Chapter 33

19.5K 1.7K 47
                                    

~~~


Semenjak kejadian di kantin tempo kemarin yang melibatkan kekasihnya. Semenjak itu pula, Lingga meminta agar Dara tidak lepas dari pengawasannya.
Mengetahui lelaki tersebut tempramental, serta kasar, tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi dosen yang satu ini.

Untuk perihal Alqi yang memang menggunakan narkoba, Lingga akan mencoba untuk berkoordinasi dengan pihak konseling. Lingga menyarankan agar Alqi mengikuti rehabilitasi. Terlepas dari itu semua, apabila Alqi menolak, mungkin pihak kampus akan mengambil tindakan tegas untuk langkah selanjutnya.

"Lagi liat apa, sih? Serius banget?"

Dara menolehkan kepalanya, saat mendengar suara Lingga. "Ini, baca grup angkatan yang lagi ngomongin aku."

Tanpa berbicara, Lingga langsung mengambil alih ponsel kekasihnya. Ia ikut me-scroll pembicaraan mereka yang memang sedang ramai membahas Dara dan juga Alqi. Tak sedikit pula, dari mereka yang mengungkapkan rasa penasarannya, mengenai hubungan dua orang yang sukses menggemparkan kampus atas insiden di kantin. Meskipun pertengkaran kemarin terjadi di kantin fakultas business management. Tapi tetap saja, yang namanya dari mulut ke mulut pasti akhirnya akan tersebar luas juga.

"Mau left aja?"

"Ngaco kamu! Aku masih mahasiswi di sini!"

Lingga berdecak pelan mendengarnya. Maksudnya memberikan saran tersebut, untuk mengantisipasi apabila Dara merasa tidak nyaman. "Kamu join di grup ini, ga menjamin apa-apa tentang status kamu sebagai mahasiswi di kampus, sayang. Yang penting itu kamu punya kartu identitas mahasiswi."

"Terus nanti kalo aku ketinggalan info-info dari kampus, gimana?"

"Info apa dari grup itu, hmm? Aku baca barusan ga ada faedahnya. Lagian kan kalo ada info kamu bisa tanya lewat aku."

"Ihh, ga asik banget lewat orang dalem,"

"Yaudah iya. Terserah kamu aja, terserah!" Gemas Lingga mencubit hidung kekasihnya.

Dara tersenyum kecil menyadari jawaban Lingga yang terkesan angkat tangan kepadanya. I know, sebenarnya Dara sendiri sudah bisa menebak apa alasan Lingga yang menyarankan dirinya untuk keluar dari grup saja. Mungkin, memang dalam jangka sementara waktu. Tapi, Dara rasa itu tidak perlu dilakukan. Toh Dara pun baik-baik saja, dia sama sekali tidak terlalu memusingkan apa perkataan serta penilaian orang luar tentangnya. Terlebih lagi, apabila orang tersebut tidak mengenalnya.

Lagi pula, lambat laun pasti situasinya akan segera kembali seperti semula, pikirnya.

"Ini udah? Kamu cuma mau nasi padang aja?" Tanya Lingga kembali memastikan.

Saat ini keduanya sedang dalam menuju perjalanan pulang. Lingga sengaja mengajak kekasihnya untuk membeli sesuatu, karena sudah beberapa hari ini Dara memang tidak menginjakkan kakinya di kantin fakultas. Ia terlalu malas apabila dirinya menjadi titik pusat perhatian.

Dan ya, mungkin kalian tahu sebagian besar dari mereka membicarakannya sampai seperti itu karena hanya sebatas penasaran. Bukan sebagai bentuk kepedulian.

"Udah deh, aku ga enak sama kamu, hehehe." Cengir Dara, sembari menunjukkan cokelat yang juga pemberian Lingga.

"Aku ga pernah itung-itungan, asal kamu tau!"

"Ya tetep aja, aku harus tau diri," Gumam Dara pelan, namun nyatanya sukses menghadirkan tawa Lingga.

Lingga mengusap kepala gadisnya dengan sayang. "Ada-ada aja kamu ini,"

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang