Hari sudah berganti menjadi senin, dimana orang yang tadinya libur kembali melakukan aktifitasnya. Selama itu pula sikembar tidak tau dimana Dhika dan Jeffry berada. Mereka sudah mencoba menghubungi ponsel Dhika dan Jeffry namun tidak diangkat juga, membuat mereka menjadi sangat khawatir tentang keberadaan Kakak dan sang Ayah.
Disinilah mereka berada, di kantin. Hari ini dan beberapa hari kedepan sampai pengambilan raport mereka free class. Sebenarnya sekolah mereka mengadakan acara seperti lomba-lomba dan bazar. Namun, si kembar tidak tertarik mengikutinya.
"Dhika bilang sama lo gak dia pergi kemana waktu itu?" Tanya Haikal ke Vano.
"Dia cuma bilang mau keluar. Gak bilang mau kemana." Balasnya.
Haikal mengacak rambutnya frustrasi. Tidak seperti biasanya Dhika seperti ini. Kemana sebenarnya perginya anak itu.
"Lo tau sesuatu, Ren?" Tanya Haikal yang dibalas gelengan oleh Naren.
Belakangan ini Naren hanya fokus kepada kasus Rahayu. Rahayu yang biasanya selalu bersamanya pun akhir-akhir ini lebih suka menghilang. Dan Rara, hantu anak kecil itu pun entah pergi kemana. Naren benar-benar sendirian sekarang, tidak ada yang sosok yang menjaganya. Sejak kemarin juga banyak sekali hantu yang ingin mendekatinya. Namun, Naren masih bisa mengendalikan dirinya.
Omong-omong tentang Rahayu, tulang Rahayu yang kemarin ditemukan sudah berada di rumah sakit untuk dilakukan tes. Dan Pak Didit juga akan mulai menginterogasi Surya, orang yang kemungkinan besar adalah pembunuh Rahayu.
"Lo beneran gak tau, Ren?" Tanya Haikal mencoba memastikan kembali.
Biasanya sang adik akan tau segalanya. Bahkan saat dirinya kabur ke basecamp pun Naren tau ia disana. Jadi tidak menutup kemungkian kalau Naren tau Dhika ada dimana.
"Gue gak tau Dhika ada dimana. Dan perlu kalian ingat gak semua hal gue bisa tau. Gue cuma manusia biasa sama kaya kalian. Bukan berarti dengan gue punya keistimewaan bisa membuat gue bisa tau banyak hal yang gak orang lain tau." Balasnya membuat Haikal dan Vano terdiam. Mereka memilih diam daripada memancing amarah Naren. Marahnya orang pendiam akan sangat mengerikan.
"Sorry." Lirih mereka.
Naren hanya berdehem sebagai balasnya. Ia sedikit sensitif akhir-akhir ini.
"Apa ini ada hubungannya sama tante Mara?" Gumam Vano namun masih bisa didengar oleh Naren dan Haikal.
"Maksud lo?" Tanya Haikal tak suka saat membahas wanita yang sangat tidak ia sukai, "Ngapain lo sebut-sebut nama nenek lampir." Lanjutnya dengan menunjukkan kekesalannya.
"Gue belum bilang sama kalian ya?" Tanya Vano yang dibalas geleng oleh Naren dan Haikal.
Vano menghela nafasnya, ternyata dirinya lupa memberitahu adiknya kalau Tante Mara sekarang ada di rumah. Mungkin karena ia terlalu takut dengan sang Tante jadi dirinya lupa memberitahu kepada yang lain.
"Tante Mara sekarang ada di rumah."
"APAA?!" Teriak Haikal yang sangat terkejut, "Lo serius nenek lampir ada di rumah? Gak halu kan? Gimana bisa tuh nenek lampir bisa ada disini si, mmpph"
Naren menyumpal mulut Haikal dengan sesendok penuh siomay. Kepalanya pusing mendengar ocehan Haikal.
"Sejak kapan tante ada di rumah?" Tanya Naren.
Haikal menatap Naren dengan tajam, "Sialan lo, Ren!"
Naren menaruh jari telunjuknya ke mulut Haikal, "Diem, mulut lo bau."
Haikal hanya bisa bersabar saja, adiknya itu sedang dalam mode senggol bacok. Daripada ia kena amukan lebih baik dia diam saja.
Vano hanya menggeleng melihat itu, Haikal dan Naren bisa sangat akur, tetapi di lain waktu mereka berdua juga bisa ribut dan berakhir Haikal yang mengalah. Karena Haikal juga takut kalau Naren sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBAR ARKANA (End)
أدب المراهقينIni kisah empat kembar Arkana yang mempunyai luka dan cerita masing-masing Walau begitu mereka berempat tetap menyayangi satu sama lain. . . . . Start = 14 Juni 2021 Finish = Rank🏆 #1 Jaemin (03 Oktober 2021) #2 Fiksiremaja (01 November 2021) ...