~~~
"Cerah banget mukanya, ada yang aku ga tau?" Tanya Lingga melirik Dara yang memang sudah menebar senyumannya, sejak mereka berdua masuk ke dalam mobil.
"Bang Rayn ngasih uang jajan, dua kali lipat dari biasanya." Cerita Dara.
Lingga sontak tertawa kecil, ia kira ada apa. Ternyata oh ternyata, kegembiraan kekasihnya itu karena perihal uang jajan. Seharusnya Lingga sudah tidak heran lagi, karena ketika dia mendapatkan makanan gratis pun, kedua mata Dara pasti otomatis akan berbinar senang. Terkadang, memang semudah itu untuk menyogok Dara. Tapi, berbeda apabila Dara sudah benar-benar marah atau kesal diujung tanduk. Hal itu tentu bisa membuat dosen yang satu ini kelimpungan.
"Ahh iya, aku beli ini buat kamu." Ucap Dara seraya memperlihatkan paper bag ditangannya yang berukuran cukup besar.
"Apa itu?"
"Jam tangan sama topi. Nanti kamu liat dulu deh, suka atau engganya."
"Pasti suka, sayang. Makasih ya."
"Heem sama-sama. Ini aku simpen dibelakang, ya."
Lingga mengangguk dihiasi senyum menawannya. Kebahagiaan yang timbul saat bersama gadisnya memang sesederhana itu. Dan Lingga merasa sangat bersyukur bisa merasakan hal ini. Menghabiskan waktu bersama perempuan yang dicintainya.
Kini mobil Lingga sudah terparkir sempurna di depan Alody Cafe. Tempat yang terpilih untuk acara berkumpulnya mereka hari ini. Ya, di dalam cafe sudah ada para sahabatnya yang menanti kedatangan Dara dan juga Lingga. Sebelum benar-benar bertempur dengan tugas akhir, baik Dara, Linzy, maupun Avril, memutuskan untuk menikmati waktu luangnya dengan berkumpul bersama seperti sekarang. Percayalah, cara ini bisa membuat beban kita hilang seketika. Meski memang tidak sepenuhnya hilang, tapi setidaknya kita bisa lebih enjoy. Apalagi saat kita tertawa lepas bersama-sama.
"Gue liat-liat, kayanya sekarang lo deh yang paling bucin." Komentar Avril, begitu Dara dan Lingga duduk bergabung.
"Dih, apaan? Tetep Zyzy sama Kak Arka tuh, yang menyandang gelar itu." Balas Dara yang ujung-ujungnya menyindir pasangan tersebut.
"Ga usah bawa-bawa gue yang lagi diem!" Sewot Linzy membuka suara.
Keenan berdehem beberapa kali. "Kita sengaja ketemu buat ngumpul loh. Dan kalian langsung berantem? Ini amazing."
"Siapa yang berantem, sih? Lebay lo!"
Keenan mendadak kicep mendengar si queen savage, Dara. "Oke, gue diem."
Lingga dan Arka tersenyum kecil menyaksikan perdebatan tersebut. Bahkan sangking seringnya berada ditengah-tengah keributan mereka, baik Lingga maupun Arka sekarang tidak lagi ambil pusing. Toh, itu memang sudah menjadi gaya persahabatan mereka bertiga.
"Gimana, nih? Nona-nona mahasiswi semester tua, udah pada siap skripsian?" Pertanyaan Arka justru terkesan meledek mereka yang memang masih tergolong santai, kala skripsi dan segala macamnya sudah di depan mata.
"Meskipun ga siap, tetep harus dikerjain, kan?" Balas Linzy menopang dagunya.
"Ga harus, sebenernya. Semau kamu juga gapapa. Tapi paling nanti kamu graduation sendiri, ga euphoria sama temen-temen seangkatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanfictionTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...