4

2.1K 380 84
                                    

Ini agak panjang, tiati bosen.

Happy reading

.
.
.

"Jadi, lo ke rumah bapaknya anak yang lo angkut dari toilet?" tanya Yohana pada Farah yang makan dengan kaki kiri naik ke atas meja sementara di seberang ada Jati yang sibuk menjadi pembunuh dengan ponsel pintar di tangannya.

"Menurut lo setelah dia ngirim tanda SOS gitu ke grup gue nggak dateng?" Farah menatap nyalang ke arah Jati yang masih santai saja, mungkin anak itu sedikit lupa bagaimana Farah jika sudah mengerjai orang.

"Tapi, kampretnya dia malah asik main PS sama si setan kecil. Nggak ada senapan sama sekali. Dia bohongin gue, anjing emang!"

"Anggep aja itu pembalasan gue dari kebohongan lo yang buat rambut gue rontok gara-gara si atlet jambak." Farah tentu saja lupa, gadis itu memiliki banyak kenakalan yang tentu tak bisa ia ingat semuanya.

"Yang mana? Dan ngapain si Yohana jambak lo? Pas gebetan dia yang gay itu suka sama lo?"

"Bukan itu! Pas hari pertama kita ketemu. Tahun ajaran baru!"

Si atlet jambak alias Yohana menepuk tangannya menandakan bahwa ia mengingat kejadian itu dengan sangat jelas. Kisah bagaimana si gondrong, manusia bar-bar dan atlet jambak memulai sebuah persahabatan.

Di hari pertama sekolah yang biasanya selalu awal dalam sebuah cerita novel dan begitu juga dalam hal ini. Farah pertama melihat manusia bernama Jati, lelaki gondrong yang dengan seenaknya duduk di sampingnya padahal Farah sengaja menyisakan satu tempat itu untuk Raja dalam rangka pedekate jalur agresif.

Namun, rencana brilian Farah itu gagal berkat si godrong yang tak ingin pindah karena satu-satunya tempat kosong adalah di depan guru atau kalau kata anak-anak itu adalah tempat main catur dengan guru.

Berhubung Farah adalah manusia yang lumayan pendendam, gadis itu memulai aksi balas dendam pada Jati.

Jika diingat-ingat saat itu adalah pelajaran Fisika dimana Pak Fikri sedang menjelaskan tentang benda apung hingga seluruh papan tulis penuh dengan rumus dan juga gambar, sementara si gondrong tengah tertidur dengan nyaman. Walaupun tak berangsur lama karena bapak Fikri langsung memanggil Jati yang tertidur.

Jati tentu kaget, dia baru saja bertemu dengan para bidadari dan kini dia harus berhadapan dengan bidadara plontos dengan kumis jarang-jarang serta perut yang serupa dengan orang hamil tujuh bulan.

"Dia nyuruh gue ngapain?" bisik Jati pada Farah. Lalu dengan penuh kesadaran Farah berkata, "Lo disuruh hapus papan tulis."

Berbekal kalimat itu Jati dengan penuh percaya diri maju ke depan lalu menghapus seluruh tulisan yang sudah ditulis oleh gurunya dengan susah payah hingga guru dan teman-temannya terkena serangan syok ringan sementara Farah si pelaku utama mati-matian menahan tawa.

"Jati!"

"Sama-sama Pak." Entah telinga Jati budek atau lelaki itu masih belum sepenuhnya sadar dari tidurnya hingga membalas ucapan gurunya dengan sangat tidak nyambung.

"Siapa yang nyuruh kamu hapus papan tulis?" tanya gurunya, ia mencoba mengingat untuk tetap sabar menghadapi si gondrong yang terlihat masih belum sadar sepenuhnya dari alam mimpi.

"Bapak."

"Jati," panggil gurunya itu.

"Saya nggak pernah nyuruh kamu hapus papan tulis." Tatapan Jati langsung jatuh pada Farah yang tersenyum tengil. Lalu Jati dengan kesadaran penuh menyeret Farah kedalam hukuman itu dan berakhirlah dua manusia itu di depan kelas dengan tangan yang saling menjewer telinga satu sama lain.

✔️ This Girl is Little Bit CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang