Chapter 37

19.6K 1.5K 64
                                    

~~~

"Wow,"

Raynzal yang memang sedang berdiri disamping adiknya lantas tersenyum geli. "Gimana? Cakep kan, calon kakak ipar lo?"

Dara ikut tersenyum mendengarnya. "Heem. Bahkan sampe bikin gue heran, kok dia bisa mau ya, sama lo?"

Setelah puas meledek Raynzal yang tampak kesal kepadanya, Dara langsung berjalan mendekati seseorang. Yakni Erica, kekasih Raynzal. Sudah terhitung dua kali, Dara yang ingin segera bertemu dengan Erica, harus diundur secara mendadak karena kesibukan Raynzal sendiri. Dara sampai gemas mendengar kata operasi, yang memang menjadi alasan utama kesibukan abangnya.

Lebih menyebalkannya lagi, saat Raynzal melarang Dara yang tadinya ingin bertemu berdua saja dengan Erica, tanpa harus ditemani Raynzal. Kalian tahu kenapa Raynzal melarangnya? Dia takut adik kesayangannya yang selengean ini bertingkah atau berbicara macam-macam pada kekasihnya. Seriously, yang Raynzal khawatirkan itu sisi ceplas-ceplos adiknya yang memang sudah level dewa.

"Haiii, kamu Dara yaa? Kenalin, aku Erica."

Belum sempat Dara mengeluarkan suaranya, ternyata Erica lebih dulu bangkit dari duduknya, untuk menyapanya. Keduanya sempat berpelukan singkat, dan dengan begitu tidak membuat Dara merasa canggung, karena ia yakin Erica sudah mengetahui siapa dirinya.

"Btw, kenapa Kakak bisa langsung tau aku adeknya Bang Rayn?"

"Ohh itu, Kakak sering liat foto-foto kamu di handpone Raynzal." Kekeh Erica.

Otomatis tatapan Dara pun beralih pada Raynzal. Ya Tuhan, Dara tidak bisa membayangkan kira-kira se-ngakak apa Erica saat melihat foto hasil jepretan abangnya. Kalian tahu? 99% foto yang berada diponsel Raynzal itu pasti aib Dara, alias foto-foto jailnya yang memang sering Raynzal gunakan sebagai senjata ampuh untuk mengancamnya. Mungkin foto Dara yang benar-benar normal, bisa Dara pastikan tidak akan lebih dari sepuluh.

"Kamu kuliah di mana?"

"Di Universitas Alpha Indonesian,"

"Ga ngikut Raynzal, di luar negeri?" Tanya Erica lagi.

Dara tersenyum kecil, "Otaknya ga nyampe Kak,"

"Sebenernya bukan ga nyampe, sayang. Emang dasarnya dia aja yang malesan! Terlebih lagi, alasan utamanya, dia emang ga mau jauh dari Mamih sama Papih." Timpal Raynzal.

Astaga, kenapa mulut abangnya ini seperti ember bocor?

Erica menganggukkan kepalanya paham. "Ga bakal aneh sih, kalo bungsu kaya gitu." Kekehnya.

"Sekarang udah masuk semester-semester akhir, ya?" Lanjutnya lagi.

"Iyaaaps,"

"Siap-siap minta hadiah ke Abang kamu gih, buat nanti graduation." Bisik Erica yang seketika menghadirkan senyuman cerah Dara.

"Ohhh, kalo itu ga usah ditanya Kak, hehehe."

Berbeda dengan Raynzal yang tampak memicingkan matanya penuh selidik. Dari pandangan Raynzal, tipikal-tipikal seperti adiknya memang patut dicurigai. Tapi setidaknya Raynzal sudah merasa lega, karena hubungan keduanya tampak bisa langsung akrab satu sama lain. Sepertinya, pilihannya kali ini sudah tepat.

Bercerita tentang Erica, dia adalah teman se-masa SMA Raynzal. Mungkin dibilang teman pun rasanya akan sedikit aneh, karena pada saat itu mereka memang tidak saling mengenal. Ya, Erica dan Raynzal tidak satu kelas. Mereka hanya teman satu angkatan yang dipertemukan saat acara reuni beberapa bulan lalu. Ketika acara reuni berlangsung, para alumni yang datang benar-benar berbaur satu sama lain, hingga membuat keduanya bertemu dan saling berkenalan. Mungkin, untuk first impression-nya, mereka berdua belum merasakan adanya ketertarikan satu sama lain. Hingga berselang beberapa minggu, Raynzal dan Erica kembali bertemu, mereka sempat berbincang disalah satu cafe. Dan semenjak itulah, keduanya rutin berkomunikasi.

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang