"Beh, kopi satu ya kaya biasa." Ujar Haikal kepada Babeh Yanto.
"Siap, Mas Haikal." Sahut Babeh Yanto.
Setelah hampir 1 jam dia dan Naren dimarahi oleh Jeffry. Disinilah dia sekarang berada, di warung babeh tempatnya dan teman-temannya berkumpul. Sedangkan Naren memilih untuk beristirahat di kamarnya daripada keluyuran sepertinya. Katanya dari pada keluyuran gak jelas lebih baik rebahan di kasur. Haikal kadang bingung dengan Naren, pasalnya anak itu lebih suka berada dikamar dari pada nongkrong seperti dirinya. Tapi haikal tidak mempermasalahkan itu karena yang penting Naren suka kenapa nggak.
Haikal bukan tipe anak yang kalau ada masalah bakal lari ke club atau mabok, tetapi dia lebih memilih ke warung Babeh dan berkumpul dengan temannya. Walaupun dia nakal tapi dia masih tau mana yang benar dan mana yang salah. Haikal juga tidak merorok, banyak temannya yang menyuruh Haikal untuk merokok tapi ia tetap tidak mau.
"Bokap lo ngomel lagi Kal?" Tanya Handi salah satu teman tongkrongannya.
Ya, teman-temannya tau jelas apa yang menjadi masalahnya karena mereka semua juga mempunyai latar belakang keluarga yang hampir sama dan karna itu juga mereka bisa dekat satu sama lain. Awal mereka dekat juga karena tidak sengaja bertemu disini saat membolos dan lama kelamaan mereka dekat seperti sekarang. Haikal bersyukur bisa bertemu mereka semua walau mereka bisa dibilang berandal tapi solidaritas mereka tidak diragukan lagi.
Haikal hanya mengangguk enggan menjawab. Tanpa dia menjawab pun teman-temannya sudah tau jawabannya.
"Terus Adek lo si Naren juga?" Tanya cowok yang berambut panjang.
"Diomelin bareng gue gara-gara ada guru yang ngadu kalau si Naren suka ngomong sendiri dikelas." balas Haikal dengan cukup santai.
"Lo gak mau ngajak Naren di psikiater gitu?" Celetuk cowok yang sedang merorok.
Haikal langsung menatap tajam temannya itu, "Adek gue gak gila ya, anjing!"
Haikal paling tidak suka kalau ada orang yang menghina Naren, Naren itu istimewa bukan gila. Bukan pertama kalinya dia mendengar ucapan negatif tentang adiknya itu.
"Bukan gitu maksud gue, Kal. Gue cuma mau kasih saran aja." Ucap cowo itu membela dirinya.
"Dengan lo nyuruh adek gue ke pskiater bearti lo mikir kalau adek gue gila!" Ucap Haikal sedikit marah.
"Sorry kal kalau ucapan gue keterlaluan gue gak ada maksud kegitu. Gue minta maaf." Ucapnya yang merasa bersalah karena sudah membuat Haikal kesal. Padahal harusnya bisa menghibur Haikal bukan justru membuat cowo itu kesal.
Haikal mengontrol emosinya, dia memang paling sensitif kalau sudah membawa-bawa Naren.
"Berapa kali gue bilang kalau Naren itu gak gila! Dia cuma punya kelebihan bisa ngeliat setan gak kaya kita. Sekali lagi lo bilang kegitu gue gak segan-segan buat nonjok lo. Gak peduli lo temen gue atau bukan!" katanya lalu meminum kopinya yang baru datang.
"Sorry kal gue janji gak bakal gitu lagi" Ucap Jinan meminta maaf yang dibalas anggukan oleh Haikal. Ya, cowo itu bernama Jinan.
Haikal memang ditakuti oleh semua temannya, pasalnya ketika ia sedang marah tidak pernah pandang bulu mau itu temannya atau bukan pasti kalau mereka buat salah langsung haikal tonjok tanpa ampun. Karena itu mereka paling takut membuat masalah dengan Haikal Ibra Arkana.
"Terus lo kenapa bisa kesini? Bokap lo gak tau kalau lo keluar?" Tanya cowok yang berkulit sedikit gelap.
"Gak tau, gue kabur lewat jendela." jawabnya santai.
"Gila lo nekat banget, Kal." Celetuk Jinan.
"Mau gimana lagi pintu kamar gue dikunci dari luar yaudah gue kabur lewat jendela."
Teman-temannya hanya mengeleng kan kepala sudah tidak paham lagi dengan Haikal yang terlalu ajaib menurut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBAR ARKANA (End)
Teen FictionIni kisah empat kembar Arkana yang mempunyai luka dan cerita masing-masing Walau begitu mereka berempat tetap menyayangi satu sama lain. . . . . Start = 14 Juni 2021 Finish = Rank🏆 #1 Jaemin (03 Oktober 2021) #2 Fiksiremaja (01 November 2021) ...