Chapter 38

19.7K 1.5K 146
                                    

~~~

"Ya ampun, ke mana aja ini calon mantu Mamih, hmm?"

"Ada Mih, cuma emang lumayan lagi sedikit sibuk."

Sembari menyalimi tangan Anita, Lingga pun tersenyum kecil. Minggu-minggu ini, baik Lingga maupun Dara memang sama-sama sibuk. Lingga yang di sibukkan dengan tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing. Begitu pula dengan Dara yang sudah mulai di sibukkan dengan kegiatan skripsinya.

Hari ini, sebelum Lingga ke kampus ia sengaja mampir ke rumah Dara. Alasan utamanya, tentu saja ingin bertemu. Meski waktunya saat ini memang terbatas, tapi setidaknya Lingga ingin memanfaatkan kesempatan tersebut dengan memeluk gadisnya, sekali pun hanya sebentar.

"Dara nya ada di dalem, kamu langsung masuk aja gih. Mamih tanggung lagi beresin ini." Ucap Anita yang kebetulan sedang membereskan tanaman di depan.

"Kalo gitu, Lingga pamit ke dalem dulu yaa,"

Anita tersenyum, menganggukkan kepalanya. Tampan, mapan, sopan, dan yang pasti beragama, tentu menjadi penilaian tersendiri dari Anita kepada kekasih putranya. Mungkin ketika pertemuan awal mereka, Anita langsung merasa klop dengan Lingga karena melihat kepribadiannya yang sopan. Namun ternyata, siapa sangka? Lingga justru jauh lebih baik dari dugaannya. Tidak heran, apabila sebelum-sebelumnya Anita sering gencar menyinggung keseriusan hubungan mereka. Karena sebagai seorang Ibu, ia yakin kebahagiaan putrinya sudah berada di orang yang tepat.

Di ruang tengah, Lingga bisa melihat keberadaan Dara yang sedang fokus dengan laptop-nya. Disampingnya, ada beberapa gelas yang bisa Lingga tebak itu adalah kopi.

"Emang bukan kamu, kalo ga ngeyel!" Sindir Lingga yang sukses mengagetkan Dara.

Pasalnya, entah sudah ke berala kalinya Lingga mengingatkan Dara, bahwa mengonsumsi kopi secara berlebihan itu tidak lah baik. Tetapi buktinya, apa yang ia lihat sekarang?

"Ehhh Pak dosen patroli,"

"Apa? Apa kamu bilang?"

"Hehehehe,"

Lingga mendengus sebal mendengarnya. "Aku ke sini kangen, malah dibilang patroli."

"Kangen? Yaudah sini, peluk dulu."

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Lingga langsung memeluk erat Dara. Senyumnya lantas terbit begitu saja, setelah beberapa hari tidak merasakan kehangatan ini. Keduanya sama-sama terdiam, larut dalam pikirannya masing-masing.

"Bukannya kamu ada kelas, ya?" Tanya Dara mendongak, menatap wajah tampan Lingga.

"Nanti, masih ada satu jam lagi."

"Berarti sengaja ke sini?"

"Menurut kamu?"

Dara hanya tersenyum. Ternyata, tanpa diminta pun Lingga peka sendiri. Sebenarnya kali ini Dara bukannya gengsi untuk mengungkapkan kerinduannya, ia hanya tidak ingin menganggu kesibukan Lingga. Toh, jika Lingga ada waktu senggang pasti ia akan menyempatkan diri untuk menemuinya. Contohnya, ya seperti saat ini.

"Padahal kalo sibuk gapapa, video call juga bisa, kan?"

Lingga menggeleng, meresponnya. "Ga mau. Pengennya ketemu langsung, biar bisa meluk kaya gini."

My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang