Chapter 10

27.2K 2.2K 132
                                    

~~~

Acara dipuncak berlangsung ramai karena kehadiran keluarga besar Lingga. Acara ini diadakan untuk merayakan anniversary pernikahan Nenek dan Kakeknya, yang masih terlihat sangat harmonis.

Kedatangan Lingga bersama Dara, langsung disambut antusias oleh mereka, terutama orang tua Lingga. Sungguh, tadi Dara sangat kikuk dan sedikit salah tingkah, saat semua mata menatap ke arahnya. Percayalah, ini merupakan pengalaman pertama bagi Dara. Karena sebelumnya, Dara belum pernah berkenalan apalagi berbaur langsung seperti ini dengan keluarga besar dari lelaki yang sedang dekat dengannya. Paling-paling, Dara berkenalan dengan orang tuanya. Hanya sebatas itu.

Kalian tahu? Apa yang membuat Dara speechless? Lingga memahami kepribadiannya, yang memang cukup sulit akrab dengan orang-orang yang baru ditemuinya. Maka dari itu, karena takut membuatnya tak nyaman, sedari tadi Lingga sama sekali tidak lepas disampingnya.

"Kenapa? Kok diem aja?" Tanya Lingga memperhatikan Dara.

"Gapapa, cuma bingung aja mau ngapain,"

Lingga tersenyum kecil, "Sekarang masih family time, jadi nikmatin aja dulu. Nanti malem baru ikut aku,"

"Ikut? Ke mana?"

"Nanti juga tau sendiri,"

Mendengar jawaban yang menyebalkan, Dara menatap curiga ke arah Lingga. "Awas kalo macem-macem! Aku telpon Bang Rayn, ya!"

"Emang sekarang dipikiran kamu, aku bakal ngapain?" Lingga menopang dagunya, semakin menatap intens Dara, sengaja untuk menggodanya.

Dara yang ditatap seperti itu, langsung menyandarkan tubuhnya, agar ada jarak di antara mereka. Pasalnya, sekarang mereka masih dikelilingi oleh keluarga besar Lingga, meskipun rata-rata dari mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, tetap saja Dara perlu waspada.

"Tante Eva!!! Mending cepet nikahin Bang Lingga deh, keliatan banget udah kebelet tuh!" Seru sepupu Lingga, di pojokan.

Eva ; Mama Lingga, hanya tersenyum menanggapinya. Begitu pula dengan Dara yang kembali kikuk. Sudah ia duga, dari sekian banyak orang yang sedang sibuk sendiri, pasti akan ada yang tetap memperhatikan mereka. Contohnya, sepupu Lingga barusan.

"Jauhan, jangan deket-deket!" Bisik Dara penuh penekanan.

"Yakin mau jauhan? Nanti aku pergi, di introgasi sama Mama loh,"

Dara cemberut karena ancaman yang diberikan Lingga. Apa-apaan itu? Setau Dara, yang ada mereka akan menenangkannya agar tidak gugup atau pun takut kepada orang tuanya. Tapi berbeda dengan Lingga, bisa-bisanya dosen itu malah menakut-nakuti Dara. Kalian sudah bisa menebaknya, di situasi seperti ini, hilang sudah kesantaian Dara.

"Tante Eva baik kok,"

"Emang iya?"

Dara semakin memelas dibuatnya, "Jangan bikin deg-degan dong!"

"Iya-iya baik kok, tenang aja. Gausah panik,"

Lingga tidak bisa lagi menahan tawanya, melihat ekspresi langka Dara.

"Ketawa aja terus," Ketus Dara memalingkan wajahnya ke arah lain.

Dan saat itu juga, matanya tertuju pada Eva yang sedang berjalan ke arahnya. Refleks Dara menarik jaket Lingga. Seriously, ia jadi parno sendiri karena ulah dosen menyebalkan di sampingnya ini. Meskipun kelihatannya Eva memang baik, tapi untuk sekarang Dara belum mengenalnya dengan baik. Tadi mereka hanya sebatas berkenalan dan berpelukan singkat.

Tidak ingin membuat Dara semakin kesal, Lingga merapatkan bibirnya agar tidak tertawa. Percayalah, cengkraman dijaketnya saat ini menandakan bahwa gadis ini memang benar-benar gugup. Padahal perihal Mamanya, Lingga hanya sebatas iseng saja.

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang