~~~
"Loh-loh, kok?"
"Aishhh, ini kenapa sih?!"
Dara berenggut kesal, sebelum akhirnya melepas seatbelt-nya dengan kasar, hendak keluar mobil. Ya Tuhan, kesialan apa ini? Sekalinya ia pergi ke kampus menggunakan mobilnya, yang terjadi justru malah mogok. Jangan bilang, mobil putih kesayangannya ini marah, karena faktanya akhir-akhir ini memang jarang Dara gunakan.
Tak ingin membuang waktunya yang bisa saja membuatnya terlambat ke kampus, Dara pun segera menghubungi Lingga. Jika begini kejadiannya, Dara merasa mendapatkan karma secara instan, karena sebelumnya ia menolak untuk berangkat bersama Lingga. Alasannya? Hari ini Dara sengaja berangkat lebih awal karena akan menyelesaikan tugas kelompoknya yang masih terbengkalai. Apabila ia berangkat bersama Lingga, rasanya terlalu merepotkan karena kekasihnya pun harus ikut pergi lebih awal.
"Kenapa?"
Meskipun sedikit gengsi, tapi Dara akui, saat ini ia memang sedang membutuhkan kekasihnya. "Mobil aku mogok,"
"Dimana?"
"Pertigaan depan komplek aku,"
"Yaudah, tunggu. Aku jemput kamu sekarang,"
"Itu kamu masih di rumah?"
"Udah on the way,"
Dara refleks mengerutkan keningnya, mencoba berpikir. Tunggu-tunggu, jadi ceritanya Lingga pun ikut berangkat lebih awal?
"Sayang? Kamu sengaja-"
"Iya, lagi pula siapa yang bisa tenang coba? Pacarnya bakal dikelilingin sama cowo? Berempat pula,"
Ya Tuhan! Jadi, benar?
Padahal entah sudah ke berapa kalinya Dara menjelaskan dengan gamblang, bahwa mereka itu hanya sebatas partner di dalam kelompoknya. Memang dasarnya cemburuan tingkat akut, sampai-sampai Lingga mengikutinya untuk berangkat lebih awal.
Namun, ada satu hal yang menurut Dara berbeda. Sisi cemburu dan posessive Lingga memang terkadang membuatnya kesal atau pun jengkel, tapi pada akhirnya Dara akan gemas sendiri dengan tingkah kekasihnya itu. Berbeda dengan beberapa lelaki yang sebelumnya pernah dekat dengannya, pada akhirnya kedua sisi tersebut sering menyeret hubungan mereka menjadi toxic. Dan, mungkin beberapa dari kalian pun pernah mengalami serta merasakannya.
"Berempat belum ada apa-apanya sama mahasiswi satu kelas, satu fakultas, atau bahkan satu kampus!" Sarkas Dara sengaja memojokkan Lingga. Tidak kah dosen itu sadar? Bahwa yang menyukainya di kampus justru lebih banyak, daripada para lelaki yang mencoba mendekatinya.
Mendengar kekehan Lingga, semakin membuat Dara mendengus malas. Pasti sekarang kekasihnya sedang besar kepala, ditambah pula dengan ketengilannya. Okay, lengkap sudah.
"Tetep aja, sebanyak-banyaknya mereka, yang aku mau ya cuma kamu."
"Alah, gombalan playboy itu!"
"Cieee, yang lagi salting malah jadi nyudutin aku."
"Ihh apaan?" Elak Dara.
"Coba ganti video call, pengen liat pipi merahnya,"
"Kamu lagi nyetir, ga ada waktu buat bercanda, Mr.Fabian! Buruan ya, aku tunggu nih, kalo kamu telat aku bisa aja telpon temen aku-"
"Liat aja, kalo kamu sampe berani telpon-telpon mereka!"
"Apa? Emang kenapa, hmm?" Tantang Dara.
"Cuma mau kasih tau, jangan kaget kalo besok atau bahkan nanti malem aku bawa keluarga aku ke rumah kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanfictionTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...