55. Lets go to Bandung

1.7K 154 1
                                    

Pagi ini Yeri ada bimbingan dengan Pak Anton selaku dosen pembimbingnya. Mungkin tinggal beberapa kali bimbingan lagi, Yeri bisa ikut sidang. Ia berjalan sembari bersenandung kecil. Moodnya pagi ini cukup bagus. Tetapi itu hanya sesaat saja. Tiba-tiba moodnya menjadi sangat buruk begitu ia melihat dari kejauhan Mahen keluar dari ruangan Pak Anton dan cowok itu melihat dirinya yang tengah berjalan kearah ke ruangan Pak Anton.

"Hai, Yeri. Kita ketemu lagi." Sapa Mahen dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Mahen terlihat cukup ramah sekali menyapa dirinya. Tetapi tidak dengan Yeri.

Yeri menatap Mahen dengan sinis. Ia menjadi cukup sebal karena ia harus bertemu dengan Mahen, cowok menyebalkan yang selalu membuat moodnya rusak setiap kali bertemu. Dari sekian banyaknya ruangan di kampus ini, kenapa ia harus bertemu kembali dengan dia disini. Dunia benar-benar sangat sempit sekali. Berkali-kali Yeri mengerutu dalam hatinya.

"Kenapa sih gue harus ketemu sama lo lagi? Lo juga! Kenapa lo ada dimana-mana! Udah kaya setan aja lo!" Kesal Yeri. Entah kenapa ia menjadi sering bertemu dengan Mahen. Ia benar-benar tidak suka ketika ia harus bertemu dengan cowok menyebalkan itu.

Melihat Yeri yang sedang kesal membuat Mahen terkekeh pelan. Yeri sangat lucu ketika sedang kesal. Sebenernya ia pun tidak tau kenapa ia jadi sering bertemu Yeri. Padahal sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan Yeri.

"Jodoh mungkin." Sahut Mahen dengan santainya.

Yeri menggelengkan kepalanya beberapa kali, "Amit-amit banget gue jodoh sama lo!"

Lagi-lagi Mahen hanya terkekeh. Entah kenapa ia suka sekali membuat Yeri Kesal seperti sekarang. Apa mungkin ia menyukai Yeri? Suka pada pandangan pertama mungkin? Sejak pertama mereka bertemu dulu, Mahen merasa kalau ia harus lebih dekat dengan perempuan itu.

"Gak usah ketawa lo! Ketawa lo jelek!" Ucap Yeri dengan tatapan sinisnya. Mahen benar-benar menyebalkan.

"Gue ganteng gini dibilang jelek." Gumam Mahen yang masih bisa didengar oleh Yeri. Yeri memilih diam, ia enggan berdebat dengan Mahen.

"Btw, Lo mau bimbingan ya?" Tanya Mahen.

"Menurut lo?" Sewot Yeri.

"Santai aja dong mbak, kan gue cuma nanya."

"Gak penting pertanyaan lo! Minggir gue mau masuk!" Yeri mendorong tubuh besar Mahen yang menghalangi jalannya. Namun, Mahen menahan tangan Yeri dan membawanya pergi dari ruangan dosen.

"Lo apa-apaan si?! Gue mau bimbingan! Gue udah ada janji sama Pak Anton!" Ucap Yeri dengan cukup kesal. Ia mau bimbingan dan sudah ada janji dengan Pak Anton tapi harus diganggu Oleh Mahen.

"Pak Anton lagi ada rapat dan kayanya untuk hari ini dan 3 hari kedepan Pak Anton gak bisa bimbingan dulu. Karena beliau mau ke luar kota." Ucap Mahen membuat Yeri tampak kebingungan. Darimana Mahen tau hal itu? Apa mungkin Mahen sedang berbohong kepadanya? Yeri berpikir kalau sekarang Mahen sedang mengerjai dirinya.

"Jangan ngarang deh lo! Minggir gue mau bimbingan! Gue udah ada janji sama Pak Anton!" Yeri kembali mendorong tubuh Mahen agar menjauh dari hadapannya. Namun, lagi-lagi Mahen berhasil menahan dirinya. Tenaganya kalah telak dengan tenaga Mahen yang cukup kuat.

"Dibilang Om gue lagi ada rapat juga, gak percaya banget lo! Sana kalau lo gak percaya lo bisa liat sendiri. Paling lo ntar diusir." Celetuk Mahen yang kini ikut merasa sebal karena Yeri yang keras kepala.

Yeri terdiam sejenak. Ia tidak salah dengar kan kalau tadi Mahen memanggil Pak Anton itu Om. Tidak mungkin kalau Mahen adalah saudara Pak Anton, "Om?" Tanyanya untuk memastikan ada hubungan apa antara Mahen dengan Pak Anton.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang