24. Semakin Rumit

3.4K 505 51
                                    

Aku harap kalian bisa bijak dalam membaca part ini.

Jangan tiru adegan dibawah ini! Gak boleh ditiru pokoknya! DOSA!

Happy Reading!

🌻🌻🌻

UAS sudah usai, yang artinya si kembar sudah mendapatkan kebebasannya kembali. Hubungan Haikal dengan sikembar juga sudah membaik. Tetapi tidak dengan Jeffry, Haikal terus saja menghindari Jeffry sejak kejadian itu. Dihari sabtu yang cerah ini, Haikal sedang berada di kamar Naren. Dhika dan Vano tidak ikut karena mereka sedang keluar.

Sedari tadi, yang dilakukan Haikal hanya berguling guling dikasur Naren. Ia bimbang untuk memberikan foto Rahayu. Haikal memang belum memberi tahu Naren tentang foto itu, lebih tepatnya ia tidak mau membuat Naren tidak fokus dengan UASnya kalau ia memberi tahunya waktu itu.

Mungkin saat ini waktu yang tepat untuk memberitahunya. Haikal mengambil sebuah foto dari saku jaketnya lalu memberikannya kepada Naren yang sedang duduk si sisi ranjang, "Ini foto Rahayu kan, Ren?"

Naren menerima foto itu lalu melihatnya. Ia bisa melihat kalau foto ini foto yang sudah sangat lama mungkin saat era 90an, "Iya ini Rahayu. Lo dapet darimana foto ini?" Naren tidak heran kenapa Haikal tau wajah Rahayu, karena anak itu pernah melihatnya dilukisan yang ia gambar dulu. Hanya Haikal yang tau wajah Rahayu seperti apa, kedua kakaknya yang lain sama sekali tidak tau.

"Itu punya Rumi, gue lihat foto ini jatuh dari saku Rumi waktu dia mau ngambil hp pas balik dari jenguk lo."

Naren mengernyit kan dahinya, kenapa Rumi mempunyai foto Rahayu dan siapa pria disamping Rahayu? Apakah ini ada hubungannya dengan Rumi?

"Cowok itu namanya Surya, dia pengusaha sekaligus dosen di kampus Tante Yeri. Gue tau itu dari tante Yeri, waktu gue nginep disana."

Deggg

Surya? Bukannya dia orang yang telah membunuh Rahayu, dan apa hubungannya Surya dengan Rumi? Kenapa dunia se sempit ini. Ia harus bertanya langsung kepada Rumi.

"Lo siap-siap, sekarang kita ke rumah Rumi." Perintah Naren yang terkesan dingin. Haikal yang bingung dengan Naren pun hanya bisa menurut.

Mereka pergi ke rumah Rumi mengunakan motor. Tentu saja Haikal yang mengendarai, ia tidak membiarkan Naren mengendarai motor disaat emosi anak itu sedang tidak stabil.

25 menit berlalu, mereka sudah sampai di depan rumah Rumi. Mereka langsung memencet bel dan mengetuk pintu berharap akan ada seseorang yang membukakan pintu.

Sudah 5 menit mereka berdiri disini, namun, tidak ada yang membuka pintu.

"Lo yakin ini rumahnya, Rumi?" Tanya Haikal sembari melihat-lihat rumah Rumi yang terlihat sangat sepi seperti tidak ada kehidupan didalamnya. Rumah dua lantai ini telihat sangat megah namun banyak tanaman yang mati karena tidak terurus.

Naren mengangguk, "Gue pernah nganterin dia pulang waktu itu dan ini rumahnya."

"Kalian berdua ngapain dirumah gue?"

Haikal dan Naren cukup terkejut karena kedatangan Rumi yang tiba-tiba datang sembari menepuk bahu mereka.

"Ngagetin aja lo, mak lampir." Celetuk Haikal kesal.

"Kalian ngapain ke rumah gue?" Tanyanya karena tidak mendapat jawaban dari kedua cowok didepannya.

"Lo kenal dia?" Tanya Naren to the point sembari menyerahkan foto Rahayu dan Surya. Naren tidak suka basa basi, ia harus segera menyelesaikan ini semua.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang