~~~
Los Tajibos Hotel, Bolivia.
Suasana pagi dengan nuansa yang berbeda dari biasanya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Bolivia yang menjadi tempat bulan madu mereka. Kemarin sore, begitu tiba di sini, mereka berdua memutuskan untuk langsung beristirahat saja. Fokus mengembalikan stamina yang terasa melelahkan setelah melakukan penerbangan.
Di sini, mereka menginap di Los Tajibos Hotel. Fasilitasnya terbilang lengkap, hotel ini menyediakan restoran, layanan kamar, bar, sarapan dalam kamar, fasilitas BBQ, bar makanan ringan, ada pula khusus untuk makanan anak. Selain itu, terdapat juga sauna, pusat kebugaran, spa dan pusat kesehatan, pijat, hot tub/jacuzzi, kolam renang outdoor, pemandian umum, bar kolam, dan yang terakhir kolam dangkal.
Keduanya memutuskan untuk berlibur di sini selama satu minggu. Karena niatnya, setelah pulang dari sini, Lingga dan Dara masih akan berlibur di Indonesia. Pilihannya antara Bandung, atau Sulawesi Utara.
"Morning, Mrs." Sapa Lingga dengan suara seraknya, tersenyum pada Dara yang masih mengerjapkan matanya dengan lucu.
"Hmm, morning too." Balasnya pelan.
"Masih ngantuk?"
"Engga, cuma mager aja."
Tangan Dara kembali melingkari pinggang Lingga, menyembunyikan wajah bantalnya. Cuaca pagi di sini, sukses membuat Dara ingin malas-malasan saja, bergelut dengan selimutnya sembari memeluk Lingga seperti saat ini.
"Kamu udah bangun dari tadi?" Tanya Dara.
"Setengah jam yang lalu, mungkin?"
"Rajin banget, masih pagi juga!"
Lingga tampak kembali tersenyum. "Sayang banget, kalo aku sampe ngelewatin wajah cantik kamu yang lagi tidur."
Dalam diam, Dara ikut tersenyum geli mendengarnya. Apalagi saat mengingat kegiatannya semalam, yang tanpa disangka-sangka mereka melakukannya kembali. Oh astaga! Sial, pikirannya memang sering kali mendadak berubah menjadi tidak fokus.
Bahkan, sekarang pun Dara tidak menyadari posisi Lingga yang sedang menopang dagu, memperhatikan ekspresinya yang tampak berubah-ubah. Come on, itu benar-benar menggemaskan.
"Pagi-pagi gini, omongannya udah manis aja yaa," Cibir Dara yang pada dasarnya tetap saja baper.
"Serius, pesona kamu semenjak kita sah emang ga main-main." Ucap Lingga yang entah sepenuhnya jujur, atau memang sekedar ingin menggoda Dara.
"Lagi ada maunya, ya? Sampe muji-muji aku kaya gitu?"
Lingga malah tertawa mendengar ucapan penuh kecurigaan itu. Tidak-tidak, Lingga hanya ingin mengutarakan apa yang ia rasakan saja. Karena sejujurnya, ucapannya tadi bukan hanya sekedar bualan semata.
Hi dude, untuk kalian para lelaki yang merasa sudah serius untuk menikah, maka jangan ragu untuk melakukannya. Percayalah, kebahagiaan kalian dengan hidup bersama perempuan yang kita cintai, itu luar biasa akan meningkat berkali-kali lipat.
"Mau kamu lagi, boleh?" Bisik Lingga dengan sensual.
Dara yang mendengarnya langsung merinding seketika. Astaga, sepertinya dosen tengil ini semakin berani saja. Padahal, kenapa Lingga bisa se-frontal ini, itu karena ketika malam pun istrinya begitu agresif. But, tidak dipungkiri karena Lingga menikmati itu semua, bahkan ia sangat menyukainya.
"Kemarin masih belum puas, sayang?" Sarkas Dara penuh penekanan.
Bukannya apa-apa, masalahnya ia pun lelah, kawan. Kalian pikir, bercinta semalaman itu hanya merasa nikmatnya saja? Oh, tentu tidak. Apalagi untuk perawan seperti dirinya, ketika malam pertama di Lombok, Dara sampai meringis saat berjalan karena merasa sakit di bagian kewanitaannya. Dan, malam tadi? Lagi-lagi ia diserang lagi oleh suaminya yang sialnya memang menggoda imannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
Fiksi PenggemarTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...