32. Kecewanya Haikal

4.1K 499 43
                                    

Setelah insiden menginap di Villa berhantu. Kembar dan Yeri sudah kembali ke rumah dengan selamat. Yeri sudah lebih baik dari kemarin, namun masih sedikit takut untuk berpergian pada malam hari. Takut kejadian waktu itu terulang lagi. Naren juga sudah menjelaskan apa yang terjadi dengan Yeri dan Villa itu, tentu saja mereka semua syok mendengarnya. Mereka juga takut kalau hantu itu akan mengikuti mereka. Namun, Naren menjelaskan kalau mereka tidak mungkin ikut karena ada batasan wilayah yang tidak mudah untuk ditembus. Hal itu tentu saja membuat yang lain merasa tenang, setidaknya setan laknat tidak mengikuti mereka sampai rumah.

Masih diedisi liburan, si kembar memilih liburan di rumah saja, mereka sudah malas untuk liburan lagi. Liburan yang harusnya berjalan lancar malah harus gagal karena salah pilih Villa. Mereka tidak menyalahkan Hendra, Hendra pun tidak tau kalau akhirnya akan seperti ini. Berulang kali Hendra meminta maaf karena gara-gara ia salah pilih Villa, liburan mereka menjadi kacau.

Seperti sekarang si kembar kecuali Vano sedang rebahan di karpet ruang tengah. Bosan, itu yang menggambarkan mereka sekarang. Sedari tadi mereka hanya berguling kesana kesini, mau keluar pun malas karena cuaca diluar sangat panas.

"Vano kemana si, gue chat gak dibales ditelfon juga gak aktif, sok sibuk banget tuh bocah!" Gerutu Haikal. Haikal sedari tadi mencari keberadaan Vano namun anak itu tak kunjung ketemu. Ponsel Vano juga tidak aktif membuat Haikal semakin kesal. Vano sudah tidak ada di rumah sejak pagi, padahal cowok itu sudah berjanji akan menemaninya ke bengkel untuk service motor.

"Dia bilang mau ke tempat latihan." Sahut Naren yang sedang bermain game.

"Tumben banget lo nyariin Vano, biasanya mau tuh anak kemana juga lo gak peduli." Celetuk Dhika sembari memakan keripik.

Haikal menggeser duduknya menjadi disebelah Dhika, lalu mengambil keripik yang sedang dimakan Dhika, "Gue ada janji sama dia." Ucapnya lalu kembali mengambil keripik dan memakannya.

"Janji apa?" Tanya Naren dan Dhika bersamaan.

"Dia janji bakal nemenin gue service motor di bengkel langganan dia. Katanya kalau dia service motor disana suka dikasih diskon gede karena ganteng, makanya gue mau memanfaatkan kegantengan Vano biar dapet diskon gede."

Naren dan Dhika memutar bola matanya. Haikal memang sangat perhitungan sekali kalau sudah berhubungan dengan uang. Mau semurah apapun harganya pasti akan dibilang mahal sama Haikal. Pernah sekali Dhika dan Haikal membeli bakso ditempat langganan mereka, saat itu harga bakso naik 1k yang tadinya 12k menjadi 13k dan Haikal langsung protes ke abang tukang baksonya katanya kemahalan. Padahal itu cuma naik 1k dan Haikal sudah protes apalagi waktu itu cukup ramai membuat Dhika merasa malu dengan kelakuan Haikal yang selalu tidak tau tempat. Dan, sejak saat itu Dhika tidak mau lagi membeli sesuatu dengan Haikal.

"Demen banget cari diskonan lo, duit lo banyak buat service motor gak bakal bikin lo langsung miskin." Ucap Dhika.

"Gini lo masku tersayang." Haikal semakin merapatkan duduknya disamping Dhika dan tak lupa mengambil keripik yang tinggal sedikit itu, "Kalau bisa dapet murah kenapa harus mahal? Kan lumayan tuh lebihnya bisa buat beli jajan. Cari duit tuh susah, noh liat aja bokap lo banting tulang di kota orang mana gak balik-balik. Lupa kali ya punya rumah sama anak disini. Apa jangan-jangan bokap lo mampir ke rumah janda?"

Plak

Naren memukul bibir Haikal pelan. Iya Pelan, tetapi reaksi Haikal seperti sedang dianiaya. Lebay sekali.

"Sakit, Ren! Ntar bibir gue jadi dower kaya punya Haris gimana?" Ucapnya lalu mengusap bibirnya yang kena pukul Naren.

"Ya bagus, biar lo jadi jelek! Lagian mulut lo kalau ngomong suka aneh-aneh."

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang