38 : She Lies

262 51 15
                                    


"GUYS! GILA GILA! Tau gak sih, wali kelas 2-F ketahuan melecehkan anak cewek kelas 2-B! Gak nyangka gue sama tuh guru, keliatannya aja baik-baik, taunya bajingan."

"Hah serius lo?! Kok bisa ketahuan gitu?!"

"Iya, katanya si guru ini keciduk sama murid cowok pas si cewek dilecehin di gudang. Duh jadi ngeri gue."

"Gila banget ih, harus dipenjara tuh orang!"

Kelas 2-F hening. Tidak ada reaksi apapun setelah berita menggemparkan itu terdengar oleh mereka semua. Bahkan saat Zhang Laoshi ditangkap oleh pihak polisi pun mereka tidak ada satu pun yang bergeming. Semuanya diam dengan perasaan campur aduk. Ada yang sedih, terkejut, marah, bahkan masih ada banyak yang belum percaya wali kelas mereka seperti itu. Sosok yang selama ini mereka percayai menjadi seorang wali atau pengganti orang tua mereka di sekolah. Sosok yang sebenernya diam-diam berperan penting dalam mendukung kelas akhir di angkatan tahun 2020 ini. Kelas yang selalu diremehkan orang lain.

Xinyu, yang masih syok itu gak bisa menahan air matanya. Rasanya sesak sekali mendengar berita jahat itu. Berita terkejam yang pernah dia dengar secara langsung. Rasanya berkali-kali lipat daripada ditinggal oleh Xida, atau berkali-kali lipat saat Xinyu dikabarin Mamanya kalau Neneknya telah meninggal dunia.

Yang lain terdiam dengan pandangan kosong. Bahkan Ziyi yang selalu nyari ribut ini terus diam dengan wajah menahan emosi. Tangannya mengepal. Ziyi marah, tapi dia tidak tahu harus marah kepada siapa. Di sisi lain Ziyi kecewa berat sama Zhang Laoshi, tapi di sisi lain Ziyi masih merasa Zhang Laoshi tidak bersalah.

Karena kasus menggemparkan itu, kelas 2-F tidak belajar. Entahlah, entah kenapa guru-guru tidak masuk ke kelas mereka. Entah karena sudah jijik dengan kelas didikan Zhang Laoshi atau tengah sibuk membicarakan kasus Zhang Laoshi. Tidak ada yang tahu, dan kelas 2-F juga tidak peduli. Mereka sedang tidak berada di mood baik untuk belajar.

"Lo semua percaya?" Tiba-tiba Xinyu membuka suara dari belakang tempat dia duduk. Suaranya pertama kali lah yang berhasil memecah keheningan setelah berjam-jam mereka semua saling diam.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Xinyu. Mereka masih membungkam karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Gue tanya, lo semua percaya?" Ulang Xinyu dengan nada tegas. Padahal matanya masih sembab karena menangis diam-diam.

"Sejujurnya enggak." Balas Wenjia dari depan. "Gue kenal Zhang Laoshi, seburuk-buruknya sifat orang yang tidak terlihat, gue yakin Zhang Laoshi gak sebejat itu."

"Setuju. Gue juga gak percaya. Dia orang baik." Sahut Xinyu.

"Tapi semua orang udah tau kejahatan dia..." Lirih Yaowen sambil menunduk.

"Kita gak tahu apa yang benar, emang seharusnya Zhang Laoshi harus diperiksa untuk membuktikan kebenarannya." Kata Jiaqi dengan dewasa.

Xinyu menunduk. "Apa pun yang terjadi di kantor polisi bisa aja semuanya kecurangan. Papa Xida yang gak bersalah aja bisa didakwa sebagai pelaku."

"Xinyu, kita gak tau Zhang Laoshi itu bersalah atau enggak. Kita gak bisa mengambil kesimpulan kalau dia gak bersalah. Bisa aja dia emang melakukan itu. Kita gak tahu apa yang di dalam hati seseorang." Ujar Chengxin dengan dingin. Dia terlihat sangat frustasi, dan sepertinya Chengxin masih terlarut percaya dengan berita-berita di luar. Sehingga dia tidak bisa berpikir positif tentang wali kelasnya itu.

Xinyu kembali merasa sesak saat dibalas frontal oleh Chengxin. Padahal dia berusaha untuk mempercayai Zhang Laoshi, tapi Chengxin terlihat tidak setuju.

"Chengxin bener. Kita gak tau apa yang sebenernya terjadi. Bisa jadi Zhang Laoshi emang sebejat itu." Sambung Tianze tiba-tiba.

Xinyu meneteskan air matanya, dengan perasaan kesal sekaligus sedih, Xinyu berlari keluar kelas dari pintu belakang. Meninggalkan semua teman-temannya yang masih terbungkam tanpa berniat mengejarnya. Bahkan Yaxuan yang sedari tadi memperhatikannya pun hanya diam di bangkunya.

𝐂𝐥𝐚𝐬𝐬 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang