Chapter 6

28.4K 2.2K 100
                                    

~~~

Apa yang terjadi didepannya, benar-benar masih terngiang dengan jelas di memori Dara. Bahkan tubuhnya pun mendadak limbung, jika saja tidak ditahan oleh Lingga. Pendengarannya seakan tuli, saat matanya tertuju pada tubuh mungil Linzy yang dengan tiba-tiba dihantam keras oleh sebuah mobil.

Suasana rumah sakit terasa menegangkan, menanti Dokter yang masih menangani Linzy didalam. Arka ikut terdiam, seolah masih mencerna apa yang menimpa kekasihnya.

Dara tidak akan tahu akan seperti apa jadinya, jika tadi tidak ada Lingga yang menenangkannya. Entah sadar atau tidak, Dara bahkan sempat mencengkram kuat tangan Lingga, begitu melihat jelas darah Linzy.

Really, it's so scary.

Lingga yang baru saja tiba, langsung memusatkan perhatiannya pada gadis yang sedang menunduk, menelungkupkan wajahnya. Hari ini, Lingga menyaksikan langsung sisi lain dari sosok Dara Griselda. Untuk pertama kalinya pula, ia melihatnya menangis seperti ini.

Dan ya, lebih baik Lingga mendengarkan omelan serta kekesalan Dara, daripada harus mendengarkan tangisannya.

"Dara?"

Mendengar namanya dipanggil, Dara menegakkan tubuhnya. Kini ia bisa melihat Lingga yang sedang berjongkok tepat di hadapannya.

"Saya antar pulang, ya?"

Dara menggeleng pelan, "Mau di sini aja,"

"Iya, besok ke sini lagi. Sekarang pulang dulu, okay?"

"Udah sore, Tante Anita juga pasti khawatir sama kamu, apalagi kalo liat keadaan kamu kaya gini." Lanjutnya.

"Tapi Zyzy,"

"Zyzy udah banyak yang jagain, ada orang tuanya, kakaknya, Arka, bahkan Keenan pun pasti nginep di sini. Kamu gausah khawatirin itu,"

"Ayo?" Ajak Lingga lagi.

Sejujurnya Dara yang seperti ini benar-benar membuat Lingga terganggu. Itu karena Lingga sendiri tidak suka melihatya.

Dara mengangguk, kemudian berjalan menuju keluarga Linzy untuk berpamitan. Di dalam ruang perawatan, bisa Dara lihat ada Arka yang sedang duduk menatap sendu sahabatnya. Lagi, air matanya kembali menetes.

Lingga yang menyadari hal itu, lantas buru-buru menarik tangan Dara, agar tidak semakin larut dalam tangisannya. Sudah cukup, tadi siang ia melihat Dara rapuh dalam pelukannya.

"Mau makan dulu?"

"Gausah, Pak. Saya ga laper,"

"Tapi kamu belum makan, kan?"

"Nanti aja di rumah," Final Dara yang pada akhirnya membuat Lingga pasrah, mengikuti kemauan gadis itu.

"You okay?" Tanya Lingga menatap intens Dara.

"Hmm, cuma sedikit pusing,"

"Kita ke kantin rumah sakit dulu,"

Dara yang hendak protes, tidak sempat membuka mulutnya saat telinganya kembali mendengar ucapan Lingga. "Katanya besok mau ke sini lagi, terus kalo sampe sakit, gimana? Jadi, please kali ini nurut, ya?"

Meskipun sedikit kesal karena dosennya itu mendadak bawel, tapi Dara tetap mengikuti langkah Lingga yang kini membawanya menuju kantin rumah sakit.

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang