KEMBAR ARKANA (End)

49. Kembali pulang

Hari ini, Haikal memutuskan untuk pergi bersama Yeri. Kemarin, Yeri sudah meyakinkan Haikal untuk kembali pulang. Haikal sempat menolak ajakan Yeri. Namun, bukan Yeri namanya kalau ia gagal meyakinkan Haikal. Bahkan, wanita itu sengaja menginap di apartemen Mara agar ia lebih mudah menyakinkan Haikal kalau semuanya akan baik-baik saja. Vano pun ingin ikut menginap. Tetapi, ia harus menjaga Naren dan Jeffry di rumah sakit. Vano kasihan dengan Dhika kalau sang kakak harus sendirian menjaga Naren dan Jeffry. Jadi, Vano memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Sedangkan, Mara, perempuan itu harus kembali ke Singapura begitu ia mendengar kalau Papahnya mengalami serangan jantung begitu mendengar kabar Ghita dipenjara karena telah membunuh Ghina dan menculik cucunya.

Siang ini, Yeri mengajak Haikal untuk potong rambut terlebih dahulu. Ia ingin Haikal terlihat lebih rapi daripada sekarang. Yeri sangat tidak menyukai rambut Haikal yang panjang. Anak itu seperti anak yang tidak terurus oleh keluarganya. Walaupun benar, Haikal sempat tidak terurus. Tetapi sekarang ia sudah bertemu dengan Haikal. Ia harus bisa mengubah Haikal agar anak itu menjadi keren tidak seperti sekarang. Tidak membutuhkan waktu lama, akhrinya mereka sudah sampai di barbershop. Mereka langsung masuk dan memilih model rambut yang cocok untuk Haikal.

"Mas, pokoknya saya mau rambut keponakan saya ini dipotong yang cakep. Kalau bisa potong kaya oppa-oppa korea gitu." Ucap Yeri kepada lelaki yang akan memotong rambut Haikal.

"Tante......" rengek Haikal sedikit malu dengan tingkah Yeri. Wanita itu lebih terlihat excited daripada dirinya.

Yeri menyubit pelan perut Haikal, "Diem, lo! Kali ini biar gue yang urus. Lo cukup diam dan jadi anak yang nurut!"

Haikal memilih pasrah. Percuma saja kalau ia berdebat dengan Yeri. Ia akan tetap kalah kalau berdebat dengan sang Tante.

"Mas, mas, saya mau pilih yang ini aja deh. Kayanya ini cocok sama keponakan saya." Ucap Yeri dengan cukup heboh seraya menujuk salah satu gambar model rambut. Yeri yakin sekali kalau itu akan cocok dengan Haikal.

"Pilihan yang bagus, kak. Baik adeknya bisa duduk di kursi ya. Dan, kakaknya bisa duduk ditempat tunggu, ya."

Yeri berjalan ke tempat tunggu dengan senang. Ia cukup bahagia melihat Haikal yang terlihat sangat pasrah. Selama menunggu Haikal selesai potong rambut, Yeri berjalan untuk mencari toilet. Tak lupa, ia meminta izin kepada Haikal untuk pergi ke toilet terlebih dahulu. Ketika, ia sedang mencari toilet. Ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan tengah bergandengan tangan dengan seorang perempuan.

"Jadi ini alasan kamu selalu sibuk ketika aku butuh kamu?" Ucap Yeri dengan menahan tangisnya. Ia tidak boleh terlihat lemah.

Hendra sangat terkejut begitu melihat Yeri ada didepannya, "Yeri, ini gak seperti yang kamu bayangkan." Hendra ingin meraih tangan Yeri. Namun, Yeri lebih dahulu menepis tangan Hendra.

"Dia siapa, Mas?" Tanya perempuan yang bersama Hendra.

"Gue pacarnya, Hendra. Dan, lo siapa? Kenapa lo bisa pergi bareng pacar gue?!" Ucap Yeri sedikit tegas.

Perempuan itu tertawa, "Oh, jadi kamu pacarnya Mas Hendra? Perkenalkan, saya Sekar tunangan Mas Hendra."

Yeri menatap Hendra tak percaya. Ia masih berpikir kalau ia sedang bermimpi. Ia tidak percaya kalau Hendra mengkhianatinya.

"Gue bener-bener gak habis pikir sama lo, Ndra. Lo izin sama gue kalau lo mau jadi relawan di luar kota. Tapi apa? Lo tiba-tiba udah tunangan! Pantes, selama ini lo gak pernah ada waktu buat gue! Ternyata gara-gara pelakor ini!" Tunjuk Yeri penuh amarah. Ia tidak menangis. Yeri lebih kecewa dan marah sekarang.

"Jaga ucapan kamu, mbak! Aku bukan pelakor." Bela Sekar. Ia tidak terima ketika Yeri menyebutnya sebagai pelakor.

"Lalu apa sebutan yang pantas untuk lo yang udah merebut pacar gue?!" Yeri berhasil membuat Sekar bungkam. Yeri tidak terlalu mengenal Sekar. Namun, ia sedikit tau tentang perempuan itu. Sekar teman satu fakultas Hendra, dan banyak rumor yang mengatakan kalau Sekar menyukai Hendra.