~~~
Hampir tiga bulan menjalani kehidupan rumah tangga, Dara bisa merasakan adanya banyak perbedaan. Entah itu dari kegiatan, atau bahkan keseharian. Tapi setidaknya, menginjak bulan ketiga setelah pernikahan mereka, Dara sudah mulai terbiasa dengan semuanya.
Karena di rumah hanya ada mereka berdua. Jadi, mereka pun memutuskan belum mencari asisten rumah tangga. Selain itu, alasannya karena Dara sendiri ingin belajar mandiri dengan mengerjakan tugas dan perannya sebagai seorang istri. Meskipun Dara akui, awalnya ia banyak tidak bisa melakukan pekerjaan rumah lainnya, karena memang belum terbiasa. But, Lingga tidak pernah menuntutnya itu-ini. Lelaki itu, justru selalu menyemangatinya, bahwa tidak ada orang yang bisa se-instant itu dalam melakukan pekerjaan yang tidak biasa dilakukannya. Istilahnya, Lingga menyuruhnya untuk belajar pelan-pelan, tidak perlu sampai terbebani. Toh, nanti ketika mereka memiliki momongan, pasti akan menggunakan jasa ART.
Dara malu? Tentu saja. Awalnya dia memang merasa begitu. Namun, karena respon Lingga, Dara bisa menjadi lebih percaya diri lagi untuk belajar banyak hal. Setidaknya, setelah hampir tiga bulan ini ia sudah bisa memasak, beres-beres area rumah, dimulai dari kamar, ruang tamu, dapur, sampai ke mencuci piring. Tidak dipungkiri, Anita dan Raynzal pun memuji perubahan Dara.
"Kamu free kapan, sih?"
Lingga yang sedang mengerjakan sesuatu di laptop nya, menoleh sesaat. "Besok aku free. Kenapa?"
"Mau keluar aja, jalan-jalan sama kamu. Kangen." Ucap Dara sembari memakan apel yang berada ditangannya. Sesekali ia pun menyuapi Lingga, karena ceritanya, saat ini ia sedang bersantai menemani suaminya.
Akhir-akhir ini, Lingga memang cukup sibuk. Setelah ia membuka beberapa cabang restoran. Yakni di dekat komplek rumahnya, dan di dekat kampus. Sejauh ini semuanya lancar, pembukaan cabang tersebut berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sesekali apabila Lingga sendiri sibuk dengan jadwalnya di kampus, maka biasanya restoran dibantu di handle oleh Dara. Dengan statusnya yang baru tentunya, karena kini ia sudah resmi menyandang gelar Mrs.Fabian.
"Mau kemana, hmm? Maaf yaa, gara-gara kerjaan aku yang sempet ketunda, jadinya weekend kemarin pun aku harus deadline buat beresin semuanya." Ucap Lingga yang kembali merasa tak enak.
Dara tersenyum. Dirinya sama sekali tidak mempermasalahkan kesibukan Lingga kemarin-kemarin. Toh, dia sendiri tahu, seperti apa persiapan untuk kelangsungan membuka cabang baru. Hal tersebut tentunya tidak bisa dibilang mudah.
"Ke Villa keluarga kamu aja, yuk? Udah lama juga, kita ga ke sana."
"Kalo itu berarti bukan sekedar jalan-jalan namanya. Tapi, liburan." Ralat Lingga.
"Hehehehe. Beda tipis."
"Pulang pergi?"
Dara berdehem pelan, sebelum akhirnya menatap Lingga memelas. "Kamu ga bisa ijin atau libur aja gitu, sehari? Jadi, kita dua hari di sananya."
"Sure, besok kita pergi."
"Yesss!!! Bener, yaa? Jangan php?" Girang Dara.
"Kapan aku kaya gitu?" Sarkas Lingga sekenanya.
Dara tersenyum malu, kemudian bergerak memeluk lengan kekar Lingga.
"Ini kenapa?" Tunjuk Lingga pada jari tangan Dara yang tampak luka, mengelupas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanficTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...