27. Menyesal (2)

4K 575 224
                                    

Sesusai si kembar membaca chat dari Jeffry, mereka bergegas datang ke alamat yang Jeffry berikan. Untungnya sekolah mereka pulang lebih awal, jadi mereka bisa langsung datang kesini. Ya, si kembar sudah sampai di halaman Rumah Sakit Jiwa Harapan Kasih. Mereka tampak tidak yakin dengan tempat ini. Sebenarnya apa yang Dhika dan Papah lakukan ditempat menyeramkan ini?

"Perasaan gue gak enak deh." Ucap Haikal yang diangguki oleh Naren dan Vano. Perasaan mereka menjadi tidak tenang begitu Jeffry mengatakan RSJ Harapan Kasih. Mereka tau tempat apa ini, tetapi mereka tidak pernah berfikir kalau Dhika dan Papah ada disini.

Vano menghentikan langkahnya membuat Kedua adiknya ikut berhenti. Dikoridor mereka melihat banyak sekali orang dengan gangguan mental. Tak hanya orang tua anak muda seusia mereka pun ada disini.

"Gak mungkin kan apa yang gue pikirin bener?" Tanyanya kepada Naren dan Haikal.

"Kayanya apa yang kita pikirin sama deh." Balas Naren pelan sembari melihat koridor.

"Emangnya kalian mikir apa?" Tanya Haikal dengan polosnya.

"Mending lo diem aja deh, Kal." Sinis Vano.

Mereka kembali melanjutkan langkahnya untuk mencari kamar Anggrek no 3. Jeffry bilang mereka harus datang ke kamar tersebut. Ditengah perjalanan mereka dikejutkan oleh seorang wanita yang menggunakan baju RSJ berlari kearah mereka dengan wajah yang sangat bahagia.

"Anakku akhirnya kamu datang juga anakku. Ibu udah lama nunggu kamu disini hihiihii." Ucap wanita itu sembari memeluk Haikal.

"Maaf bu, Ibu salah orang. Saya bukan anak Ibu." Ucap Haikal sopan lalu melepaskan pelukan wanita tersebut.

Wanita itu terus menganggap kalau Haikal adalah anaknya. Sampai seorang suster datang menghampiri mereka untuk membawa wanita itu ke kamarnya.

"Maaf ya dek. Ibu ini baru saja kehilangan anaknya, dia masih belum mengikhlaskan anaknya yang sudah meninggal. Jadi siapapun yang dia lihat pasti akan dia bilang anaknya. Sekali lagi saya minta maaf ya." Ucap suster itu.

"Gak papa sus saya memaklumi ibu itu. Oh iya saya mau tanya, kamar Anggrek nomor 3 ada dimana ya Sus?" Tanya Haikal.

"Kalian lurus aja nanti belok kanan nah disitu kamar Anggrek. Kalian tinggal urutin aja nomornya. Kalau gitu saya permisi ya."

Si kembar mengangguk. Kemudian mereka kembali berjalan mencari kamar Anggrek seperti apa yang suster itu bilang.

Tak lama mereka melihat Jeffry yang sedang berdiri didepan kamar yang mereka yakini itu kamar yang sedang mereka cari. Mereka langsung menghampiri Jeffry.

"Pah........" panggil si kembar membuat Jeffry yang sedang melamun sedikit terkejut.

"Kalian udah sampai?" Tanya Jeffry dengan bodohnya.

"Dhika mana, Pah?" Tanya Vano.

"Dhika." Jeffry menghela nafasnya sebentar, rasanya sesak sekali untuk memberitahu si kembar tentang keadaaan Dhika yang tidak dibilang baik-baik saja, "Dhika ada di dalam."

"Maksud Papah apa?" Tanya Naren.

"Dhika mengalami depresi, kemarin dia sempat melakukan tindakan bunuh diri dengan menyayat nadinya-"

Bughh

Haikal memukul perut Jeffry, "Papah kan yang buat Dhika jadi kaya gini? PUAS PAPAH BIKIN DHIKA KAYA SEKARANG? PUAS?! SEMUA KARENA PAPAH?! SEMUA SALAH PAPAH!" Teriak Haikal dengan emosi yang menggebu gebu. Ketakutannya sekarang menjadi kenyataan. Ia takut akan kehilangan si kembar karena keegoisan Jeffry.

Bughh

Bughh

Bughh

Haikal semakin membabi buta Jeffry. Ia sudah tidak peduli akan dibilang durhaka atau apalah itu. Sudah lama sekali ia menahan diri untuk tidak memukul Jeffry. Namun, sekarang kesabarannya sudah habis. Ia tidak akan memaafkan sang Papah dalam waktu dekat.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang