34. Fakta yang mengejutkan

3.4K 483 92
                                    

Ponsel Jeffry terus saja berbunyi membuat ia mau tidak mau harus menepikan mobilnya terlebih dahulu. Untungnya jalanan sedang sepi jadi ia bisa parkir sembarangan dipinggir jalan. Jeffry mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon. Namun, yang tertera hanya nomor asing. Diangkatlah telfon tersebut, ia ingin tau siapa yang menelponnya ditengah malam begini.

"Halo."

"Iya dengan saya sendiri. Memangnya ada keperluan apa ya, Pak?"

"Apa?! Anak saya dikantor polisi?"

Jeffry mengepalkan tangannya mendengar penjelasan dari polisi tersebut. Ya, yang menelepon Jeffry adalah seorang polisi. Polisi itu memberitahu kalau Haikal tengah berada di kantor polisi karena ditemukannya narkoba didalam jok motornya.

Jeffry tidak habis pikir dengan Haikal. Bagaimana bisa anak itu berurusan dengan narkoba. Kali ini Jeffry benar-benar kecewa dengan anak itu.

"Baik, Pak. Saya akan kesana sekarang. Terima kasih atas informasinya."

Sambungan telfon terputus. Jeffry kembali menyimpan ponselnya dengan kasar. Ia sangat marah sekarang. Tidak mau berlama lama lagi, Jeffry langsung melajukan mobilnya ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi, Jeffry lantas masuk dan mencari keberadaan Haikal untuk meminta penjelasan dari anak itu. Kemudian pandangannya tertuju pada sosok yang sedang duduk dengan raut wajah yang terlihat sangat frustasi. Jeffry menghampiri Haikal dan menarik kerah baju cowok itu.

"Buat ulah apa lagi kamu?! Belum puas buat Papah malu sama kelakuan kamu? Dan sekarang kamu jadi pengedar?!" Sentak Jeffry penuh emosi

Haikal yang kurang siap hanya bisa diam dengan perlakuan Jeffry.

"Haikal dijebak, Pah! Itu bukan punya Haikal!"

Jeffry terkekeh pelan, "Bukan punya kamu? Itu jelas-jelas ada dimotor kamu! Kurang jelas apalagi!"

Beberapa polisi datang untuk memisahkan Jeffry dan Haikal.

"Bapak harap tenang, sekarang Bapak berada di kantor polisi. Jangan buat keributan!"

Jeffry menghela nafasnya dengan kasar.

Haikal dapat melihat dengan jelas kekecewaan yang terpancar dimata Jeffry. Tapi ini bukan salahnya, ia dijebak. Ingin sekali ia membela dirinya sendiri. Namun, tidak ada bukti yang ia punya.

"Tolong percaya sama Haikal, Pah! Itu bukan punya Haikal!"

"Kamu gak capek buat Papah malu terus? Setiap bulan Papah selalu kasih kamu uang, apa itu masih kurang sampai kamu jadi pengedar?!"

Haikal mengeram frustasi, kenapa tidak ada yang percaya kepadanya? Ia sudah mengatakan yang sebenarnya pada polisi tetapi mereka tidak ada yang percaya satu pun. Bahkan Papahnya juga tidak mempercayai dirinya.

"Dari dulu kamu selalu buat ulah! Kamu bikin Saya malu karena kelakuan kamu! Masih kurang kamu buat saya malu? Masih kurang?!"

"Pah....."

"Saya menyesal telah merawat kamu! Saya menyesal telah mengadopsi kamu!"

Deg

Jantung Haikal seperti berhenti berdetak sekarang. Ada apa ini, kenapa sang Papah mengatakan hal seperti itu?

"M-maksud Papah ngomong kaya gitu apa?" Tanyanya dengan sedikit terbata.

Mata Haikal sudah berkaca-kaca. Jantungnya berpacu jauh lebih cepat dari sebelumya. Cowok itu merasa takut sekarang. Ia takut mendengar fakta yang sebenarnya.

"Kamu bukan anak kandung saya! Kamu juga bukan saudara kembar anak-anak saya! Kamu hanya anak yang saya dan istri saya pungut! Kalau bukan karena Ghina yang memaksa untuk mengadopsi kamu, saya tidak mungkin mau mengadopsi kamu!"

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang