20. Sadar

4.1K 513 46
                                    

Seorang Wanita cantik sedang berdiri di depan rumah keluarga Arkana. Sudah lebih dari 10 menit ia berdiri disini sembari memencet bell, namun, tak kunjung ada yang membuka pintu. Padahal jam sudah menujukkan pukul 4 sore, tapi kenapa tidak ada satupun orang dirumah ini. Harusnya kan si kembar sudah pulang sekolah sekarang.

"Masa iya mereka pindah rumah?" Gumamnya.

Wanita itu memilih melihat-lihat rumah keluarga Arkana. Rumah ini masih sama seperti 3 tahun yang lalu, yang membedakan hanya warna cat yang sudah berubah. Dari segi tatanan masih sama, taman bunga pun masih terlihat rapi dan asri,  yang bearti mereka semua masih menjaga taman bunga peninggalan Ghina dengan baik sampai saat ini.

Banyak kenangan yang tersimpan ditempat ini. Baik kenangan indah maupun kenangan buruk.

Tak mau menunggu lebih lama lagi, akhirnya ia memilih beranjak dari tempat itu. Namun, sebelum ia masuk ke dalam mobil, suara seseorang membuat langkahnya terhenti.

"Tante Ghita?" Panggil Dhika pelan takut ia salah orang.

Wanita itu membalikkan badannya kearah si kembar sembari tersenyum lebar, "Iya ini tante."

Wanita itu adalah Ghita, saudara kembar Ghina yang memilih menetap di Singapura sejak kepergian Ghina. Wajah Ghita sedikit mirip dengan Ghina. Walau mereka kembar tapi mereka kembar non identik, tetapi kalau dilihat lebih dekat mereka terlihat mirip.

Ghita mendekati si kembar lalu merentangkan tangannya membuat ketiganya langsung berlari menghampiri Ghita.

"Tante kangen banget sama kalian." ucap Ghita.

"Kita juga kangen banget sama tante." Sahut Haikal mengeratkan pelukannya.

"Tante kenapa baru kesini?" Tanya Vano.

Alih-alih menjwab pertanyaan Vano, Ghita menatap mereka satu persatu lalu melepaskan pelukannya karena merasa ada yang kurang.

"Kalian kenapa cuma bertiga? Naren dimana?" Tanyanya.

"Naren di rumah sakit, tan." Jawab Dhika pelan.

"APA?! Naren sakit apa?"

"Naren cuma kecapean aja, tan." Bohong Haikal yang dibalas anggukan oleh yang lain. Mereka tidak ingin sang tante merasa khawatir kalau mereka mengatakan kalau Naren sedang koma.

"Tapi dia gak kenapa-napa kan?"

Mereka kompak menggeleng.

"Syukurlah kalau begitu."

Si kembar merasa tidak enak karena telah membohongi Ghita, tapi mau bagaimana lagi, mereka harus terpaksa berbohong agar Ghita tidak khawatir. Mereka sudah menganggap Ghita seperti ibu, ditambah lagi banyak kemiripan antara Ghita dan Ghina, membuat mereka merasa berada didekat sang mamah saat mereka sedang bersama dengan Ghita.

Setidaknya dengan kedatangan Ghita dapat membuat rindu mereka terhadap mamah sedikit terobati.

"Tante ayok masuk dulu." Ajak Vano.

Ghita mengangguk lalu berjalan beriringan dengan si kembar masuk kedalam rumah, "Tante kira kalian udah pindah rumah, soalnya rumah kalian sepi banget."

"Akhir-akhir ini kita emang jarang ada dirumah, tan. Ini aja kita pulang buat mandi terus makan, abis itu balik lagi ke rumah sakit buat gantian jaga Papah sama Naren." Ucap Dhika.

Ghita menghentikan langkahnya karena terkejut dengan ucapan Dhika yang mengatakan kalau Jeffry juga dirawat dirumah sakit, "Mas Jeffry sakit apa? Terus keadaanya gimana? Dia baik-baik aja kan?" tanyanya dengan khawatir membuat si kembar merasa aneh. Ya, aneh, karena baru kali ini mereka melihat sang tante yang nampak sangat khawatir dengan Jeffry.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang