2. Ribut

6.3K 813 37
                                    

Malam ini dan seminggu kedepan si kembar bisa bebas untuk berkumpul bersama tanpa harus takut dengan sang Papah. Seperti saat ini, mereka semua sedang bekumpul diruang keluarga dengan pikiran masing-masing.

Dhika dan Vano dengan pikiran yang sama apakah dia akan memberitahukan niat Bu Sumi ke Naren atau tidak. Kalau Haikal sedang bingung memikirkan bagaimana cara agar Naren bisa terbuka dengannya. Sedangkan Naren sedang menunggu sang Kakak untuk bercerita kepadanya. Rahayu bilang kalau mereka ingin berbicara dengannya namun mereka ragu untuk menyampaikannya. Rahayu memang bisa membaca pikiran orang-orang. Makanya, ia selalu tau apa yang sedang ketiga kakaknya pikirkan. Walaupun kadang Rahayu tidak pernah memberitahu detailnya, setidaknya ia tau kalau ada sesuatu yang sedang menganggu pikiran ketiga kakaknya itu.

"Ngomong aja kali. Gak usah ragu kalau ada yang mau kalian omongin." ucap Naren tiba-tiba membuat mereka mengerutkan kan alis bingung.

"Lo ngomong sama kita Ren?" Tanya Dhika saling melirik kearah ketiga adiknya secara bergantian.

Naren mengangguk. Sudah jelas hanya ada mereka berempat yang ada disana. Tidak mungkin ia mengajak bicara hantu yang ada disekitarnya.

"Darimana lo tau kalau kita pengin ngomong sesuatu sama lo?" Kini giliran Vano yang bertanya. Anak itu merasa bingung darimana sang adik tau masalah yang sedang menganggu pikirannya. Apa mungkin kini, sang adik bisa membaca pikiran juga?

"Dari muka kalian." Sahutnya singkat.

Haikal menatap takut sang adik, "Selain jadi indigo lo juga bisa baca pikiran orang juga, Ren?"

Ternyata bukan hanya Vano yang berpikir seperti itu. Ternyata Haikal juga punya pikiran yang sama dengannya.

Naren menggelengkan kepalanya, "Nggak."

"Terus darimana lo tau?" Tanya haikal lagi berusaha memastikan kalau benar Naren tidak bisa membaca pikiran mereka.

"Mba Ayu." balasnya singkat.

Mereka bertiga tidak terkejut mendengar Naren menyebutkan nama Mba Ayu, karena mereka memang sudah tau siapa itu Rahayu, karena dari dulu Naren selalu cerita tentang Rahayu jadi mereka sudah tidak terkejut lagi dengan itu. Mereka juga tau kalau Rahayu lah yang menjaga Naren dari gangguan mahluk lainnya yang ingin berkomunikasi atau meminta bantuan kepada Naren.

"Emang ada dimana dia?" Tanya Dhika yang sedikit penasaran dimana keberadaan Rahayu.

"Sebelah Mas Haikal." balas Naren dengan santainya.

Berbeda dengan Haikal yang sedikit merinding, pantas saja dia sedari tadi merasa dingin disekitar lehernya ternyata ada Rahayu disampingnya. Dia tidak takut hanya saja dia merasa hawa di sekitarnya tidak enak.

"Pantes gue daritadi merinding." celetuk Haikal membuat yang lain terkekeh pelan.

"Kamu lucu haikal hihiiii" Ucap Rahayu yang tentu saja hanya bisa didengar oleh Naren.

Naren membiarkan itu karena Rahayu memang sedikit jail apalagi dengan Haikal, buktinya sekarang Rahayu sedang meniup tengkuk leher Haikal membuat cowok itu merasa dingin di area lehernya.

Tak hanya haikal yang sering dijahili oleh Rahayu. Dhika dan Vano juga sering kena keusilan Rahayu seperti Dhika saat dia sedang belajar sampai larut malam Rahayu akan memainkan lampu belajar Dhika dengan membuat lampu itu berkedip kedip. Lalu Vano saat berolahraga pasti ada saja alat olahraganya yang berpindah, sudah pasti itu ulah Rahayu. Tapi bukan tanpa alasan Rahayu melakukan itu semua. Rahayu melakukan itu karena ia merasa apa yang dilakukan Dhika dan Vano sudah cukup berlebihan, jadi ia berusaha menganggu keduanya agar mereka bisa berhenti dan beristirahat.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang