47. Kalah?

2.8K 363 25
                                    

Dorr

Suara tembakan sangat mengema diseluruh ruangan ini. Bahkan, Rumi pun mendengar suara pistol yang ditembakan itu. Naren perlahan membuka matanya. Ia tidak merasa sakit sedikitpun. Ketika, ia membuka matanya. Betapa terkejutnya ia kala ada seseorang yang terduduk di depannya dengan perut yang mengeluarkan darah. Orang itu adalah pria yang sedari tadi berdiri di dekatnya, Jondan.

Ya, Peluru itu tidak mengenai Naren, melainkan mengenai Jondan.

"Om Jondan?" Panggil Naren membuat Jondan menoleh kearahnya.

Jondan tersenyum melihat Naren, senyum yang sangat teduh.

"Maafkan saya Naren, saya minta maaf."

Belum sempat Naren bertanya. Surya lebih dulu berteriak.

"Sialan kamu, Jondan! Kamu mengkhianati saya! Saya akan bunuh kamu!"

Surya kembali mengarahkan pistol itu tepat kearah Jondan. Jondan sudah tau akhir dari hidupnya. Sebelum itu terjadi, ia harus berbicara terlebih dahulu kepada Naren. Sebelum semuanya terlambat. Dan, ia akan merasa menyesal.

"Naren? Tolong sampaikan maaf saya untuk Jeffry." Dengan tangan yang bergetar, Jondan mengambil sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Naren, "Dan tolong berikan ini kepada Jeffry, ya?"

Naren cukup bingung melihat situasi sekarang. Ia tidak tau kenapa Om Jondan tiba-tiba menyelamatkannya. Bukannya Om Jondan bekerja sama dengan tante Ghita untuk membunuhnya. Tetapi, kenapa sekarang malah Om Jondan yang mengorbankan nyawanya untuk dirinya.

Naren menerima amplop tersebut. Ternyata, Om Jondan memberikannya sebuah amplop. Naren tidak tau isi dari amplop itu. Banyak pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan kepada Om Jondan. Tetapi, ia tidak mungkin bertanya. Yang paling penting sekarang, bagaimana cara menyelamatkan Om Jondan.

Dorrr

Ternyata ia terlambat. Ia terlambat menyelamatkan Om Jondan. Jondan tergeletak dengan kepala yang penuh darah. Surya menembak tepat di kepala Jondan. Ia menyaksikan Om Jondan meninggal dengan matanya sendiri. Bahkan, ia melihat roh Om Jondan yang keluar dari badannya dan menghilang. Sebelum menghilang, Om Jondan sempat tersenyum kepadanya.

Tanpa sadar air mata Naren menetes begitu saja. Ia sungguh sakit melihat Om Jondan yang meninggal karena dirinya.

"Sialan! Kenapa anda membunuh Om Jondan!" Teriak Naren.

Surya berjalan mendekat kearah Naren. Sesampainya di depan Naren, Surya menampar wajah Naren yang sudah penuh dengan luka.

"Karena dia pengkhianat! Saya tidak suka pengkhianat! Harusnya kamu yang mati! Karena dia, usaha saya sia-sia!"

Naren menatap Surya penuh emosi. Ia sangat membenci pria yang ada didepannya ini. Pria itu sudah membunuh Rahayu dan juga Om Jondan.

"Ayo bunuh saya! Itu yang anda mau kan?! Cepat bunuh saya, brengsek!" Teriak Naren tepat di wajah Surya.

Surya kembali memukul wajah Naren. Tidak hanya wajah, Surya juga memukul seluruh badan Naren. Naren batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Saya akan bunuh kamu sekarang juga! Dasar anak sialan!"

"Cepat bunuh saya! Saya tidak takut dengan anda!" Balas Naren.

Surya kembali mengarahkan pistol ke kepala Naren. Naren memejamkan matanya. Ia sungguh merasa takut sekarang. Bahkan, sangat takut.

Ditengah ketakutannya. Ia mendengar suara yang sangat familiar, Suara Rara. Rara telah kembali dan mungkin masih ada harapan untuk ia hidup.

"Kak Na, jangan takut. Om polisi sudah ada diluar. Kak Na tolong bertahan ya. Rara gak mau kehilangan Kak Na!" Ucap Rara membuat Naren membuka matanya dan tersenyum.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang