23. UAS

3.4K 494 28
                                    

Bebarapa hari kemudian, kondisi Naren sudah sangat baik. Anak itu sudah menjalakan aktivitasnya seperti biasa. Hari ini juga, si kembar akan menjalani UAS semester 1. Persiapan UAS sudah sangat matang, si kembar sempat belajar bersama walaupun mereka beda jurusan.

Jeffry kembali gila kerja, bahkan, belakangan ini Jeffry terlihat sangat kacau dan lebih banyak diam. Mereka tidak tau apa yang sedang terjadi dengan Papahnya. Setiap mereka ingin bertanya, Jeffry selalu membentak mereka dan menyuruhnya untuk tidak mengganggu.

Yeri juga sudah kembali ke apartemennya. Lebih tepatnya ia diusir secara halus oleh Jeffry. Jeffry sempat menyuruhnya untuk kembali ke apart karena renovasinya sudah selesai. Yeri tidak berhak untuk protes, ia cukup tau diri kalau abangnya bukanlah rumahnya lagi. Yeri memilih mengalah dan kembali ke apart walau sebenarnya sangat berat meninggalkan sikembar dengan Jeffry yang sedang kacau.

"Sebelum ngerjain soal, berdoa terlebih dahulu. Kerjaan soal yang paling mudah dulu, soal yang sulit kerjain paling akhir aja. Jangan nyontek! Kerjakan sendiri! Paham?" Ucap Dhika menasehati adiknya, "Dan, lo, Kal, jangan buat contekan apapun. Awas aja kalau lo sampe buat contekan lagi!" Tunjuknya kearah Haikal.

Haikal hanya mengangguk malas. Ia masih kesal dengan Dhika yang membuang semua kertas contekan yang ia buat. Padahal ia membuat contekan itu semalaman penuh. Namun, dengan teganya, Dhika merobek semua contekan yang ia buat.

"Paham, Haikal?" Tanya Dhika karena tidak mendapat jawaban dari Haikal.

Haikal mendengus sebal, "PAHAM!" Sahutnya sedikit berteriak membuat yang lain tertawa.

"Biasa aja kali, Kal. Gak usah sewot." Vano terkekeh meledek Haikal.

"Gimana gue gak sewot, contekan yang gue buat semalaman malah dirobek gitu aja sama Dhika." Sewot Haikal.

"Siapa suruh lo buat contekan? Kalau mau ujian tuh belajar, bukan buat contekan." Balas Dhika santai.

Haikal menatap Dhika malas. Kalau Dhika bukan kakaknya, sudah ia tonjok Dhika.

"Udah sana kalian berdua masuk ruangan. Titip Haikal ya, Ren. Kalau dia ketahuan nyontek bilang sama gue. Jangan lupa berdoa dulu sebelum ngerjain soal." Ucap Dhika pada Naren yang sedari memilih diam memperhatikan ketiga kakaknya yang ribut masalah contekan.

Naren mengangguk, "Siap, mas. Kalau gitu gue sama Haikal ke kelas dulu, ya."

Setelah pamit ke Dhika dan Vano, Naren langsung menyeret Haikal untuk ke kelas, karena mereka berdua satu ruangan. Sebentar lagi bel masuk, yang bearti UAS akan segera dimulai.

Mereka sudah sampai dikelas dan duduk sesuai nomor bangkunya.

Tak lama bel masuk berbunyi, UAS pun dimulai.

"Sudah dapat semua soalnya?" Tanya Bu Joya.

"Sudah, Bu." Jawab mereka.

"Silahkan kerjakan soalnya sendiri. Jangan moncentek atau tanya ke teman kalian. Kalau ada yang ketahuan mencontek, ibu akan langsung merobek kertas jawaban kalian. Paham?"

"Paham, Bu."

Mereka mulai mengerjakan soalnya. Naren terlihat sangat santai dalam mengerjakan, berbeda dengan Haikal yang nampak gelisah karena ia tidak terlalu paham dengan soalnya. Haikal sudah belajar, tetapi ia lupa dengan semua materi yang ia baca. Mau mencontek pun ia tidak berani karena Naren yang terus mengawasinya dari tempat nya duduk.

Sedangkan di kelas lain, Dhika dan Vano terlihat sangat tenang. Mereka berdua sudah belajar dari jauh-jauh hari untuk persiapan UAS. Terlebih, Dhika harus mendapatkan nilai yang sempurna agar Jeffry tidak memarahinya. Jeffry menuntutnya mendapat nilai yang sempurna agar ia bisa masuk ke salah satu universitas bergengsi di dunia sesuai dengan keinginan Jeffry.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang