Fortieth

676 98 10
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[240721]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Samar-samar, sinar matahari yang baru saja terbit masuk melalui sela-sela jendela yang tertutup rapat. Malam yang dipenuhi dengan mimpi buruk itu akhirnya berlalu.

“Tenang, Park Jimin. Ambil nafas….pelan-pelan. Pelan-pelan.” Jimin berhitung sambil mencoba mengatur nafasnya supaya kembali normal. Pria mungil itu merasakan ngilu pada kedua tangannya yang terikat ke belakang.

Mimpi buruk yang dilaluinya itu, dirasakan oleh sekujur tubuhnya. Nafas Jimin terus memburu. Ia berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan dirinya sendiri. Tidak peduli bagaimana caranya, ia harus bisa segera menghubungi Taehyung atau Jungkook. Segera. Pasti ia akan bisa menemukan cara untuk keluar dari tempat yang tidak menyenangkan ini.

Cobalah berpikir, Park Jimin. Gunakan otakmu dengan baik.” batinnya.

Jimin memperhatikan ruangan tertutup, tempatnya berada kini. Sepertinya tempat ini ada di gedung berlantai lima atau tujuh. Kalau ia memaksakan diri untuk terjun dari tempat ini, pasti ia akan ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Jimin langsung mencoret pilihan itu dan menggeleng-geleng.

“Kau berada di lantai tujuh. Kalau kau nekat meloncat, aku bisa jamin kau akan mati.”

Siapapun itu, ia membaca pikiran Jimin. Pria mungil itu segera menoleh. Ia melihat sesosok tubuh di dalam kegelapan ruangan itu. Jimin tidak bisa melihat dengan jelas. Detak jantungnya kembali meningkat dalam sekejap. Pria mungil itu merasa takut. Tentu saja, hal itu berpengaruh pada ritme nafasnya, yang semakin memburu. Di dunia ini, yang paling ditakutinya adalah manusia. Hanya manusia yang bisa membuat manusia lain merasa ketakutan seperti ini.

“Pelan-pelan, Park Jimin. Pelan-pelan atur nafasmu. Pelan…..pelan….”

Setelah beberapa saat, Jimin sudah terbiasa melihat dalam kegelapan, tapi tetap saja sulit melihat wajah orang yang tadi berbicara kepadanya. Sinar yang masuk ke ruangan itu pun terlalu sedikit. Jadi tidak terlalu membantunya. Ditambah, orang itu menggunakan topeng ski untuk menutupi wajahnya. Parfum yang digunakan menusuk indra penciuman Jimin. Wangi yang baru kali ini diciumnya.

“Tenang saja. Aku tidak punya pikiran untuk terjun dari sini. Siapa kau?”

“Benarkah? Padahal kalau kau mau terjun dari sini, dengan senang hati…..kau akan sangat membantu kami.”

Dari suaranya yang berat, Jimin menyimpulkan bahwa dia adalah seorang pria. Pria itu terdengar kecewa. Topeng ski yang digunakannya, membuat suara orang itu tidak terdengar jelas. Ia berjalan mendekati Jimin dan langsung mencengkram rahang pria mungil itu.

Bau parfum yang digunakan pria itu membuat Jimin kembali sesak. Tapi, pria mungil itu sebisa mungkin berusaha menahan dengan menggertakkan gigi.
‘Pasti akan sangat seru kalau aku menunjukkan apa arti dari mimpi buruk yang sebenarnya. Aku jamin kau pasti akan semakin ingin untuk membuatku goyah.’

Jimin bisa membaca apa yang ada di pikiran pria yang ada di hadapannya itu.

“Menurutku kau tidak ada istimewanya, kecuali kecantikan yang kau miliki. Jadi apa yang membuatnya sangat tertarik padamu selain wajah cantikmu?”

My Beautiful Witch [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang