~~~
"Apaan si? Jangan ngeliatin gue kaya gitu!" Sewot Dara pada dua sahabatnya.
Avril dan Linzy, dua pelaku utama yang kini sedang membuat Dara salah tingkah, karena tatapan initimidasinya. Tidak perlu dijelaskan lagi, mereka memang berniat untuk mewawancarainya. Perihal apalagi kalau bukan momen ke puncak kemarin.
Ah iya, sepertinya Dara melupakan keberadaan Keenan, yang juga sedang mengeluarkan smirk ke arahnya. Sialan memang! Lelaki itu pasti senang melihat situasi sekarang. Percayalah, selain dua sahabat karibnya, Keenan juga termasuk ke dalam tim hore Lingga.
"Gimana acaranya? Rame? Lancar jaya sesuai ekspetasi ga?" Tanya Avril langsung mengutarakan rasa penasarannya.
Mau berdalih seperti apapun, jika sudah disidang oleh mereka, jangan harap Dara bisa mengalihkan pembicaraan. So, sekarang ia lapang dada untuk membuka suara.
Malasnya, karena ada Keenan yang super kepo plus menyebalkan.
"Ya gitu, di sana keluarga besarnya ngumpul semua. Gue kek anak ilang masa,"
"Pasti lo banyak diem, ya? Ga petakilan kaya biasanya?" Ledekan Keenan menghadirkan tawa Linzy dan juga Avril.
"Udah ketebak, sayang. Apalagi di sana ada camer, aww malu-malu deh aku," Timpal Avril semakin tertawa lepas.
Dara mencebikkan bibirnya kesal. Tidak afdol memang, jika salah satu di antara mereka belum terkena bully-an. Padahal sebelumnya mereka sendiri yang menyarankan Dara untuk melepas gelar jomblonya, dalam artian mereka menyuruh Dara untuk dekat dengan laki-laki. Tapi lihat sekarang, giliran Dara sudah dalam tahap pendekatan dengan Lingga, sisi julid mereka masih belum juga hilang. Yang ada, justru semakin bertambah parah.
"Bukan malu, gue cuma masih canggung aja,"
"Tapi, mereka baik kan?"
Dara berdehem sambil menganggukkan kepalanya. "Baik parah, apalagi Mamanya."
"Oke, gas lah, tunggu apalagi?"
"Keburu digandeng orang, nyesel ntar," Bisik Linzy menggoda.
"Galau ntar," Kekeh Keenan ikut-ikutan.
"Mau digampar? Ditabok? Atau ditonjok?" Sinis Dara mengacungkan tangannya, bersiap memberikan pukulan.
Linzy mendorong punggung sepupunya, menyuruhnya untuk segera keluar kelas, daripada mendapatkan hadiah special dari tangan Dara. Namun keributan tersebut harus terhenti, saat Lingga datang memasuki kelas mereka. Fyi, sekarang jam kelas sudah berakhir, jadi hanya ada mereka berempat di dalam.
"Pak, mahasiswi galak itu mau kdrt sama saya," Adu Keenan berlari kecil, ke arah belakang tubuh Lingga.
Dara semakin menatap tajam lelaki bermata sipit itu, mulutnya memang perlu merasakan pukulan dari tangan mulusnya. Tidak memperdulikan keberadaan Lingga, Dara berjalan ke arah Keenan, yang berarti ke arah Lingga juga. Tangannya yang sudah siap menarik hoodie lelaki itu harus tertahan, saat ada sebuah tangan yang mencekalnya.
"Bentar, lepasin dulu!"
"Mau ngapain?"
"Minimal cubit perutnya Keenan," Ceplos Dara sejujurnya.
Lingga melirik ke arah Keenan, memberi isyarat agar lelaki itu segera pergi. "Gapapa, sekarang Dara urusan saya,"
Keenan dengan senang hati menurutinya. Berbeda dengan Linzy dan Avril, yang tampak cekikikan melihat wajah merah padam Dara, menahan kesal. Cukup tenang, karena sekarang Dara sudah bersama pawangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanfictionTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...