Jevano Bima Arkana

7.7K 1K 43
                                    

Anak kedua dari kembar Arkana ini adalah cukup menyukai bela diri takewondo. Vano sering mengikuti turnamen untuk mewakili sekolahnya. Setiap kali dia mengikuti turnamen tak pernah sekalipun dia tidak membawa mendali emas dan piala. Ya, setiap dia ikut turnamen dia selalu membawa pulang piala dan mendali emas dan membawa nama baik sekolahnya, oleh karena itu dia juga menjadi anak emas para guru karena prestasinya.

Vano saat disekolah sangat disegani oleh murid lain,

Tapi saat dia berada di rumah dirinya merasa tidak berguna ketika berhadapan dengan Jeffry. Ingin sekali dia memukul Jeffry sampai babak belur, karena telah menyakiti ketiga kembarannya. Namun, dia tidak bisa melakukan itu, dia tidak mau durhaka dengan Papahnya. Bagaimana pun sang papah lah yang telah merawat dirinya dan ketiga kembarannya saat sang Mamah sudah terlebih dahulu pergi dari dunia ini untuk menghadap sang pencipta.

Keadaannya malam ini tidak jauh berbeda dengan Dhika. Saat ini Vano sedang menangis di kamarnya. Duduk di lantai yang dingin dengan air mata yang terus mengalir seperti hujan. Menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa membela kedua adiknya. Lagi-lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk kedua adiknya.

"Maafin Vano, Mah. Vano gak bisa tepatin janji Vano untuk lindungin kembarannya Vano. Vano terlalu pengecut, Mah. Vano tidak bisa membela mereka didepan Papah." Ucap Vano pelan dengan air mata yang terus jatuh ke wajahnya.

Dulu ketika Vano kecil, dia diajak oleh Mamahnya ke tempat latihan takewondo untuk menjemput saudaranya yang kebetulan sedang latihan disana.

Vano kecil hanya bisa melihat kearah perkumpulan anak yang usianya lebih tua darinya yang sedang berlatih takewondo. Karena dia tidak tau apa yang sedang mereka lakukan akhirnya Vano bertanya ke mamah.

"Mamah mereka lagi ngapain? Kenapa mereka saling pukul. Kan itu tidak boleh." Tanya Vano seraya menujuk kearah anak yang sedang latihan

Mamah terkekeh pelan mendengar itu, ternyata sedari tadi sang anak memperhatikan anak-anak yang sedang berlatih takewondo. "Mereka sedang berlatih beladiri sayang. Mereka tidak sedang pukul-pukul." balas sang mamah sambil ikut memperhatikan anak-anak yang sedang latihan beladiri.

"Emang buat apa kita latihan beladiri mah?" Tanya Vano polos.

"Hm untuk melindungi diri kita dan orang lain dari orang jahat sayang." sang mamah mengusap rambut anaknya penuh sayang, sepertinya vano kurang paham dengan apa yang ia jelaskan

"Berarti kaya superhero ya mah?" Katanya polos

"Iya kaya Superhero, abang mau ikut latihan bela diri?" Tanya mamah

Vano mengangguk semangatt, "mauu!! Abang mau jadi kaya spiderman, nanti abang bisa ngelindungin Mamah, Kakak,  mas sama adek!" ucapnya penuh semangat.

Sang mamah tersenyum sembari mengusap rambut Vano dengan sayang, "Tapi abang harus janji sama Mamah kalau nanti abang udah bisa bela diri, abang harus ngelindungin Kakak, mas sama adek dan orang lain ya? Vano harus jadi anak yang baik. Vano tidak boleh menggunakan kemampuan Vano untuk kejahatan."

Vano mengangguk lagi, "Eum, abang janji mah! Janji!"

Vano kembali menangis mengingat ucapannya dengan sang mamah beberapa tahun lalu saat dia berusia 8 tahun.

"Maafin abang mah maafin abang. Abang udah kecewain mamah, pasti mamah kecewa banget sama abang."

Dibalik sisi vano yang banyak ditakuti oleh orang lain ada sisi lemah Vano yang tidak pernah dia tunjukkan kesiapa pun, sekalipun kepada ketiga kembarannya.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang