22 : Somewhere

332 72 4
                                    


Mama dan Papa Xinyu memilih pergi ke kamar mereka setelah menyediakan makanan kepada teman-teman Xinyu. Walaupun Papa Xinyu terlihat tidak yakin meninggalkan anak gadisnya bersama 13 orang laki-laki, tapi akhirnya beliau percaya karena mereka semua terlihat seperti anak baik-baik. Bahkan Jiaqi aja berulang kali berbicara sopan kepada mereka.

Dan disinilah Xinyu sekarang. Duduk di salah satu bangku yang dia ambil dari dapur dan duduk di samping sofa yang diduduki oleh Sixu, Jingyuan, dan Yaxuan. Dia hanya diam sambil memainkan kuku jarinya, tidak berniat berbicara dengan teman-temannya karena masih dalam mood kurang bagus. Ditambah lagi penampilan Xinyu benar-benar berantakan. Xinyu antara malu sama gak peduli sebenernya.

"Xiao Yu masih sedih, ya?" Tanya Jingyuan membuka suara duluan. Dia menatap Xinyu dengan tatapan sendu.

Xinyu mengangguk tanpa berbohong, dia masih menunduk sambil memainkan kuku jarinya.

"Kalo gitu kamu harus sekolah, pasti gak bakal sedih lagi." Ucap Yaxuan yang duduk di samping Xinyu.

"Iya bener, kita janji gak bakal bikin lo sedih lagi. Abis ini kita banyak-banyak ngelawak deh!" Sahut Ziyi dengan semangat.

Xinyu tersenyum kecil. Kemudian dia mengangkat wajahnya, menatap satu-persatu teman sekelasnya ini. Jujur saja, kedatangan mereka membuat Xinyu merasa terharu. Dia tidak menyangka akan memiliki teman seperhatian mereka. Padahal mereka semua laki-laki, Xinyu kira anak laki-laki itu cuekan. Tapi ternyata dia salah, semua temannya ini bahkan kompak mendatangi rumahnya.

"Atau jangan-jangan lo sakit, ya?" Tanya Wenjia yang duduk di seberangnya.

"Enggak kok. Kemarin sempat demam, sekarang udah sembuh."

"Ohh, syukurlah..." Gumam Wenjia sambil memanggut.

"Xiao Yu,"

Netra Xinyu langsung beralih ke asal suara berat yang menyebut namanya itu. Bukan Jingyuan, tapi... Chengxin. Xinyu sempat merasa kaget karena untuk pertama kalinya Chengxin memanggilnya seperti itu. Panggilan singkat itu berhasil membuat jantung Xinyu berdegup kencang secara tiba-tiba.

Chengxin menatap Xinyu dalam, "Ayo sekolah. Kalo lo cuma diem gini terus, lo bakal makin gak bisa bangkit dan ikhlasin semuanya. Gue yakin lo pasti selama ini terus kebayang sama mendiang kan? Itu karena lo gak mau bangkit dan terus terjebak disini. Coba kalo lo bangkit dan balik sekolah, lo gak bakal merasa sedih karena ada kita-kita semua yang nemenin lo. Sekolah, ya? Kita semua kangen sama lo."

"Bener kata Chengxin. Jujur aja, suasana kelas jadi dingin pas lo gak dateng..." Sahut Yaowen menyetujui ucapan Chengxin.

"Iya nih, gue aja jadi gak mood ngapa-ngapain tau." Sambung Ziyi sambil sok-sok cemberut.

Xinyu tersenyum mendengarnya. Rasanya dia pengen nangis saking terharunya. Tapi gak jadi karena malu banget lah nangis di depan laki-laki sebanyak ini.

"Kalo lo terharu, nangis aja gak papa. Kita maklumin kok hehehe." Ujar Tianze.

"Apasih." Ketus Xinyu sambil menahan senyumnya. Xinyu berdiri dari duduknya, berdiam sebentar lalu berkata, "Gue siap-siap dulu."

Ucapan Xinyu langsung disambut dengan seruan-seruan bahagia mereka semua. Xinyu cuma terkekeh lalu menaiki lantai atas untuk bersiap-siap.

Chengxin benar. Dia harus keluar dari zona duka ini agar tidak terus terjebak dengan rasa duka ini.

•••

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Xinyu, mereka pun berangkat sekolah bersama dengan sepeda masing-masing. Xinyu dibonceng oleh Jingyuan setelah perdebatan panjang mereka.

𝐂𝐥𝐚𝐬𝐬 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang