Chapter 22

21.9K 1.8K 86
                                    

~~~

Dara memoles liptint dibibirnya, kemudian segera bangkit mengambil tas, lalu melangkah menuju keluar. Di ruang keluarga, sudah ada Raynzal yang sedang duduk manis, lengkap dengan setelan casual nya. Sore ini mereka berdua akan pergi ke mall. Niat sebenarnya, Dara hanya menemani Raynzal saja, yang katanya ingin dipilihkan sepatu olehnya. Satu kebiasaan Raynzal yang tidak banyak orang ketahui, dia selalu meminta pendapat perihal apapun itu kepada Dara.

Drrrttt... Drrrttt....

Mr.Fabian
Have fun, sayang.
Nanti aku mampir ke rumah.

Sure, jangan lupa makan pakkk♡


Hari ini Lingga sedang sibuk di restoran. Bahkan tadi pun mereka hanya bertemu sebentar di kampus. Tapi setidaknya, Dara sudah merasa puas karena hari-hari kemarin mereka selalu menghabiskan waktunya bersama.

"Mau berangkat sekarang?"

Raynzal mengangguk, "Pamit dulu sama Mamih, ntar ngomel yang ada kalo tau anak gadisnya tiba-tiba ilang."

"MAMIH!!!"

"Gausah teriak juga, manise!" Gemas Raynzal merangkul adiknya, agar tidak berteriak dengan bar-bar.

"AKU PERGI SAMA BANG RAYN, ASSALAMUALAIKUM!!!" Pamitnya, mengabaikan decakan malas lelaki disampingnya.

"WAALAIKUMSALAM, HATI-HATI, SAYANG. ABANG, JANGAN LUPA JAGAIN ADEKNYA!!!"

Dara menyunggingkan senyum manisnya. Lihat, kan? Di dalam penghuni rumah ini bukan hanya dirinya saja, yang sering kali berisik. Tapi Mamihnya juga. Meskipun begitu, jangan salah, karena itu merupakan ciri khas.

Raynzal memberikan helm kepada Dara, yang langsung dipakai olehnya. Fyi, Raynzal memang cenderung lebih menyukai motor daripada mobil. Jangan ditanya, ada berapa banyak jumlah motor koleksinya di dalam garasi. Dara saja sampai eneg, melihat abangnya yang hobi gonta-ganti motor. Percayalah, Dara bahkan pernah memberikan saran agar Raynzal menjadi dealer motor saja. Dan, kalian tahu apa yang terjadi setelah itu? Dara menjerit heboh, karena mendapatkan cubitan dipantatnya. Itu benar-benar momen legend, yang terkesan sedikit sialan, mungkin?

"Bang Rayn?"

"Hmm?"

"Pake parfum apa lo?" Tanya Dara yang kini sudah meletakkan dagunya dipundak Raynzal.

Dibalik helm nya, Raynzal tersenyum kecil. "Kenapa? Lo suka wanginya?"

"Heem, fresh aja gitu." Jujur Dara, semakin memeluk abangnya dari belakang. "Bikin nagih juga,"

"Nagih?"

"Nagihnya pengen peluk lo terus,"

"Sumpah, gue geli!"

Dara diam tidak menyahut. Karena biasanya, dialah yang suka mengeluarkan ucapan tersebut. But seriously, aroma parfum abangnya sekarang benar-benar menjadi favorit Dara. Sangat cocok dengan perawakan Raynzal yang cool.

"Jadi, kapan lo mau bawa cewe ke rumah pake motor kesayangan lo ini?" Tanya Dara tersenyum menggoda.

"Males banget, lama-lama lo jadi ketularan Mamih kan,"

"Ih tapi serius, lucu kayanya kalo kita double date,"

Raynzal berdecak geli, "Sejak kapan lo sering ngusulin acara begituan, sih? Bucin lo jadi alay,"

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang