20 : Sorrow

327 72 1
                                    


Bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Laoshi belum datang, tapi semua penghuni kelas 1-F terlihat khawatir. Bukan karena Laoshi yang tak kunjung datang, itu mah mereka yang kesenengan. Tapi, kali ini mereka mengkhawatirkan seseorang yang sedari tadi mereka tunggu kedatangannya namun tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Dia ketua kelas mereka, Xinyu. Gadis itu biasanya selalu datang pagi-pagi sekali, bahkan dia sering menjadi orang pertama yang datang di kelas mereka sejak menjadi ketua kelas. Tapi, kali ini Xinyu bahkan tidak datang juga, padahal bel udah berbunyi sejak tadi.

Ini pertama kalinya Xinyu tidak datang ke sekolah. Makanya mereka semua merasa aneh kalau tidak menemukan Xinyu saat mereka datang. Biasanya mereka akan disambut dengan Xinyu yang biasanya ngurus kelas, kayak bersih-bersih gitu.

"Duh, Xinyu kemana ya... gak biasanya telat gini." Gumam Ziyi. Dia terus menatap pintu kelas sejak tadi.

"Iya, ya. Tapi gue gak yakin deh dia telat. Pasti dia absen hari ini." Balas Tianze.

"Apa jangan-jangan dia sakit?" Tebak Zhenyuan ikut menyambung.

"Perasaan semalem dia sehat-sehat aja deh." Kata Yaowen, dia sedikit mengelak tebakan Zhenyuan.

"Ya namanya juga sakit, suka dateng tiba-tiba. Gak pernah direncanain." Balas Zhenyuan. Yaowen pun cuma mengangkat bahu acuh sambil melanjutkan mainin ponselnya.

Saat mereka semua sedang menebak-nebak ketidakdatangan Xinyu, tiba-tiba Zhang Laoshi datang memasuki kelas mereka. Kebetulan juga pelajaran pertama adalah pelajaran dari Zhang Laoshi, selaku wali kelas 1-F.

"Selamat pagi!" Sapa Zhang Laoshi sambil berjalan menuju bangkunya di pojok kanan depan kelas.

"Selamat pagi, Laoshi!"

Zhang Laoshi berdiri di tengah-tengah depan kelas. Tempat biasa dia mengajar. Biasanya sebelum memulai kelas, Zhang Laoshi akan menanyakan kabar kelasnya terlebih dahulu. Mengobrol ringan antara wali kelas dan murid didiknya, alasannya agar dapat mempererat hubungan mereka. Selain itu agar murid-muridnya ini tidak segan-segan berkeluh kesah kepadanya.

Zhang Laoshi memperhatikan semua muridnya, sampai matanya berhenti ke bangku paling belakang yang kosong. Dia mengernyit, pantas saja seperti ada yang kurang. Ternyata Putri Kelas mereka tidak ada di sana. Biasanya Zhang Laoshi akan disambut dengan suara khas lembut perempuan di antara suara-suara berat milik laki-laki. Walaupun Xinyu itu cuma sendirian, suaranya tetap dapat didengar.

"Xinyu tidak datang?" Tanya Laoshi.

"Tidak, Laoshi." Balas mereka semua dengan lesu.

"Ada yang tau alasannya?" Tanya Laoshi lagi.

"Enggak, Laoshi. Chat kita gak ada yang bales. Dia juga gak muncul di grupchat kita. Ditelepon tapi nomornya sibuk." Balas Junlin panjang lebar.

Laoshi terdiam sebentar, "Hmm baiklah, kalo gitu nanti Laoshi yang coba hubungin dia atau orang tuanya, ya. Sekarang, kita bahas kelas saja. Ada yang mau melapor sesuatu ke Laoshi?"

•••

Keesokan harinya.

Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Namun semuanya masih sama seperti kemarin, Xinyu belum juga kunjung datang. Dua hari tanpa kabar gadis itu sudah membuat mereka makin khawatir. Ini bukan Xinyu banget, karena gadis itu benar-benar menghilang tanpa kabar. Bahkan nomor ponselnya yang sebelumnya sibuk sudah berganti menjadi tidak aktif. Mereka merasa pasti ada yang gak beres sama Xinyu.

"Sumpah gue gak tenang kalo dia gak ada kabar gini!" Seru Ziyi sambil berdiri, dia kelihatan khawatir banget.

"Gue juga!" Balas Yaxuan mengangkat tangannya. Dia yang dari kemarin hanya diam dan cemas diam-diam ini akhirnya membuka suara.

"Apa kita samperin aja rumahnya?" Usul Xida di pojok.

"Boleh tuh! Kalian tau rumahnya dimana?" Tanya Junlin setelah menyetujui ucapan Xida.

"Gue tau!"

"Gue!"

Itu balasan dari Yaowen dan Chengxin, selaku dua orang yang pernah mengantar Xinyu pulang setelah insiden kekunci di perpustakaan Minggu lalu.

"Oke, nanti kita datengin aja rumahnya." Ucap Ziyi. "Yang mau ikut angkat ginjalnya!"

"Si anying malah ngelawak." Tianze menepuk pantat Ziyi yang berdiri di sampingnya.

"Iye maap. Ulang deh, yang mau ikut angkat tangannya!"

Lalu, 13 laki-laki itu semua mengangkat tangan mereka. Mereka semua mengangkat tangan karena merasa cemas ke Putri Kelas dan juga ketua kelas mereka ini.

"Eh Laoshi datang!" Seru Wenjia saat menyadari Laoshi yang sedang berjalan ke kelas mereka. Daritadi dia kerjanya ngintipin jendela luar kelas buat lihatin orang-orang jalan. Sekaligus mengharapkan Xinyu datang juga. Tapi ternyata itu cuma harapan semata.

"Selamat pagi!" Sapa Yu Laoshi.

"Selamat pagi, Laoshi!"

Yu Laoshi berdiri di tengah depan kelas, dia menatap semua muridnya. "Jadi, Laoshi disuruh umumin berita ini ke kalian. Zhou Xinyu sedang izin masuk karena neneknya meninggal dunia dua hari yang lalu. Sekarang sedang mengurus pemakaman di Guangzhou, selaku kampung halaman sang Nenek. Mungkin besok sudah pulang ke Chongqing. Tapi, kata Zhang Laoshi, kalian jangan datangin dia dulu atas permintaan Xinyu. Biarin dia sendiri dulu, ya."

Ucapan Yu Laoshi membuat mereka semua merasa sedih. Ternyata Xinyu sedang berduka sejak dua hari yang lalu. Mendengar kata nenek, mereka juga paham betapa sedihnya Xinyu sekarang. Karena Xinyu pernah cerita kalau dia selama ini tinggal sama neneknya terus. Sedangkan orang tuanya sibuk bekerja ke luar negeri. Kehilangan sosok yang selalu menemaninya pasti membuat Xinyu terpuruk banget.

"Ya sudah, kalian jangan ikutan sedih seperti itu. Kita lanjut belajar, ya."

Hari ini, bukan hanya Xinyu yang berduka. Tapi 13 laki-laki yang telah menjadi teman sekelasnya pun ikut merasa berduka walaupun tidak mengenal sang nenek. Orang-orang menyebut ini adalah kekuatan hubungan teman sekelas.

-Class Princess-

𝐂𝐥𝐚𝐬𝐬 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang