1. Konsultasi

8.1K 957 56
                                    

Mereka berlima sedang berada di dalam mobil dengan Jeffry yang menyetir. Hari ini mereka berempat tidak diizinkan untuk membawa kendaraan sendiri. Tentu Haikal sempat menolak dan berada mulut dengan Jeffry. Namun, Jeffry mengancamnya akan mencabut semua fasilitasnya jadi mau tidak mau dia pun menurut. Karena bagaimanapun dia masih membutuhkan fasilitas dari Papahnya itu.

"Papah bakal pergi ke Surabaya selama seminggu dan Papah harap kalian berdua tidak membuat ulah dan bikin Papah malu lagi karena kelakuan kalian berdua!" Ucap Jeffry yang dilontarkan kepada Haikal dan Naren.

Mereka berdua memilih diam mendengarkan ucapan jeffry. Baik Dhika dan Vano pun tidak ada yang bersuara. Mereka semua memilih diam.

"Haikal jangan sampai Papah dengar kamu berantem dan masuk bk lagi! Dan kamu Naren, pulang sekolah nanti jangan lupa kamu ada jadwal konsultasi dengan dokter Doni. Dokter Doni yang akan jemput kamu untuk konsultasi." Ucap Jeffry yang masih fokus menyetir. Naren menghela nafasnya pelan, mau tidak mau ia menurut perintah Jeffry walau rasanya ia ingin sekali melawan Jeffry.

"Pah Naren gak gila! Dia gak perlu konsultasi!" bukan Naren yang menjawab melainkan Dhika yang duduk disamping Jeffry. Dia tidak suka kalau ada yang bicara kalau Naren itu gila.

"Papah gak lagi ngomong sama kamu Dhika mnding kamu diam!"

Lagi dan lagi dia tidak bisa membela adiknya. Kenapa sang Papah sangat egois sekali? Kemana perginya Papah yang dulu?

"Kamu dengar apa yang Papah bilang Naren?" Tanya jeffry sembari melirik kearah Naren lewat kaca mobil.

"Iya, Pah." balas Naren singkat.

Jeffry menganggukan kepalanya, "Bagus! Jangan coba-coba kamu kabur!" Ucapnya.

Naren memilih diam tidak menjawab ucapan Jeffry. Naren memilih membuang muka kearah kaca mobil dan melihat jalanan dipagi ini yang cukup padat dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

"Papah kelewatan tau nggak! Naren gak gila kenapa dia harus konsultasi sama dokter Doni!" Ucap Haikal tidak terima saat sang adik dianggap gila. Kenapa semua orang menganggap adiknya gila? Bukankah mereka semua yang gila karena menganggap sebuah keistimewaan hal yang memalukan? Harus berapa kali lagi ia menjelaskan kalau Naren itu istimewa.

"Terus kalau dia gak gila kenapa dia suka ngomong sendiri? Banyak guru yang mengadu sama Papah, mereka bilang kalau Naren aneh dan dia suka ngomong sendiri! Papah malu! Mau ditaruh dimana muka Papah kalau orang-orang tau anak Papah gila! Papah lakuin ini untuk kebaikan Naren! Biar dia sembuh!" Penjelasan sang papah membuat Naren merasakan sakit hati tapi dia berusaha untuk tetap diam karena ini bukan pertama kalinya dia dihina seperti ini oleh sang Papah.

Haikal tidak terima dengan ucapan Jeffry, ia benar-benar tidak bisa bersabar lagi. "Bukannya kalian yang gila! Berapa kali Haikal bilang kalau Naren itu istimewa! Dia punya keistimewaan yang tidak semua orang punya, Pah! Sampai kapan Papah menganggap hal itu memalukan? Orang tua mana yang menghina anaknya karena keistimewaan yang dia punya. Cuma Papah!" Haikal merasa cukup lega sudah mengatakan hal itu. Ia tidak takut kalau Jeffry akan kembali memukulinya. Ia tidak peduli dengan itu.

"Jaga ucapan kamu Haikal! Sejak kapan kamu kurang ajar seperti ini?! Pasti ini pengaruh dari teman-teman berandal kamu itu kan?! Kamu jadi membangkang Papah!" Ucap Jeffry yang tidak kalah emosi.

"Papah jangan bawa teman-teman Haikal dalam masalah ini. Mereka gak tau apa-apa!" Sahut Haikal yang tidak suka ketika ada yang menghina teman-temannya. Mereka tidak tau sebahagia apa dirinya mempunyai sahabat seperti mereka. Haikal tidak peduli orang lain menghinanya, tetapi Haikal tidak akan terima ketika ada yang menghina ketiga kembarannya dan sahabatnya. Haikal tidak akan bisa terima dengan itu.

KEMBAR ARKANA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang