Twentieth

720 93 11
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[050721]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Hal pertama yang dicari Jimin sekeluarnya dari ruangan Jungkook adalah toilet. Dua sekretaris Jungkook memandang dengan penuh tanda tanya pada pria mungil yang masuk lalu keluar ruangan atasan mereka dengan cara membanting pintu seperti itu. Jimin sama sekali tidak mempedulikan mereka dan berjalan dengan tegak.

Di toilet, tempat ia merasa aman karena tidak ada yang melihatnya, Jimin langsung jatuh terduduk. Pria mungil itu berusaha keras menopang tubuhnya dan bangkit berdiri. Ia mengamati dirinya di cermin. Tidak ada yang berbeda antara dirinya dan pria yang ada di dalam cermin itu. Potongan rambut pria mungil itu, sampai raut wajahnya pun, tidak ada yang berbeda. Semua sama.

"Yang terlihat hanyalah seorang Park Jimin. Aku."

Tapi, bibir tebalnya yang sudah dicium oleh Jungkook terlihat membengkak, lalu di tulang selangka dan sekitarnya, terlihat agak memerah setelah pria itu menciuminya tadi ditambah kedua pipi tembamnya yang perlahan mengeluarkan semburat merah. Apalagi hembusan nafas lembut pria itu. Yang juga terlihat sedikit berbeda adalah sinar matanya yang terlihat lebih bersinar dan ceria. Tapi, tidak ada yang bisa mengalahkan detak jantungnya yang terus berdetak kencang. Pengalaman pertama yang cukup menegangkan.

"Park Jimin, kau bukan seperti dirimu sendiri."

Jimin bicara pada pantulan dirinya sendiri di cermin. Tiba-tiba saja, asmanya kambuh.

"Pelan-pelan. Satu. Dua. Tiga. Kau terlalu senang hari ini."

Jimin berusaha mengatur nafasnya dengan baik dan kembali bicara kepada dirinya sendiri.

"Kau sudah gila. Benar-benar gila."

🐥🐰

"Anda sedang memikirkan sesuatu?"

"Apa? Ah, tidak. Tidak ada apa-apa."

Lee Jin Myeong bertanya sembari menyodorkan sebuah dokumen sambil memperhatikan Jungkook yang tidak terlihat seperti biasanya.

"Kalau yang Anda pikirkan saat ini ada sangkut pautnya dengan Minju, sebaiknya Anda melupakan tentang hal itu dulu. Karena yang terpenting, saat ini dia dalam keadaan aman."

"Kau benar, hyeong. Aku juga sangat lega karena dia ada dalam keadaan aman. Lagipula, aku sedang tidak memikirkan Minju."

"Kalau begitu, apa-"

"Urusan pribadi. Maaf, bagaimana kalau hari ini kita akhiri saja?"

Jungkook menutup dokumen yang ada di tangannya, dan Jin Myeong yang beberapa kali mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

Urusan pribadi. Urusan yang berhubungan dengan penyihir cantik nan manis itu. Jungkook masih belum membuat keputusan apakah ia harus membeli cincin yang diminta pria mungil itu atau tidak.

Cincin? Apa maksudnya? Ia memang tidak punya pilihan lain selain menitipkan Minju pada pria mungil itu. Tapi, Jungkook sama sekali tidak pernah berpikiran untuk menitipkan masa depannya pada penyihir itu. Pria itu kembali memikirkan perkataan Jimin tadi.

"Apa dia sungguh-sungguh dengan kata-katanya? Apa benar dia tidak akan merawat Minju lagi? Atau dia hanya bercanda dan hanya akan kembali mengomeliku habis-habisan?"

My Beautiful Witch [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang