Chapter 12

24.7K 2.1K 179
                                    

~~~

"Abangggg,"

Raynzal menghela nafas lelahnya, "Engga, ya. Sekali engga ya tetep engga!"

Sudah ke sekian kalinya Dara merengek ingin pulang karena tidak betah. Ya, karena acara hujan-hujanan kemarin, sekarang Dara harus dirawat di rumah sakit karena tubuhnya demam tinggi.

Belum lagi tangan kanan dan kirinya sudah dipenuhi oleh bekas suntikan jarum, karena Dara yang tidak mau diam saat dipasangkan infus. Raynzal saja sampai harus ikut turun tangan untuk menenangkan adiknya yang barbar, tapi faktanya takut akan jarum.

"Kan di rumah bisa dirawat juga sama Abang," Bujuknya lagi.

"Gue ada jadwal operasi ntar sore, manise."

"Kan dokter di sini ga cuman satu. Beda lagi sama gue, yang statusnya sebagai adik lo satu-satunya!"

"Iya, satu-satunya aja udah bikin pusing,"

Bibir pucat Dara langsung tertekuk ke dalam. Memang sih, hari ini jadwal Raynzal sedang padat-padatnya. Sebenarnya, sekarang saja Raynzal sedang bertugas. Namun karena masih memasuki jam istirahat makan siang, jadi dia memilih untuk beristirahat di ruang rawat adiknya saja. Sekaligus menjaganya, karena Anita baru saja pulang ke rumah untuk membawa beberapa pakaian. Ya, Dara memang masih harus dirawat selama beberapa hari ke depan.

Perihal kemarin, Dara sama sekali belum mengatakan apapun kepada Raynzal. Mungkin karena keadaannya pula yang sedang sakit, maka Raynzal tidak berani bertanya apa-apa. Tapi baguslah, karena sekarang Dara tidak ingin membahasnya.

"Udah minum obat belum?"

Dara mengangguk pelan, masih menatap Raynzal dengan memelas.

"Mau cepet pulang, kan? Makanya cepet sembuh, jangan banyak pikiran. Okay?"

Meskipun adiknya belum mau bercerita mengenai hal kemarin. Tapi, ia cukup yakin jika ini semua berkaitan dengan dosen itu. Raynzal tentu mengenal Dara dengan sangat baik, dan adiknya bukanlah tipikal orang yang mudah sakit. Sekali pun Dara bermain hujan seharian, jika ia sendiri bersenang-senang melakukannya, maka keesokan harinya ia akan tetap baik-baik saja. Sedangkan kemarin, ketika sampai di rumah, Dara langsung menggigil kedinginan, ditambah dengan suhu tubuhnya yang meningkat tinggi. Bahkan sangking paniknya Raynzal, ia tidak sempat mengganti pakaiannya yang masih basah. Ia memilih untuk segera membawa adiknya ke rumah sakit.

"Siapa yang banyak pikiran, coba?" Gumam Dara pelan. Menurutnya, ia sakit karena murni sudah waktunya sakit. Bukan karena faktor apapun.

"Lo ga bisa boong dari gue," Ucap Raynzal mengusap-usap kerutan dikening Dara. Ia bisa merasakan dengan jelas, suhu tubuh adiknya hingga saat ini masih cukup tinggi.

"Tapi, gue ga ngerasa lagi banyak pikiran tuh,"

"Iya, itu karna ketutup sama kesantaian lo! Lagian cuma orang-orang tertentu aja yang bisa liat, salah satunya ya gue."

"Emang iya?" Tanya Dara tak yakin.

"Istirahat sana, mata lo keliatan sayu banget."

Dara menahan tangan Raynzal yang hendak menarik selimutnya. "Bang Rayn, gue mau nanya dulu deh,"

"Apaa?"

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang