19. Koma atau terjebak?

5.3K 541 24
                                    

Sudah dua hari Naren terbaring lemah dirumah sakit. Naren dinyatakan koma oleh dokter. Susah dijelaskan tentang keadaan Naren yang sebenernya, apalagi bagi mereka yang tidak paham tentang keistimewaan yang Naren punya. Namun, menurut medis, Naren dinyatakan koma.

Jeffry sempat menuntut Bu Sumi karena menyebabkan Naren koma. Disaat Jeffry sedang terbaring sakit, ia harus mendengar kabar kalau Naren tiba-tiba dinyatakan koma tanpa sebab. Dhika dan Bu Sumi sudah menjelaskan semuanya, namun, Jeffry tidak percaya dengan apa yang Bu Sumi katakan. Menurutnya tidak masuk akal kalau Naren terjebak di alam lain.

Mungkin kalau Naren tidak bangun dalam tiga hari, Jeffry benar-benar akan menuntut Bu Sumi ke pengadilan. Bu Sumi pun sedang mencari cari agar Naren cepat kembali, dan ia pun merasa sangat menyesal karena sudah membiarkan Naren melakukan astral projection. Ia akan bertanggung jawab penuh tentang Naren.

Beda lagi dengan si kembar, mereka percaya dengan penjelasan Bu Sumi mengenai Naren yang sedang melakukan astral projection. Setelah kejadian ini, mereka semua mulai mencari informasi mengenai astral projection, yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Tetapi, mereka tetap tidak paham dengan apa itu astral projection, terlalu sulit bagi mereka bertiga untuk memahaminya.

Jeffry dengan setia memandang wajah damai Naren saat tertidur. Wajah tampannya berubah menjadi pucat, terkadang wajah si bungsu itu berkeringat. Sebenarnya, mimpi apa yang sedang anaknya itu hadapi sehingga iya tidak mau bangun dari tidurnya.

Kondisi Jeffry masih belum sembuh total, ia masih harus dirawat karena kondisinya kemarin kembali drop begitu mendengar kalau anak bungsunya itu Koma.

"Bangun, nak, banyak yang menunggu kamu bangun disini." Jeffry dengan setia mengelap wajah Naren yang dipenuhi keringat.

"Sebenarnya kamu sedang bermimpi apa disana? Mimpi ketemu mamah ya, nak? Kalau iya, tolong bilang ke mamah kalau kita semua kangen banget sama mamah, dan tolong bilangin lagi buat jangan bawa kamu, ya? Kita semua belum siap untuk kehilangan kamu."

Kini Jeffry menggenggam tangan Naren yang terasa begitu dingin, "Papah kangen banget sama kamu. Papah harap kamu bisa secepatnya bangun, ketiga kakakmu sangat kacau, mereka terlihat sangat kehilangan kamu. Jadi papah mohon kamu buat bangun ya? Demi mereka."

"Capet bangun ya jagoan Papah. Kita disini kangen banget sama kamu. Kamu jangan lama-lama tidurnya ya? Kalau kamu capek, kamu boleh istirahat tapi jangan kaya gini, kita semua khawatir sekali sama kamu."

Tidak lama, Yeri datang ke ruangan Naren untuk membawa Jeffry kembali ke kamarnya. Sudah 3 jam Jeffry berada disini, dan sekarang waktunya ia kembali untuk beristirahat.

"Bang, ayo balik ke kamar. Abang udah lama loh disini." Ucap Yeri yang kini berjalan menghampiri Jeffry dan Naren.

Jeffry menggeleng pelan dengan tetap menggenggam tangan Naren, "Abang mau disini aja, Ri."

"Abang harus balik ke kamar, abang juga butuh istirahat. Biar nanti Yeri yang jaga Naren."

Jeffry tetap diam membuat Yeri gemas sendiri, ingin rasanya ia menojok wajah sang abang.

Yeri memegang bahu Jeffry, "Yeri tau abang khawatir banget sama Naren. Tapi, abang juga harus pikirin kesehatan abang. Abang masih butuh istirahat biar kondisi abang cepat stabil, jadi Yeri mohon sama abang, ayo balik ke kamar, bang."

"Abang cuma mau tungguin Naren, Ri. Nanti kalau dia bangun terus gak ada siapa-siapa gimana? Dia pasti sedih."

Yeri mengehala nafasnya pelan, "Ada Yeri bang, Yeri bakal jagain Naren. Sebentar lagi juga si kembar pulang sekolah, jadi Naren gak akan kesepian disini."

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang