64. Ending

1.1K 148 6
                                    

"Boleh tolong tinggalin Abang sebentar, Yer? Abang mau ngomong sama Jondan." Ucap Jeffry.

Yeri yang tengah mendorong kursi roda Jeffry pun mengangguk patuh. "Yeri tunggu disana ya, Bang. Yeri tetap pantau Abang dari sana." Ucap Yeri seraya menujuk pohon yang cukup rindang. Setidaknya ia tidak terkena panas kalau berlindung dibawah pohon. Kemudian, meninggalkan Jeffry didepan makam Jondan.

Ya, kalian tidak salah membaca. Jondan telah meninggal setelah berhasil mendonorkan paru-parunya untuk Vano beberapa hari yang lalu.

Operasi Vano berhasil. Anak itu sudah cukup membaik. Bahkan, ia sudah pulang ke rumah.

Jeffry mengambil bunga mawar lalu menaburkannya diatas makam Jondan. Lalu, ia berdoa untuk ketenangan Jondan.

"Saya berterima kasih kepada kamu, Jon. Berkat kamu anak saya bisa kembali sehat. Sebenarnya saya tidak sudi Anak saya mendapatkan donor paru-paru dari seorang penjahat seperti kamu. Tapi kalau bukan karena kebaikan kamu, Vano tidak akan sehat seperti sekarang."

Jeffry menarik nafasnya berulang kali. Rasanya sesak sekali melihat sahabatnya mengkhianatinya seperti ini. Ia bahkan belum sempat memaki-maki Jondan. Tetapi, pria itu sudah lebih dulu pergi ke neraka.

'Tapi sampai kapanpun saya tidak akan bisa melupakan hal yang sudah kamu lakukan kepada saya. Pengkhianatan yang kamu lakukan yang sangat fatal. Hanya karena tergiur uang kamu sampai rela mengorbankan persahabatan kita. Andai kamu ngomong dengan saya. Saya akan memberi kamu uang yang kamu butuhkan. Tapi kamu memilih berkhianat. Bodoh! Kamu benar-benar bodoh! Untuk apa kamu berkuliah di luar negeri kalau kamu bodoh seperti ini!"

Jeffry terus memaki Jondan dengan air mata yang mulai keluar dari matanya. Bahkan, Jondan memberikan salah satu matanya untuk Jeffry. Jeffry sudah bisa melihat dengan normal kembali. Semua ini karena Jondan.

"Kamu bahkan memberikan salah satu matanya kamu untuk saya. Apa ini sebuah permintaan maaf dari kamu untuk saya? Saya butuh permintaan maaf kamu secara langsung! Bukan seperti ini Jondan!"

Jeffry tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia menangis, menumpahkan semua kemerahannya kepada Jondan.

"Jondan kamu sudah saya anggap Abang saya sendiri. Kamu sudah seperti keluarga bagi saya. Saya sangat menyesali perbuatan bodoh kamu itu. Harusnya kamu hubungi saya! Meminta maaf kepada saya waktu kamu masih hidup! Kenapa kamu tidak menghubungi saya! Kamu malu bertemu dengan saya? Persetan dengan rasa malumu itu, harusnya kamu meminta maaf kepada saya!"

Jeffry mengusap air matanya. Ia tidak akan menangis lagi. Apalagi menangis untuk Jondan.

"Saya harap dialam sana kamu bisa bertemu dengan Ghina dan meminta maaf kepadanya secara langsung. Karena saya sampai kapanpun tidak akan pernah memaafkan kamu. Bukan karena kamu sudah memberikan mata dan paru-parumu, saya sudah memaafkan kamu. Kamu salah besar. Karena saya tidak akan pernah memaafkan kamu! Saya pamit dan jangan sekalipun kamu berani datang kemimpi saya!"

Jeffry mulai mendorong kursi rodanya menjauh dari makam Jondan. Yeri yang melihat Jeffry tampak kesulitan langsung datang menghampirinya dan membantu Jeffry mendorong kursi rodanya.

"Sudah lega, Bang?" Tanya Yeri.

Yeri tidak tau apa saja yang Jeffry katakan untuk Jondan. Karena posisinya cukup jauh sehingga ia tidak bisa mendengar apa yang Jeffry ucapkan. Ia hanya bisa melihat Jeffry yang tampak menangis.

"Sedikit. Lebih lega kalau Abang bisa maki-maki dia secara langsung." Ucapnya.

Yeri hanya tersenyum. Sangat wajar kalau Jeffry begitu marah kepada Jondan. Perbuatan Jondan benar-benar jahat. Tapi walau begitu, Jondan sudah baik mau mendonorkan mata dan paru-parunya dan mempertaruhkan nyatanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang