Third

1.4K 174 5
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[140621]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Satu, dua, tiga.

Jimin yang terkejut melihat darahnya sendiri mencoba mengatur nafasnya pelan-pelan. Karena ia terus-menerus berolahraga renang dan naik gunung, penyakit asma yang dideritanya sudah tidak terlalu parah dibandingkan dulu. Tapi, pada saat-saat tertentu, ketika ia sedang mengalami hal yang di luar perkiraannya, penyakit itu akan kembali menyiksanya. Seperti saat ini. Anak kecil yang tadi diselamatkan Jimin sampai ikut ke ruang gawat darurat. Ia pun sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya dari ujung pakaian Jimin.

“Terima kasih karena sudah menyelamatkanku”

Dokter menganjurkan untuk foto rontgen, tapi Jimin serta-merta menolaknya. Sudah cukup tubuhnya dipenuhi oleh berbagai mecam perban disana sini. Pria mungil itu membalas tatapan sang anak kecil, yang terlihat cukup khawatir. Anak laki-laki itu kira-kira berusia enam tahun, tapi ia tidak terlihat seperti anak kecil pada umumnya. Ekspresi luar biasa serius tampak di wajahnya.

Kemana orangtua anak ini? Kenapa mereka sampai tega membiarkan anak ini sendirian? Atau jangan-jangan, anak ini tersesat? Jangan-jangan dia sudah lama mencari jalan untuk pulang?” berbagai pertanyaan kepada diri sendiri itu membuat Jimin khawatir.

“Hei, anak kecil. Siapa namamu?”

“Kang Minju” anak itu menjawab dengan tegas dan tetap dengan ekspresi serius.

“Berapa usiamu?”

“Sebentar lagi, aku tujuh tahun. Noona tidak apa-apa?”

“Kenapa anak kecil ini juga ikut-ikutan memanggilku dengan sebutan seperti itu? Tapi, dia tidak salah. Untuk anak kecil yang masih berusia enam tahun, aku masih memakluminya karena dia masih kecil dan sangat polos. Baiklah, aku akan memaafkan anak kecil ini karena dia tidak tahu kalau hal itu membuatku kesal. Setidaknya sekarang daftar kemampuanku bertambah. Kemampuan yang selama ini tidak pernah kusadari keberadaannya. Selain memiliki gerakan tubuh yang cepat, aku juga punya jiwa pahlawan yang membuatku bisa melakukan perbuatan terpuji seperti ini. Sempurna sekali, Park Jimin” batin Jimin.

“Siapa bilang aku baik-baik saja? Tubuhku sakit sekali”

Jimin menjawab pertanyaan anak itu dengan bercanda, tapi malah membuat anak itu terlihat semakin khawatir. Minju memperhatikan tubuh Jimin karena takut tubuh pria mungil itu akan kembali mengeluarkan darah lagi. Sepertinya anak itu sama sekali tidak bisa diajak bercanda.

“Aku baik-baik saja. Sekarang keadaanku sudah lebih baik. Minju, kau baik-baik saja? Katakan padaku, di bagian mana yang sakit?”

Jimin bertanya dan karena tidak ingin membuat anak itu semakin khawatir, ia sengaja memasang ekspresi yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Minju terlihat lega dan mengangguk. Minju terlihat sangat dewasa untuk anak usia enam tahun. Ia tidak banyak bicara. Bukan. Lebih tepatnya, ia tidak ingin menunjukkan berbagai macam ekspresi yang dimiliki seorang anak kecil.

My Beautiful Witch [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang