"Hah? Pindah ke Inggris?"Kedua orang tua Xinyu mengangguk. Papa Zhou menyeruput kopinya, lalu menatap anak satu-satunya dengan lembut.
"Iya, Sayang. Karena kamu sebentar lagi lulus SMA, kita bisa pindah ke Inggris. Kebetulan Papa juga dapat kerjaan di sana. Jadi kita semua bisa pindah dan kamu bisa kuliah di sana." Balas Papa Zhou.
Xinyu sebenernya senang mendengar itu. Kuliah di luar negeri, apalagi Inggris adalah salah satu impiannya. Siapa pula yang tidak senang bisa tinggal di Inggris? Pusat seluruh dunia?
Yang membuatnya ragu adalah dia harus meninggalkan China dan semua sahabat karibnya. Dia akan memulai kehidupan baru, budaya baru, bahasa baru, dan lain-lain.
"Jangan khawatir, kalo kamu mikirin kuliah, Papa udah persiapin itu. Tapi kamu bakal kuliah tahun depan, gap year gak papa, ya? Nanti setahun ini kita cari kampus yang cocok dan kamu bisa menguasai bahasa Inggris." Kata Papa sambil memegang lengan anak gadisnya.
Xinyu mengangguk, "Gak papa kok. Aku seneng bisa pindah ke sana. Tapi... aku sedih harus ninggalin temen-temen. Aku juga harus batalin janji kita yang mau kuliah bareng-bareng di universitas Beijing."
Papa dan Mama Zhou menatap anaknya ikut sedih, "Mama ngerti, Sayang. Tapi kamu gak bisa terus bergantung bersama teman. Harus bangun sendiri dan pilih jalan yang kamu mau. Bertemu mereka pasti selalu bisa kok. Kamu gak akan tinggalin China selamanya, nanti bakal balik lagi."
Xinyu menghela nafas. "Yaudah. Aku setuju. Kalo gitu aku pergi sekolah dulu ya, Ma, Pa."
Kedua orang tua Xinyu mencium kepala anak mereka lalu membiarkan Xinyu yang pergi sekolah sendiri dengan berjalan kaki. Memang sudah kebiasaan Xinyu, dia akan berjalan kaki sampai persimpangan lalu akan dijemput oleh Jingyuan yang kebetulan lewat. Sudah menjadi rutinitasnya selama setahun ini.
"Pagi, Xinyu!" Sapa Jingyuan sambil menghentikan sepedanya di depan Xinyu.
"Pagi, Jingyuan." Balas Xinyu lesu.
"Kok lesu? Lo sakit?" Jingyuan meletakkan tangannya di atas dahi gadis itu, mengecek suhu badannya untuk memastikan keadaan Xinyu.
"Gak kok, lagi males sekolah aja."
"Ohh, yaudah. Tapi kita harus sekolah, kuy naik!"
Xinyu tersenyum saat melihat tingkah Jingyuan yang lucu. Laki-laki ini bertubuh tinggi, bahkan termasuk jajaran tertinggi di kelas. Berwajah tampan dan mempunyai vibes ice boy. Tapi nyatanya dia adalah sosok yang ceria dan selalu menyebarkan positive vibes.
Xinyu pun menaiki bangku di belakang Jingyuan, lalu berpegangan di pinggang laki-laki itu saat sepeda yang mereka naiki sudah berjalan.
•••
Sebulan setelahnya, ujian gaokao sudah dilewati oleh seluruh murid kelas 3. Berbagai kesibukan yang disiapkan mereka, akhirnya kunjung reda. Perlahan mereka mulai bisa bersantai setelah selesai mengurus masalah sekolah dan universitas baru pilihan mereka. Hasil juga sudah dibagikan. Tapi itu tidak berguna apa-apa untuk Xinyu karena dirinya tidak akan melanjutkan kuliah di China. Tapi dia ikut senang saat semua teman-temannya berhasil mendapat nilai yang bagus dan bisa masuk ke universitas pilihan mereka masing-masing.
Seperti Jiaqi, Zhenyuan, dan Yaxuan mereka memilih masuk ke jurusan seni musik. Lalu ada Chengxin dan Haoxiang yang ke jurusan bisnis, Junlin di hukum, Wenjia di kedokteran, Sixu di jurusan sastra, Ziyi dan Yaowen di jurusan olahraga, Jingyuan di teknik komputer, dan Tianze di jurusan psikologi.
Semuanya memiliki pilihan yang mengejutkan. Seperti Tianze yang membuat pilihan ke Psikologi, atau Chengxin yang memilih jurusan bisnis. Tapi Xinyu yakin mereka semua punya alasan masing-masing. Mungkin Xinyu akan menanyakan ke mereka nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐥𝐚𝐬𝐬 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬
Fanfiction(finished) Menjadi anak SMA adalah hal yang paling ditunggu oleh Xinyu. Membayangkan betapa serunya kehidupan masa SMA nya saja udah buat dia bahagia sendiri. Tapi sayangnya kenyataan tidak seperti ekspektasinya. Xinyu memang sudah menjadi anak SMA...