53. Sidang putusan

2.1K 201 7
                                    

Hari ini Jeffry dan Yeri menghadiri sidang putusan kasus Ghita dan Surya. Bahkan Mara dan kedua orangtua nya turut hadir dalam sidang putusan ini. Jeffry dan Yeri kini duduk bersama dengan orang tua dari mending istrinya.

"Maafkan anak Ayah ya, nak. Ayah benar-benar merasa gagal dalam mendidik Ghita. Ayah kira semua kasih sayang yang sudah Ayah berikan kepada anak-anak Ayah sudah cukup adil. Ternyata, Ayah salah. Buktinya karena iri Ghita sampai dengan tega membunuh adiknya. Membunuh istri dan ibu dari cucu Ayah."

Pria tua itu hampir saja bersujud dihadapan Jeffry kalau saja ia tidak segera menghentikannya. Mana mungkin ia membiarkan Ayah mertuanya bersujud kepadanya. Ayah mertuanya sudah ia anggap seperti Ayah kandungnya sendiri. Ia tidak akan tega membiarkan beliau bersujud kepadanya.

"Ayah tidak perlu melakukan itu. Ini bukan kesalahan Ayah. Jadi, Ayah tidak perlu meminta maaf kepada Jeffry." Ucap Jeffry seraya mengajak Ayah mertuanya untuk berdiri.

Ayah menggelengkan kepalanya, "Tidak, nak. Ini kesalahan Ayah yang tidak bisa mendidik Ghita dengan baik. Sehingga ia tumbuh menjadi seperti sekarang." Jeffry dapat melihat raut wajah sang Ayah mertuanya yang begitu sedih.

Jeffry mengajak Ayah mertuanya untuk duduk dikursi, "Ayah, Jeffry sudah ikhlas dengan kepergian Ghina. Ayah juga tidak perlu meminta maaf dengan Jeffry. Jeffry tidak marah atau membenci Ayah.
Tapi, Jeffry tidak akan ikhlas kalau Ghita tidak dihukum. Jeffry mau minta izin sama Ayah. Saya akan tetap melanjutkan hukuman Ghita dan saya tidak akan pernah mencabut tuntutan saya untuk Ghita. Saya tidak ikhlas kalau Ghita bisa bebas setelah apa yang ia lakukan kepada istri saya. Saya benar-benar tidak ikhlas kalau Ghita bebas begitu saja, Yah."

Jeffry benar-benar tidak bisa ikhlas setelah apa yang Ghita lakukan kepada Ghina. Ia akan berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Ghina setelah ia memastikan Ghita mendapatkan hukuman yang setimpal. Ia juga tidak akan mencabut tuntutannya. Hanya ini yang ia bisa lakukan untuk Ghina. Walau Ghina sudah tenang diatas sana. Tapi, keadilan harus tetap ditegakkan.

"Lakukan, nak. Ayah ikhlas. Ayah sangat ikhlas dengan keputusan kamu. Hukum Ghita sebagaimana mestinya. Ayah akan terus mendukung kamu. Ayah tidak akan menghambatnya." Ucap Ayah mencoba untuk ikhlas. Walau dalam hatinya, ia sangat sedih. Tapi bagaimana pun anaknya harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat.

"Terima kasih, Ayah."

Ayah hanya menganggukkan kepalanya. Kini ia menoleh kearah Yeri yang sedari tadi melihatnya yang tengah berbicara dengan Jeffry.

"Yeri, sini." Panggil Ayah membuat Yeri mendekat ke arah Ayah. Dengan langkah pelan, Yeri mulai melangkah kearah Ayah.

Ayah bangun lalu memeluk Yeri dengan cukup erat, "Terima kasih banyak sudah menjaga cucu-cucu Ayah, ya? Terima kasih juga sudah menjadi yang paling kuat. Ayah bangga sekali dengan kamu. Anak Ayah sudah tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan sangat kuat."

Yeri menangis dipelukan Ayah. Ini hal yang sangat ia rindukan. Ia dipeluk oleh Ayah. Walaupun Ayah bukan orang tua kandungnya. Tetapi, Yeri sudah menganggap Ayah seperti orang tua kandungnya sendiri. Ayah sangat baik kepadanya. Ibu juga baik kepadanya. Tetapi, karena mereka terpisah oleh tempat tinggal. Sehingga, Yeri tidak bisa leluasa bertemu dengan mereka.

Ibu ikut mendekat kearah Yeri dan memeluknya, "Anak ibu sangat hebat sekali. Ibu sangat bangga sama kamu, nak. Maaf ya, Ibu tidak ada disamping kamu ketika kamu butuh dukungan dari kami. Pasti lelah ya nak? Memikul semuanya sendirian. Sekarang ada Ibu, kamu boleh cerita apapun sama Ibu ya?"

Yeri menggeleng pelan, ia masih terisak. Yeri bahkan tidak bisa menjawab ucapan Ayah dan Ibu. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menangis. Menumpahkan segala rasa lelahnya kepada Ayah dan Ibu. Ia sangat bersyukur Ayah dan Ibu datang ke Jakarta. Sehingga, ia bisa bertemu dengan mereka berdua.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang