan menggenggam tangan Farah. Andai saja Kuntoro tak terlambat datang pasti ia yang akan menggenggam tangan Farah. Ini semua karena rapat sialan yang membuatnya tak bisa menemukan tempat yang paling dekat dengan Farah.
"Sekian. Terima kasih, Yang Mulia." Jaksa merasa bahwa sudah cukup melakukan tanya silang pada Yongki dan kini Yongki harus kembali ke tempat duduknya di samping pengacara.
"Setelah ini saya akan memanggil saksi. Silahkan saudara Farah." Yongki melotot kaget ketika pengacaranya tiba-tiba memanggil Farah. Tak hanya Yongki, Kun pun kaget mungkin hanya Yohana dan Johnny yang diam seolah tahu semuanya.
Farah melepas genggaman tangan Johnny dan kemudian maju untuk duduk di kursi saksi. Sebelum Farah memulai bersaksi gadis itu disumpah dengan nama Tuhan dan di tempat itu dia akan mengatakan segalanya. Dari tempat dia berdiri dia tersenyum pada Yongki yang terus menggeleng. Ia paham maksud dari lelaki itu. Kakaknya terus saja melindunginya sekalipun ia meminta Yongki untuk berhenti peduli padanya.
"Saudara Farah, saya ingin Anda berkata jujur. Anda berada di tempat kejadian saat itu?"
"Iya. Saya berada di sana saat itu." Farah menjawab dengan begitu tegas tanpa ada keraguan sama sekali.
"Bisa saudara ceritakan bagaimana saudara berada di sana?" Farah mengangguk.
"Saya dan saudara perempuan saya memiliki hubungan yang kurang baik. Hari itu untuk memperbaiki hubungan kami dia berjanji untuk mengambil gantungan kunci milik saya yang diambil ayah tiri saya. Lalu, tiba-tiba kakak perempuan saya menelpon dan meminta tolong. Jadi, tanpa pikir panjang saya langsung ke rumah."
"Meminta tolong?"
"Iya. Wenda berteriak minta tolong, dan terdengar suara ayah tiri saya dari telpon. Dari sana saya yakin bahwa ayah tiri saya mencoba untuk memperkosa kakak saya." Pengacara Yongki tampak kaget karena dari awal dia tak diberitahu hal ini oleh Farah. Farah hanya meminta pengacara untuk memanggilnya sebagai saksi.
“Lalu Anda menuju ke tempat TKP.”
“Iya."
"Apa yang Anda lihat di TKP?"
"Saya melihat ayah tiri saya mencoba memperkosa kakak saya. Saya mencoba menolongnya tapi saya tak sekuat itu, beruntung Yongki datang menyelamatkan kami." Farah mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja sekalipun suaranya terdengar mulai bergetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/246339413-288-k464118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ This Girl is Little Bit Crazy
General Fiction"Saya peringatkan ya Om, saya jago taekwondo sabuk i-" "What you said? Om?" "Iya." "Don't call me Om." "Why?" "Itu buat kamu kedengeran seperti baby sugar saya."