~~~
"Kamu kok bisa curiga gitu, sih?"
"Semalem, aku coba tanya Mama sama Mamih. Kenapa, kok kamu aneh. Terus mereka pada curiga kalo kamu hamil. And see? Kecurigaan mereka emang bener kan."
Yeah, ada kabar baik hari ini. Tanpa tahu apapun, tiba-tiba ada seorang dokter kandungan yang datang ke rumah. Bagaimana mungkin, Dara tidak kaget sekaligus bingung?
Kebingungan itu semakin bertambah saat sang dokter mengatakan bahwa dirinya positif hamil. Yang jika diperkirakan, usianya baru menginjak enam minggu. Pikiran polos Dara tentu saja berkecamuk, atas panggilan siapa dokter tersebut datang kemari? Padahal, Dara saja tidak tahu bahwa dirinya sedang mengandung. Sebab, memang belum ada gejala yang Dara alami. Namun, sepertinya kepekaan Lingga lah yang membuat lelaki itu menyadarinya lebih awal.
Dan ya, acara liburan dua hari ke Villa pun dibatalkan. Karena tidak lama setelah kandungan Dara diperiksa, gejala morning sickness itu pun mulai terlihat. Contohnya saja saat ini, selain wajah cantiknya yang pucat, Dara pun kini mengeluh mual, pusing, dan lemas. But, terlepas dari itu semua, tidak dipungkiri, kebahagiaan menyelimuti keduanya.
"Gimana perasaan kamu?" Tanya Dara pelan.
"Hmm?"
"Perasaan kamu setelah tahu kalo ada baby di sini," Jelas Dara, sembari mengusap perut ratanya.
Lingga pun tersenyum simpul. "Kamu tau jawaban aku, sayang. Di mulai dari momen kebahagiaan kita pacaran, resmi menikah, dan dipercaya punya momongan. Berarti, otomatis kebahagiaan aku meningkat berkali-kali lipat."
"Se- simple itu?"
"Apa lagi? Sekarang tanggung jawab aku, cuma kamu sama dia. But, nyatanya memang se- simple itu. Ga perlu neko-neko, berhasil dapetin kamu, itu kebahagiaan yang paling utama."
Bibir pucat Dara, tersenyum samar mendengar kalimat tersebut. Jujur saja, tadi Dara sempat sedikit kesal karena acara mereka yang hendak bersenang-senang di Villa harus batal. Tapi, di sisi lain, rasa kesal itu berhasil dikalahkan oleh rasa harunya. Kenapa? You know? Lingga bahkan memperhatikan dirinya hingga se- detail itu. Dia bisa cepat tanggap, bahwa memang ada yang aneh dan berbeda dari dirinya. Padahal, Dara pribadi belum merasakan adanya perbedaan itu dalam dirinya.
"Sekarang makan dulu, yaa?"
"Nanti, takut mual lagi."
"Coba, sedikit aja dulu. Tadi kamu cuma baru sarapan beberapa suap, sedangkan sekarang udah hampir masuk jam makan siang." Bujuk Lingga. Ia kembali membawa mangkuk berisi bubur ayam buatannya, yang biasanya sangat digemari Dara.
"Aaaaa,"
Baru beberapa detik masuk ke dalam mulutnya, tampaknya Dara kembali mual. Dengan sigap, Lingga pun mengambil tissue di nakas, menyuruh Dara untuk memuntahkan bubur tersebut.
"Mual banget, hmm?"
Dara mengangguk pelan. Ia sebenarnya merasa sedikit tidak enak pada Lingga. Suaminya itu tadi sudah repot-repot membuatkannya bubur, tapi sayangnya apa boleh buat? Dara pun tidak tahu, bahwa morning sickness nya akan berakhir seperti ini.
"It's okay, jangan dipaksain. Atau kamu mau makan apa, gitu? Yang kira-kiranya ga bikin kamu mual."
"Apa yaa?" Gumam Dara tampak berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanficTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...