~~~
"Loh? Ini transaksinya tanggal berapa, yaa? Kok ga jelas." Gumam Dara saat membaca hasil laporan keuangan, yang baru saja diantarkan ke ruangan pribadinya.Kali ini, Dara tampak memijit pelipisnya. "Padahal udah berkali-kali diingetin buat teliti,"
Belum sempat ia memanggil orang yang bersangkutan, ponsel disampingnya lebih dulu berbunyi. Memperlihatkan nama Lingga. Karena tidak ingin dicurigai, Dara pun lantas buru-buru mengangkatnya. Kenapa suaminya sudah menelpon? Padahal, setahu Dara di jam ini Lingga masih ada jadwal kelas.
"Kenapa, sayang?"
"Mau sesuatu ga? Aku mau pulang sekarang."
"Huh? Pulang sekarang?"
"Iyaa. Hari ini pulang cepet, kebetulan anak-anak di kampus lagi ada acara."
"Ahhh..." Gumam Dara mulai sedikit resah.
"Itu kamu lagi apa? Udah makan siang, sama minum susu, kan?"
"Aku lagi-,"
"Permisi, Mrs, ini hot milk nya mau disimpen di mana?"
Damn!!!
Dara memejamkan matanya, tidak berani lagi mendengar suara Lingga disebrang sana.
"Mrs? Loh-loh, kamu lagi di restoran? Astaga sayang, ngapain? Aku kan udah bilang jangan urusin kerjaan-kerjaan yang gitu. Istirahat aja di rumah, kalo ga jalan-jalan disekitar komplek. Jangan kerjaaaa!!!" Omel Lingga, yang secara tidak langsung pun terdengar oleh salah satu pegawai restoran yang baru saja mengantarkan minuman ke ruangan Dara.
Baiklah, mari kita sudahi saja. Yaa, Dara akui, dia memang tidak bilang apa-apa pada Lingga. Kenapa? Karena ia sudah seratus persen yakin tidak akan mendapatkan ijin. Ini dia buktinya, memang bukan Dara Griselda, jika tidak ngeyel.
Sebenarnya, alasan lainnya Dara merasa jenuh. Dan, karena kebetulan sudah cukup lama juga ia tidak mengontrol langsung keadaan restoran di sini, jadi berakhirlah dengan dirinya yang berkunjung kemari. Lagi pula, ini restoran yang terbilang dekat dengan kompleknya. Tapi, apa boleh buat? Jika suaminya sudah berkata begitu, yaa akan tetap begitu.
"Coba kasih handpone kamu ke pegawai yang ada di situ."
"Mau ngapain?" Sewot Dara.
Masalahnya, pegawai didepannya ini adalah perempuan.
"Kasihin aja dulu." Ucapan Lingga yang terkesan mutlak, tidak mampu lagi membuat Dara bersuara. Selain takut Lingga marah, Dara pun takut apabila Lingga akan mendiaminya karena ulahnya kali ini. Aishhh, memang dasarnya bumil. Ada-ada saja.
"Iyaa Pak?"
"Istri saya dari jam berapa dateng ke situ?"
"Kira-kira, jam 10-an Pak."
"Dari yang kamu liat, istri saya lagi ngapain?"
Dara cemberut mendengarnya. Ya, ya, I know. Sepertinya Lingga beralih mewawancarai pegawai tersebut, karena sudah tahu betul seribu macam alasan Dara untuk melakukan pembelaan. But, jika dilihat dari sisi lain, bagus juga. Karena secara tidak langsung, Lingga memang sudah hapal betul dengan karakter Dara.
"Bi-lang a-ja sa-ya la-gi du-duk ma-nis," Dara seolah sedang mendikte pegawainya tanpa suara.
"Sayang, kamu diem!"
![](https://img.wattpad.com/cover/269295664-288-k834795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanfictionTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...