29. Mengikhlaskan

3.7K 537 39
                                    

Haikal sedang berada di Basecamp. Anak itu semalam menginap di Basecamp karena hari ini ia dan sahabatnya akan berkunjung ke Panti. Mereka semua membolos karena untuk apa masuk sekolah, karena lusa sudah pengambilan raport. Jadi, Haikal memilih membolos saja. Buang-buang waktu saja kalau kata Haikal.

Mereka semua sedang bersiap untuk pergi ke Panti. Tidak lupa menyiapkan beberapa hadiah untuk anak panti.

"Udah siap kan?" Tanya Haikal kepada sahabatnya.

"Bentar Kal, gue mau boker dulu." Balas Haris lalu anak itu berlari menuju toilet karena sudah tidak tahan lagi.

Yang lalu menutup hidungnya karena selepas Haris pergi, tercium bau busuk yang memasuki indera penciuman mereka. Ya, bau kentut Haris.

"Bau banget bangke!"

"Sialan lo Ris!"

"Lo abis makan apa Ris sampe kentut lo bau busuk banget?"

"Awas lo Ris!"

Haikal hanya menggelengkan kepala mendengar cibiran yang sahabatnya berikan kepada Haris. Tapi semua yang sahabatnya katakan itu benar. Kentut Haris sangat sangatlah bau. Kalau ada yang bilang kentut orang ganteng tidak akan bau, kalian salah. Karena semua kentut pasti bau.

"Kalian duluan aja ke Panti biar gue nunggu Haris." Ucap Haikal membuat yang lain menoleh kearahnya.

"Gimana guys?" Tanya Handi ke yang lain.

Mereka semua saling pandang. Seolah-olah sedang berdiskusi lewat mata.

"Emang gak papa Kal kalau kita pergi duluan?" Tanya Felix.

Haikal menggeleng, "Pergi aja dulu kasian anak panti nanti nunggu lama."

"Yaudah kalau gitu kita pergi dulu ya, Kal." Ucap Satya yang dibalas anggukan oleh Haikal.

Setelahnya, mereka mulai pergi menanggalkan Haikal sendirian. Sebenarnya ada alasan kenapa Haikal menunggu Haris. Ada sesuatu yang harus ia bahas dengan cowok itu. Sesuatu yang benar-benar penting.

Tak lama, Haris keluar dengan raut wajah yang bingung karena tidak melihat keberadaan sahabatnya. Hanya ada Haikal yang sedang duduk dengan ponsel ditangannya.

Haris menghampiri Haikal lalu menepuk pundak cowok itu membuat Haikal sedikit tersentak.

"Yang lain mana, Kal?"

"Gue suruh pergi dulu."

Haris menyadari ada yang tidak beres dengan Haikal. Pasalnya, cowok itu lebih banyak diam akhir-akhir ini. Haikal juga menjadi lebih sering melamun. Padahal, Haikal anti yang namanya diam. Apalagi kalau sudah bertemu dengan Handi pasti akan berisik saling adu mulut karena hal sepele.

"Lo kenapa? Masih kepikiran sama Dhika? Gue yakin kalau Dhika bakal sembuh dengan cepet. Lo gak usah khawatir, Kal." Ucap Haris.

Ya, Haris tau semua masalah Haikal. Bahkan diantara yang lain hanya Haris yang tau kondisi Dhika sekarang. Haikal lebih sering curhat kepada Haris daripada yang lain. Alasannya karena Haikal dan Haris sudah berteman cukup lama, membuat mereka bisa percaya satu sama lain. Bukan Haikal tidak percaya dengan sahabatnya yang lain, ia hanya tidak mau membuat sahabatnya ikut pusing dengan masalah yang menimpanya. Cukup Haris saja yang ia repotkan.

Haikal menggeleng, "Bukan karena Dhika."

Alis Haris terangkat. Bukan karena Dhika? Lalu apa yang membuat Haikal seperti ini. Haris mengangguk. Sekarang, dirinya tau alasan kenapa Haikal menyuruh yang lain untuk pergi terlebih dahulu. Pasti ada sesuatu yang ingin Haikal bicarakan dengannya.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang