~~~
Dengan napas terengah-engah, Dara berenggut kesal melihat Lingga yang sudah lari lebih dulu di depannya. Jika akan seperti ini, sepertinya Lingga tidak perlu repot-repot unuk mengajaknya jogging. Karena rasanya percuma juga, toh Dara tetap ditinggalkan sendirian.
Fyi, mereka hanya jogging di sekitar komplek perumahan Dara. Dara yakin, nanti malam atau bahkan mungkin ketika sesampainya di rumah pun, kakinya akan pegal dan nyeri. Bukannya lebay, tapi untuk tipikal orang yang jarang berolahraga seperti Dara, sekali pun hanya berkeliling komplek pasti akan terasa melelahkan.
"Come on, semangat!!!"
Dara justru melambatkan langkahnya, saat Lingga tersenyum dengan mata yang memperhatikannya. Baguslah, dia bahagia di atas penderitaan orang, batin Dara merutuki kekasihnya.
"Cape, mau pulang aja,"
"Seriously? Bahkan kita belum bener-bener muterin komplek kamu loh?"
"Ya makanya jangan cepet-cepet! Yang ada itu kamu bukan ngajakin jogging, tapi balap lari!" Sindir Dara sembari merebut botol aqua ditangan Lingga. Nyatanya, berlari sembari mengomel berhasil membuat tenggorokannya kering.
Dengan penuh perhatian, Lingga menyeka keringat di dahi Dara menggunakan handuk miliknya. Sekaligus merapihkan helaian rambut gadisnya yang sudah mulai berjatuhan. Berolahraga bersama untuk pertama kalinya, sukses membuat Lingga terkesan karena hampir setiap saat ia mendengar rengekan Dara. Bahkan, entah sudah berapa macam ekspresi yang dia perlihatkan hari ini. Lingga menyukainya, tentu saja.
Kapan lagi, Lingga bisa melihat sisi manja gadisnya yang menggemaskan seperti sekarang?
"Sini, duduk! Istirahat dulu, sebentar!" Dara menarik tangan Lingga agar kembali duduk disampingnya.
Tidak lucu, apabila dirinya kembali ditinggalkan. Meskipun ini memang di komplek sekitaran rumahnya, tapi hal itu tidak membuatnya berani berkeliaran sendiri. Kenapa? Karena Dara memang jarang keluar rumah. Terkecuali, jika Dara diajak oleh sahabat, abang, dan juga kekasihnya. Jadi, bisa dibilang Dara tidak terlalu mengenali tetangga sekitar yang juga satu komplek dengannya.
"Kenapa semangat banget, sih? Perasaan aku juga langsing, jadi kamu ga perlu-"
"Biar sehat, sayang." Gemas Lingga tersenyum simpul.
"Emang biasanya kamu suka olahraga?"
Lingga mengangguk, "Paling seminggu sekali,"
"Kok aku ga tau?"
"Kamu ga pernah nanya," Kekeh Lingga mengangkat bahunya acuh.
Dara pun terdiam dengan lamunannya. Jika dipikir-pikir, jelas masuk akal. Tubuh kekasihnya yang tinggi nan atletis ini pasti tidak akan terbentuk, jika ia sendiri tidak rutin berolahraga. Dara akui, Lingga pandai membagi waktunya. Dara yang notabene-nya tidak sesibuk Lingga pun, jarang memanfaatkan waktu luangnya dengan baik. Yang ada dalam benaknya saat hari libur tiba, tidak akan jauh dari bermalas-malasan.
Aishh, sepertinya Dara memang perlu belajar banyak dari kekasih tampannya ini.
Lingga mengulurkan tangannya, bermaksud membantu Dara berdiri. "Ayooo,"
"Ya ampun, sayang. Baru juga duduk lima menit?" Dara berucap dengan wajah andalan memelasnya.
"Nanti istirahat lagi di depan, sekalian kita sarapan bubur. Mau?"
Dara mengangguk antusias, "Mau lah!"
Lumayan, siapa tahu jika perutnya sudah terisi Dara bisa bersemangat untuk kembali mencapai rumahnya. Terbiasa kemana-mana menggunakan alat transportasi, membuat Dara sadar bahwa ternyata kompleknya memang seluas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is a Lecturer? [Completed]
FanfictionTakdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Siapa yang menyangka, Dara Griselda, mahasiswi selengean, barbar dan tersantai sepanjang masa itu, akan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu." "Suka dalam artian?" "Dalam arti saya...