"Jadi Vano beneran bisa dioperasi hari ini, Dok?" Tanya Yeri.
Kini Yeri tengah berada di ruangan Dokter yang menangani Vano. Yeri ingin memastikan kalau Vano benar-benar bisa di operasi hari ini. Yeri sendiri, ia tidak ditemani oleh siapapun. Ketiga keponakannya sedang berada di ruangan Jeffry. Pria itu sudah siuman 2 jam yang lalu. Dan Mahen, cowok itu sedang menjemput orang tuanya di Bandara.
"Sangat bisa. Keadaan Vano sudah cukup stabil dan Keadaan sang pendonor juga cukup baik. Sehingga hari ini kita bisa melakukan operasi" Jelas sang Dokter.
Yeri benar-benar bisa bernafas lega. Satu persatu masalah mulai menemukan jalannya. Jeffry yang sudah sadar dan Vano yang sudah mendapatkan pendonornya.
"Syukur lah kalau semuanya aman, Dok. Tapi apa saya boleh bertemu dengan pendonornya Dok?" Tanya Yeri sedikit penasaran siapa orang baik yang sudah bersedia mendonorkan Paru-parunya kepada Vano.
"Mohon maaf kalau itu saya tidak bisa pertemukan anda dengan sang pendonor. Karena ini permintaan sang pendonor sendiri yang ingin merahasiakannya."
Yeri terdiam sejenak. Siapa sebenarnya pendonor itu. Kenapa ia cukup misterius. Yeri tiba-tiba teringat dengan Kak Ghita yang datang menghampirinya dan menitipkan sebuah amplop kepadanya.
"Gak mungkin kak Ghita kan? Apa amplop yang dia kasih itu surat wasiat?" Gumamnya dalam hati.
"Dok, apa mungkin pendonor itu seorang wanita?" Ucapnya dengan pelan.
Yeri berharap kalau itu bukan Ghita. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Haikal kalau ia tau Ibunya lah yang sudah mendonorkan Paru-parunya untuk Vano. Ia tau Ghita sangatlah jahat. Tapi, ia tidak bisa melihat Haikal kehilangan Ibunya. Mereka baru saja berbaikan, mereka baru saja bisa menerima takdir dengan ikhlas. Ia tidak bisa melihat Haikal hancur kembali.
"Bukan. Dia seorang pria."
"Pria, Dok?"
Ada perasaan lega dalam hati Yeri. Kalau bukan Ghita, lantas siapa pria yang mendonorkan paru-parunya?
"Iya betul, dia seorang pria yang sudah cukup lama jadi pasien disini. Dia sengaja mendonorkan Paru-parunya untuk Vano karena dia sudah tidak punya semangat untuk hidup. Selama ini ia hidup penuh dengan penyesalan."
Penjelasan Dokter semakin membuat Yeri penasaran dengan sosok pria itu.
"Dok apa orang itu kenal keluarga saya?"
Dokter itu diam sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepalanya, "Iya. Dia cukup kenal dengan kalian."
🌼🌼🌼
"Papah jangan sedih ya. Papah bukan beban. Papah jangan ngomong seperti itu lagi. Kata Dokter Papah bisa berjalan lagi kok." Ucap Dhika dengan lembut.
Sejak siuman, Jeffry belum bisa menerima keadaannya yang skarang. Ia buta dan lumpuh. Memang hanya satu matanya saja yang buta dan kakinya yang lumpuh. Tetapi, Jeffry merasa kalau sekarang ia sangat tidak berguna. Kenapa ia tidak mati saja, kalau ia mati. Ia tidak akan menjadi beban untuk anak-anaknya dan paru-parunya mungkin bisa digunakan Vano.
"Tapi Papah sekarang gak bisa apa-apa, Mas. Papah gak bisa jaga kalian dengan keadaan Papah yang seperti ini." Ucap Jeffry dengan putus asa.
Jeffry benar-benar tidak bisa menerimanya. Kalau keadaannya lemah seperti ini, siapa yang akan menjaga anak-anaknya? Ia memang hidup, tapi hidupnya akan cukup merepotkan.
"Ada kita, Pah. Kita yang akan menjaga Papah. Dan kita juga bisa saling menjaga satu sama lain. Papah tidak perlu khawatir." Ucap Naren.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBAR ARKANA (End)
Novela JuvenilIni kisah empat kembar Arkana yang mempunyai luka dan cerita masing-masing Walau begitu mereka berempat tetap menyayangi satu sama lain. . . . . Start = 14 Juni 2021 Finish = Rank🏆 #1 Jaemin (03 Oktober 2021) #2 Fiksiremaja (01 November 2021) ...